NONFIKSI
---------------TRUE
STORY----------------------------
NARKOBA MENJADIKAN PENGGUNANYA
MONSTER
YANG
MENCEKAM
“CATATAN KECIL”
Ada
Pernyataan “ Dari Sisi Pasar, Buku-Buku Bertema Narkoba, Kurang Di Minati Pasar”
Hanya
Sekedar Curhat, Dimana Menurut Saya Hal Ini Bertolak Belakang Dengan Misi Saya
Menyelesaikan Naskah/Buku/Novel Non-Fiksi ini.
Adapun
Harapan Saya Jika Buku Ini Terbit , Dapat Meng-Edukasi Masyarakat/Aparat
Pemerintah/Bangsa Indonesia Khususnya. Bahwa Akibat Dari Memakai Narkoba Bukan
Hanya Masuk Penjara Atau Di Rehabilitasi. Namun Lebih Dari Itu, Dalam Arti Kata
Narkoba Membuat Pemakai Menjadi Monster yang mencekam Di Keluarga Dan Lingkungannya.
Dengan
Membaca Cerita Buku Ini, Masyarakat/Aparat Pemerintah/Bangsa Indonesia Khususnya,
Menjadi Paham, Akibat Buruk Dari Memasarkan Atau Memakai Narkoba. Bisa Memiskinkan
Keluarga Dan Negara, Bisa Membuat Kekacauan Di Masyarakat Karena Hilangnya Rasa
Takut, Rasa Mengerti, Rasa Kasih Sayang. Dapat Merusak Keharmonisan, Ketenangan
Keluarga.
Baru-Baru
Ini Terungkap Anak Bangsa Memakai Dan Mengedarkan Narkoba. Seakan-Akan Mereka
Tidak Mengetahui , Menganggap sepele, Apa Yang Mereka Edarkan Atau Yang Mereka
Konsumsi. Dan Bulan Maret 2019 di Padang TV, juga di informasikan, Anak di
bawah umur di jadikan jaringan untuk menjual Narkoba.
Mereka
Mengedarkan Dan Memakai Narkoba Begitu Semangat. Seakan-Akan Mereka Mengedarkan
Suplemen Kesehatan.
Dengan
Adanya Buku Ini Semoga Paradigma Bangsa Kita Indonesia Dan Dunia Berubah, Bahwa
Narkoba Adalah Ancaman Serius.
Adapun
Naskah ini selesai di buat oleh Penulis pada 23 Januari 2019 Di Padang,
Sumatera Barat.
Di putuskan tanggal 07 November 2020 di Posting di Blogger.
Terima
kasih
Penulis
Dani Jahari Saragih
----------------------------------------------------------------------
Terlampir Chating dan Photo-Photo Penghancuran Rumah
Dan Usman juga pernah mendengar di
Televisi, ada 2 kemungkinan yang akan
terjadi pada pecandu Narkoba “ Sembuh
atau Gila”.
Namun generasi sekarang
ada yang mengangap Narkoba sejenis suplemen kesehatan yang bisa
membuatnya sehat, tidak mudah capek, rajin bekerja, bisa membuatnya tenang dari Stress, mudah
bergaul dan banyak relasi. Mereka mengkosumsi Narkoba seperti minum susu atau
jamu.
Bulan
Nopember 2015, Usman sebagai anak pertama dari empat bersaudara, keluarga Bapak
Umar Saragih mendapat informasi melalui BBM ( Blackberry massanger), dari Al
yang merupakan anak ketiga. Bahwa kolam ikan lele yang baru di buat oleh Al
dengan uang pinjaman di hancurkan oleh Habsyi. Proses penghancurannya dari jam 12
malam sampai dengan jam 03 pagi.
Adapun
alat yang di gunakan untuk menghancurkan adalah anak batu dari gilingan cabe.
“
Habsyi, apa yang kamu lakukan Nak ?” tanya Mamak Habsyi dengan suara lembutnya,
sambil menangis .
“Diam
Kau, Setan gundul !” teriak Habsyi dari dalam kolam sambil melotot dan memegang
batu.
“Habsyi
sadar Nak, itu kolam Adikmu yang sebentar lagi panen, jangan Kau hancurkan !”
teriak Pak Umar bantu sadarkan Habsyi.
“Kau
lagi, baru saja meninggal Dunia sudah
berani melarang Aku, pergi sana!” teriak Habsyi tanpa beban.
Mendengar
itu, Pak Umar sempat menelan ludah dan berusaha memberanikan diri melarang anaknya,
walau sebetulnya hatinya gemetar takut.
“
Bang, setelah ikannya panen, Aku janji
akan pergi dari kampung ini, cari kerjaan ” sambung Al menyakinkan, agar
Abangnya tidak merusak kolamnya.
“Abang
sakit apa sih, kasiani-lah kami ” teriak Yani geram.
Yani
merupakan anak ke empat dari keluarga Bapak Umar Saragih.
“
Diam ! Ku tumbokkan nanti Kau, anak kecil ikut campur pula ” jawab Habsyi
berang sambil melotot matanya.
Mata
Yani merebak basah, rasanya Dia ingin lompat menerkam lalu mengikat Abangnya.
Tapi apa daya, Yani hanya seorang gadis kecil yang tidak mempunyai tenaga seperti
lelaki pemberani.
Pembujukan
terus di lakukan, agar Habsyi terketuk hatinya. Keluarga Bapak Umar Saragih pun
tidak bisa berbuat apa-apa karena takut. Merekapun mencoba meminta bantuan
Keplor (kepala lorong) yang rumahnya hanya berjarak 7 meter.
“Ilham
tolonglah kami. Si Habsyi ngamuk, sekarang lagi ngancurkan kolam adiknya ”
tutur Pak Umar dengan mata berkaca-kaca.
“Coba
Bapak pikir sendiri, bagaimana caranya kita
menghentikan Habsyi ?”
Keplor malah bertanya dengan pandangan bingung.
“
Tali sudah Saya siapkan, nanti Saya yang menerkamnya. Setelah itu tolong bantu
ikat ” ungkap Pak Umar.
“
Ah, nggak berani Aku Pak Umar. Nanti kalau Habsyi memukul Aku gimana. Nanti kalau Dia dendam sama Aku gimana. Ini
urusan keluarga Pak Umar lah, minta tolong aja sama Adik istri Pak Umar , yang
ada di Padang, diskusikan sama mereka.”
tutur Keplor dengan wajah menyiratkan keseriusan.
Lidah Pak Umar langsung
kelu, rencana yang di susun untuk mengikat Anaknya, mendadak rontok. Tidak ada
satupun warga kampung yang mau membantu menghentikan Habsyi. Pak Umar jadi
beranggapan bahwa warga kampung, khususnya tetangganya senang jika Anaknya
mengahancurkan rumah dan hartanya.
Apa
salahnya membantu mengikat Habsyi, setelah di ikat berarti membantu keluarga
Pak Umar untuk mengobati anaknya. Anaknya bisa di suruh minum obat dengan
rutin, karena posisinya terikat. Karena Habsyi, jika di ajak ngomong, masih
bisa berbicara dengan normal dan terkadang lebih pandai dari pada lawan
bicaranya. Jika diajak bicara maka Habsyi sanggup untuk terus-menerus bercerita
tanpa henti dan tanpa mengenal waktu.
Reaksi
penduduk di kampung Ladangan, bisa di
bilang sama seperti respon dari Keplor. Mereka takut yang tidak beralasan
kepada Habsyi. Takut kalau ikut campur penghancuran yang di lakukan Habsyi akan
di terror, seperti di lempari batu dan lain-lain.
Padahal
mereka belum mencoba membantu keluarga
Pak Umar Saragih untuk mengikat si Habsyi ketika ngamuk. Tetapi mereka sudah
berpikiran seperti itu. Lagi pula penduduk di kampung tersebut bukan cuma satu
atau dua orang. Penduduk di kampung tersebut cukup ramai, karena umumnya
pensiunan dari PTPN (PT. Perkebunan Nusantara ) .
Ada yang beranggapan
kalau Habsyi itu di guna-gunai orang, sehingga didalam diri Habsyi ada pekong
yang bersemayam. Sehingga kerjaan nya membangun sesuatu, lalu tidak berapa lama
di hancurkan.
Dan ada juga yang
beranggapan Habsyi seperti orang yang terkena ganguan system syaraf, sehingga
kesadarannya tidak stabil. Setiap jam 12 malam selalu keluar rumah untuk,
menghancurkan, membersihkan apa yang menurutnya harus di hancurkan dan di
bersihkan.Padahal yang dihancurkan , dibangun dengan biaya yang mahal.
Sebelum
melakukan, apa yang Habsyi inginkan. Habsyi terlebih dahulu membeli rokok
sebatang dengan menggunakan Sepeda Motor. Dimana Sepeda motor di serahkan sepenuhnya ke Habsyi , karena
Keluarga Pak Umar, nggak mau ribut-ribut.
Dalam
hal ini Pak Umar “ mengalah”, kalau mau
pergi kerja selalu naik sepeda. Pekerjaan Pak Umar adalah montir di bengkel
sepeda motor milik orang lain.Bergaji Rp
50.000,- per hari. Sedangkan pekerjaan Bu Umar selain sebagai Ibu rumah
tangga, Bu Umar juga bekerja di Sungai
dengan memecahkan batu dengan Martil.
Rumah
keluarga Pak Umar Saragih berada di dataran tinggi. Lebih kurang 7 meter dari
permukaan Sungai. Untuk menuju Sungai bisa di tempuh dengan berjalan kaki dalam
waktu 5 menit. Penduduk asli Desa Ladangan, sebagian mencari nafkah di Sungai.
Ada yang bekerja mengambil batu-batu
dari dalam Sungai, lalu di letakkan ke dalam Sampan. Setelah penuh, batu-batu
itu, di bawa kedaratan. Ada juga yang bekerja, mengangkat batu-batu itu ke
dalam Truk.
Sehubungan ada permintaan dari konsumen “batu
yang telah di pecahkan”, maka Bu Umar mengambil bagian untuk memecahkan batu
dengan Martil. Kedengarannya pekerjaan ini sederhana, namun pekerjaan ini cukup
menguras tenaga. Hal ini di lakukan Bu Umar, demi membatu keuangan keluarga.
Apalagi Anaknya yang ke 4 masih bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ).
Di tambah lagi, Habsyi yang penyakitnya belum diketahui pasti apa penyebabnya.
Nama
Sungai, tempat Bu Umar bekerja adalah Batu Nongol. Dimana pada hari Libur ,
Sungai ini cukup ramai di kunjungi Masyarakat. Baik Masyarakat di sekitaran
kecamatan Sipispis maupun dari Masyarakat dari luar. Sungai ini bisa di bilang
tidak terlalu dalam karena batu dan pasirnya sudah sering di ambil untuk di
jual.
Seiring
mangkin ramainya Masyarakat berkunjung di Sungai ini. Maka Sungai ini di buat
seindah mungkin. Ada Pondok khusus untuk grup musik dan penyanyinya, sehingga
dapat memberikan hiburan dengan baik kepada pengunjung. Ada juga Pondok–Pondok
untuk berteduh Wisatawan.
Untuk
Wisatawan dari Kota yang ingin bertamasya ke Pemandian Sungai Batu Nongol, maka
akan melalui kebun-kebun sawit dan karet yang begitu luas.
Kesan
yang di dapat ketika menuju lokasi Pemandian
Natu Nongol, “Sejuk, Nyaman, Aman, dan Jauh dari keributan”. Dilokasi
Pemandian ini juga ada petugas khusus untuk mengawasi wisatawan yang lagi
mandi. Jika wisatawan yang lagi mandi kelihatan di bawa arus atau tenggelam
maka akan segera di tolong.
Dilokasi
ini Pemandian ini, juga ada Polisi yang
di perbantukan untuk memberi keamanan dan kenyamanan Wisatawan yang sedang
berwisata. Di setiap sudut pemandian Sungai Batu Nongol, ada tulisan yang
menghimbau agar tidak mengkosumsi minuman keras, obat-obatan terlarang dan
berbuat mesum. Dampak positif dengan adanya lokasi wisata Pemandian Sungai Batu
Nongol ini, dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat di sekitaran Desa
Ladangan. Apalagi sebagian Penduduk Desa Ladangan adalah pensiunan dari PTPN.
Jalan menuju lokasi Pemandian Batu nongol,
sudah ber-aspal. Terkadang jalan menuju Pemandian ini rusak, sehubungan banyak
di lalui Truk-Truk pengangkut batu, sawit, cokelat maupun karet. Setelah rusak
, tidak berapa lama, Jalan ini akan di aspal kembali.
Di
Sungai inilah Bu Umar mencari penghasilan tambahan. Walau penghasilan yang di
dapat tidak sebanding dengan tenaga yang di keluarkan. Dan Bu Umar dalam
menjalani kehidupan ini, banyak sabarnya dari pada banyak menuntut.
Pernah Sepeda Motor sudah di perbaiki bodinya
dengan uang pinjaman, nggak berapa lama di hancurkan oleh Habsyi. Tetapi orang
tua Habsyi tetap sabar. Dan Sepeda motor ini selalu di gunakan Habsyi
ke Ladang.
Kondisi Motor yang dipakai Habsyi
Sewaktu proses
penghancuran kolam. Al pun mencoba meminta bantuan Polisi, tetapi usahanya
gagal, karena polisi baru mau membantu jika ada intruksi dari Ibu Kepala Desa.
“Pak
Polisi, tolong keluarga Saya. Abang Saya, Habsyi mengamuk. Tidak ada satu
tetanggapun yang mau membantu menghalangi Habsyi menghancurkan kolam lele saya
!” pinta Usman kepada Pak Polisi sambil mengeluarkan air mata.
“
Kami tidak bisa membantu sebelum ada intruksi dari Ibu Kepala Desa.” tutur Pak
Polisi tenang tanpa beban.
“
Baiklah Pak. Saya akan segera ke Rumah Ibu Kepala Desa.” jawab Al.
Perasaan Al benar-benar getir saat mendengar
jawaban dari Pak Polisi.Rencananya menghalangi Habsyi menghancurkan kolam, mendadak
rontok.
Al
pun pergi ke rumah Ibu Kepala Desa yang jaraknya 8 Km dari kediaman keluarga
Pak Umar Saragih. Sayangnya Ibu Kepala Desa tidak ada di rumah. Sesampainya Al
ke rumah, kolam lelenya sudah hancur, ikan lelenya berserakan, orang tua Al sambil
menangis mengutipi ikan lele yang berserakan. Tanpa ada merasa bersalah setelah
misinya selesai, Habsyi pergi tidur dengan tenangnya.
Selama
beberapa minggu orang tua Al, selalu
menangis mengingat kejadian ini. Tetapi keluarga Pak Umar Saragih tetap dengan sabar merawat Habsyi dengan
kasih sayang. Habsyi tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya, kakek yang
sakit-sakitan, dan bersama Adik perempuan
yang masih sekolah di bangku SMK.
Bingung
memang dengan gangguan yang di derita Habsyi. Kalau di katakana sakit jiwa, Dia
masih mau pergi ke Ladang, membersihkan Ladang, dan memanen hasil sawit. Pernah
Habsyi menanam pohon sawit di tanah rumah yang Habsyi hancurkan dulu. Setelah
di tanam, Magribnya Habsyi bongkar dan dibawa lagi ke Ladang.
Terkadang
timbul rasa kasihan di diri Habsyi ketika Mamaknya terlihat termenung. Dan malah
menasehati Mamaknya supaya jangan banyak pikiran.
“
Untuk di ketahui ya Mak. Sejak saat ini, Aku tidak mau lagi mencuri dan main
judi.” curhat Habsyi tenang.
“
Masak iya ?” jawab Mamak Habsyi antara percaya dan tidak.
“Iya,
karena itu dosa dan bila Aku melakukannya, badanku sakit-sakit Mak.” jelas
Habsyi.
“ Oh ya Mak, di Ladang
banyak Jin. Ada Jin bodoh, yang mencabuti rumput untuk membersihkan Ladang.
Ha…ha… sampai kapan Ladang itu bersih. Dasar Jin bodoh. Mak, kenapa ya,
terkadang tangan dan kakiku putus , lalu meninggalkan Aku. rasanya sakit
sekali. Begitu juga sewaktu Aku melihat kolam lele Al, dadaku sesak, susah
bernafas, perutku seperti di isi batu bata,
tanganku seperti di lindas Traktor. Dan Aku melihat Nyiloro kidul
berenang-berenang di kolam itu. Jin Langit teriak-teriak, menyuruh hancurkan
kolam. Anak buah Jin langit menyerang Aku dengan bambu runcing. Setelah Ku
hancurkan kolam itu , baru enakan badan Ku Mak.” cerita Habsyi dengan wajah
menyiratkan keseriusan.
Mamak
Habsyipun hanya bisa mendengarkan celotehan Anaknya dengan ikhlas tanpa
membantah sedikitpun. Khawatir kalau di bantah, Habsyi akan mengamuk. Terkadang
keluarga Pak Umar tidak sanggup untuk mendengarkan cerita Habsyi. Jika dilayani
Habsyi bercerita, maka tidak akan diketahui kapan Habsyi akan mengakhiri
ceritanya. Habsyi akan terus asik bercerita tanpa mengenal waktu.
Jika
Habsyi tidak ada uang, Habsyi pun berani menghutang untuk membeli rokok dan
mengisi minyak Sepeda motornya. Dan yang di hutangi, anehnya percaya,
karena memang di bayar oleh Habsyi
setelah memanen hasil Ladangnya.
Terkadang
habis memanen sawit, Habsyi juga men-traktir teman-temannya. Selain itu, Habsyi
sering juga menelepon Pakleknya di Padang dan Abangnya di Lhokseumawe Aceh,
meminta uang untuk membeli pupuk.
Dalam pemikiran Usman, jika Habsyi di gunai-gunai oleh orang.Seharusnya ganguan
itu sudah hilang karena sudah berkali-kali di obati ke orang pintar “Dukun”. Dan sudah berobat juga
ke beberapa Ustad Ahli Rukyah. Dan Habsyi sendiri bisa membaca 3 ayat Al
- quran yaitu surah Al-ikhlas, Al-falaq, An-nas. Lalu di hembuskan ke Air dan di
minumnya atau setelah membaca ayat
tersebut di hembuskan ke telapak tangan dan di usapkan kedada dan perut .
Seharusnya tubuh Habsyi
bereaksi seperti orang kesakitan jika ada Jin yang bersarang di dalam tubuhnya.
Seperti acara-acara pengenalan ilmu Rukyah di Televisi maupun di Youtube.
Pada
akhir tahun 2015, Mamak Habsyi
memutuskan untuk meminjam uang di
Bank dengan menjaminkan surat tanah. Tanah tersebut luasnya 1 Hektar yang di
tanami sawit. Pembayarannya lebih kurang Rp. 325.000,- perbulan. Hal ini
dilakukan oleh Mamak Habsyi karena sayang dan perhatian sama anaknya “Habsyi”,
dengan harapan anaknya sembuh.
“Mak,
pinjamkanlah uang ke Bank untuk membangun kamar Ku, gantianlah ! Setahun yang
lalu Bang Usman, Mamak izinkan meminjam uang untuk biaya pernikahannya. Aku
janji membayar setiap bulannya dengan uang hasil panen sawit.” pinta Habsyi
sambil mengisap sebatang rokok.
“Baiklah,
minggu depan kita ke Bank.” jawab Mamak Habsyi.
Mamak
Habsyi menyetujui, dikarenakan selama ini Habsyi bicara juga normal, dan mau juga pergi ke Ladang.
Tetapi ada keraguan dari Pak Umar, di khwatirkan si Habsyi cedera janji.
Adapun Lokasi
pembangunan kamar yang di inginkan Habsyi yaitu di tanah bekas rumah keluarga
Pak Umar Saragih yang telah di hancurkan Habsyi pada tahun 2006. Lokasi tanah
ini , tepatnya di sebelah rumah kakeknya Habsyi.
Adapun sejarah Habsyi
mulai jiwanya tidak stabil, kelakuannya aneh, Dimulai Pada tahun 2004.
Habsyi merantau ke Medan, bekerja di pertenakan Ayam milik Mas Peno. Mas Peno
cukup di kenal baik oleh Usman. Sehubungan Mas Peno dulunya bekerja di Bandara
Internasional Minang Kabau, Padang.
Sudah
cukup lama Mas Peno bekerja di Dunia penerbangan sebagai Staff Operation yang mengatur
kesimbangan Pesawat. Statusnya di perusaahan sudah Pegawai tetap.
“
Usman. Mas mau resign ( keluar ) dari Bandara.” curhat Mas Peno kepada Usman.
“Loh
Kenapa Mas. Posisi Mas kan sudah enak, bagaimana dengan Istri dan Anak-anak Mas
nanti.” tanya Usman bingung.
“Istri
Sayakan juga kerja, di Bank lagi. Jadi Mas nggak khawatir.” jawab Mas Peno
menyakinkan Usman.
“
Sayang loh Mas. Penghasilan Mas kan sudah besar. Di zaman sekarang ini ,untuk
berpenghasilan 3-7 juta perbulan cukup susah Mas.” sambung Usman, agar Mas-nya
tidak keluar dari Bandara.
“
Saya keluar dari Bandara, juga sudah restu istri. Saya di tawari menjadi
Pimpinan perusahaan saudaranya di Medan, baru mau di buka. Usaha pertenakan
Ayam mereka di Padang Sukses. Jadi mau buka cabang di Medan.” tutur Mas Peno
menjelaskan.
“O,
gitu ya Mas.” balas Usman ambil mengangguk.
“Yuk,
ikut sama Mas, nanti Usman , Ku jadikan Asisten Mas.” bujuk Mas Peno ke Usman.
“
Wah, tapi Usman nggak berani Mas. Apalagi perusahaan ini baru di rintis di kota
Medan. Tau lah kota Medan sangat ketat persaingannya, ” balas Usman ragu.
“Ah,
apa yang di takuti. Kita coba aja dulu. Gajimu bisa 3 jutaan perbulannya.” seru
Mas
Peno memperngaruhi Usman.
“
Tetap nggak berani Aku Mas. Karena cari kerja susah. Sewaktu tamat sekolah,
sudah Usman rasakan betapa sulitnya cari kerja.
Satu tahun Usman cari kerja, nggak dapat-dapat. Usman bisa kerja di
Bandara sekarang karena Paklek Usman juga kerja di Bandara. Paklek-Usman yang bantu.”
Usman mencurahkan pandangannya.
“
Ya udalah kalau Usman nggak mau. Nanti Mas cari yang lain aja.”balas Mas Peno
kecewa.
“
Oh ya Mas. Kalau Adik Usman yang bekerja sama Mas, boleh ? ” tanya Usman
berharap.
“
Dimana Adikmu sekarang ?” tanya Mas Peno.
“
Dia di Tebing Tinggi, Medan Mas. ” jawab Usman.
“
Wah, cocoklah itu. Bulan depan coba Usman telepon Dia. Kasih tau nomor telepon
Mas, nanti kami jumpa aja di kota Medan.” ujar
Mas Peno.
“Oke
lah Mas. Terima Kasih.” Balas Usman Semangat.
Setelah
teras di hancurkan, Di sekitaran rumah di buat perkarang seindah mungkin, tetapi cukup di
sayangkan, tidak berapa lama bangunan
ini telah di hancurkan kembali.
“
Habsyi kenapa berhenti dari pekerjaan sebelumnya ?” tanya Usman, ketika Habsyi
menelepon dan menyatakan tidak di Medan lagi.
“Aku
merasa di zalimi oleh pemilik pertenakan ayam itu. Dan Aku melihat
teman-temanku banyak juga mengeluh !” ujar Habsyi menyalahakan.
“
Entah siapa yang benar dan yang salah, hanya Tuhanlah yang tau.” guman Usman
dalam Hati.
Sepulang nya Habsyi
dari Bengkulu Pada tahun 2006 terlihat
tanda-tanda ketidak –normalannya. Habsyi dibawa pulang ke kampung oleh
majikannya dengan mobil.
“
Bu, ini Habsyi kami kembalikan ! Adapun kondisinya sekarang seperti ini. Habsyi
terkadang sering cerita tentang Jin, Surga dan Neraka. Sudah kami obati
kemana-mana tetapi hasilnya belum kelihatan .” curhat Majikan Habsyi.
“
Mak, maafkan dosa-dosa Ku. Ada air sama baskom ?” tiba-tiba Habsyi ngomong ke
Mamaknya sambil mencium tangan.
Lalu
Bu Umar mengambilkan air yang telah di letakkan di dalam baskom (sejenis
ember).
Setika
itu juga, kaki Bu Umar di basuh oleh
Habsyi.
“
Iya Nak. Sudah Mamak maafkan ? ” jawab Bu Umar sambil mengeluarkan air mata dan
ketika itu juga ada rasa takut yang timbul.
“
Sebenarnya Habsyi kenapa, apa Habsyi tidak berbahaya ?” tanya Bu Umar ke
Majikan.
“
Habsyi tidak berbahaya Bu. Terkadang jika kita ajak bicara, Habsyi nyambung dan
terkadang Habsyi lebih pintar dari kita. Jika di lihat dari kelakuannya seperti
kemasukan Jin Islam, karena kerjaannya Sholat dan bersih-bersih.” jawab majikan
Habsyi, menenangkan kekhawatiran Bu Umar.
Adapun
kelakuan Habsyi setelah di rawat di rumah, sering memungut potongan rokok.
Dikumpuli lalu dibuang ke jurang di samping rumah. Tidak mengenal siang atau
malam, Habsyi selalu membawa sampah-sampah disekitar rumah di bawa ke Sungai
untuk di buang.
Sering
bersih-bersih rumah, ketika bersih-bersih rumah, semua yang di rumah di suruh
keluar. Selalu mengajak orang sholat, jika tidak sholat di marahi.
“Habsyi,
mau kau bawa kemana baju-baju itu !” teriak Bu Umar.
Dengan
respon, mata melotot Habsyi tetap membawa baju-baju yang di bawanya ke atas
loteng rumah.
Hari demi hari kelakuan
Habsyi makin aneh. Keluarga Pak Umar, juga sudah berusaha mengobati tetapi
tidak ada perubahan. Habsyi memulai membongkar rumah, siang malam di lakukan.
“Habsyi, apa yang kamu lakukan Nak.
Jika Kamu hancurkan rumah ini, tinggal dimana kita
Nak!” teriak Bu Umar dan Pak Umar.
“Diam kalian. Kalau
ribut terus ! Ku gonikan Kalian ! ” seru Habsyi mengancam.
Keluarga
Pak Umar pun, mencoba cerita ke tetangga sekitar, bahwa anaknya berkelakuan
aneh.
“
Tolonglah kami, anak kami Habsyi akan menghancurkan rumah ?” curhat dan pinta
keluarga Pak Umar jika ketemu sama tetangga dan Aparat Desa.
“ Kami juga takut,
bagusnya biarkan aja. Namanya juga anak ! ”
respon dari salah satu tetanga Pak Umar. Mereka seakan tidak mau ambil
pusing dengan musibah yang di alami keluarga Pak Umar.
Pengahancuran terus
dilakukan Habsyi.
“
Nak, kenapa rumah ini, Habsyi hancurkan
?” tanya Bu Umar ingin tau alasan Habsyi.
“ Rumah ini Ku hancurkan, karena Si Shinta meminta rumah besar !” jawab Habsyi , sambil terseyum.
“Siapa Si Shinta itu ?” tanya Bu Umar penasaran.
“ Pacarku, Dia maunya rumah
besar, dan Nyiloro-kidul berserta suami dan pasukannya juga setuju” jawab
Habsyi dengan semangat.
Akhirnya
rumah keluarga Pak Umar Saragih rata dengan tanah. Lalu keluarga Pak Umar pun
tinggal di rumah kakeknya Habsyi. Adapun rumah kakeknya Habsyi berada pas di
sebelah rumah Bu Umar.
Habsyi
tanpa merasa bersalah juga tinggal di rumah kakeknya. Di tanah inilah Habsyi
meminta keadilan untuk di pinjamkan uang ke Bank. Untuk membangun kamarnya.
Habsyi pun memulai membeli bahan-bahan bangunan seperti batu bata, pasir dan
semen.
“Habsyi,
Kau mau membangun apa ?” tanya tetangga kepada Habsyi.
“
Mau bangun kamarku. Jika adik-adik Mamak-ku datang dari Padang, kan Aku bisa
tidur disini !” jawab Habsyi menyejukkan.
Habsyipun
mengerjakan kamarnya dengan sendiri tanpa minta bantuan dari siapapun.
Pekerjaan membangun kamarnya dilakukan siang malam. Tiap malam selalu ribut.
Keluarga Pak Umar Saragih pun tidak mau
melarangnya, karena Habsyi selalu marah jika dilarang.
Dua
minggu kemudian kamarnya pun siap.
“Wah,
kok bisa ya Bu Umar, Habsyi bangun kamar sebagus itu padahal Habsyi
sendirian.” tanya salah satu tetangga,
kagum.
“ Itulah, Saya juga bingung, yang penting
keinginan Habsyi sudah terwujud.” jawab Bu Umar.
Si Habsyipun selama 3
hari tidur di kamar yang telah dibangunnya. Aneh tapi nyata hari keempat,
kamarnya dihancurkan.
“
Habsyi, kenapa kamu hancurkan kamarmu ?” tanya Bu Umar semangkin membathin.
“
Biar aja Mak, kamar ini jadi tempat tinggal Jin monyet, Nyiloro-kidul dan Jin
Langit. Enak aja mereka, Aku yang membangun capek-capek, mereka pula yang
tinggal di kamar ini.” ujar Habsyi santai sambil menyeruput kopinya.
Keluarga
Pak Umar hanya bisa mengurut dada dan ikhlas melihat kelakukan Si Habsyi.
“
Waduh, kok dihancurkan lagi kamar yang baru Kamu bangun. Sekalian aja rumah
kakekmu juga di hancuri.” saran dari tetangga yang memang tidak suka sama
keluarga Pak Umar Saragih.
“Eh,
jangan seperti itulah, kok malah menyarankan rumah kakeknya di hancurkan.
Bukannnya di nasehati, malah di ajari yang bukan-bukan.” teriak Bu Umar ,geram.
Si
Habsyipun memindahkan pecahan-pecahan batu kamarnya, sesegera mungkin ketempat
lain.
“
Mantap ” teriak Habsyi.
“
Mantap kenapa ?” tanya Bu Umar .
“
Lari Dia ke langit Mak. Suaminya Nyiloro-kidul, karena tanah ini sudah Ku
bersihkan dari batu-batu, kesakitan Dia Mak. Mampus Dia. Kalau nggak Ku
bersihkan maka badanku yang sakit-sakit.” ujar Habsyi senang.
Begitupula
dengan bekas tanah galian kolam lele Al, sesegera mungkin di timbun kembali
oleh Habsyi dengan tanah dan di tanami rumput.
“
Jadi kenapa Habsyi hancurkan kolam lele Al, padahal itu di buatnya dari uang
mengutang, apa ada hubungannya dengan Nyiloro kidul ?” tanya Bu Umar.
“
Iya Mak, bagus Ku hancurkan kolam itu, dari pada Mamak dan Al yang mati !” ujar
Habsyi seakan benar apa yang di perbuatnya.
“Mati
kenapa ?” tanya Bu Umar tambah bingung.
“Ada Jin Langit,
tingginya melebihi pohon kelapa. Dia teriak, “ Hancurkan kolam itu”, dan Aku melihat
Nyiloro-kidul berenang dikolam itu. Kalau tidak Ku hancurkan, maka tanganku
seperti di lindas Traktor, perutku seperti di masuki batu bata, napasku sesak.
Dari pada nanti Mamak seperti Aku, kan bisa mati. Bagus Ku hancurkan aja kolam
itu. Sekarang sudah aman kan. Haaa….haaaa..”. terang Habsyi bangga dengan
perbuatannya.
Keluarga
Pak Umar Saragih, tidak tau harus berbuat apa untuk mengobati Habsyi. Mereka
bingung, apa sebenarnya penyakit Habsyi. Sekilas
kata orang pintar “Dukun”, didalam diri Habsyi ada Pampir atau Pekong.
Dalam pemikiran keluarga Pak Umar Saragih. Kemungkinan dulunya Habsyi pernah
berbuat kesalahan yang membuat majikannya sakit hati. Karena sebelum Habsyi
sakit, pernah bekerja sama Orang Cina di Kota Medan.
Pengobatan secara medis
belum pernah dilakukan, hanya pengobatan ke pada orang pintar “Dukun”, tetapi
Habsyi tetap tidak ada perubahan.Kesimpulan sementara yang dipikirkan keluarga
Pak Umar Saragih, bahwa Habsyi di guna-gunai sama orang. Belum ada
terpikiran bahwa Narkoba dapat membuat pemakainya ber-halusinasi, agresif,
marah tiba-tiba,hilangnya rasa takut, banyak bicara, dan hilangnya berpikir
logis. Sehingga bisa merubah pemakai Narkoba menjadi “Monster”.
Di pemikiran orang kampung , bahwa Habsyi di ganggu
Pekong, jadi sifatnya di suruh menghancurkan, lalu di suruh membangun, begitu
seterusnya.
Menurut pemikiran
keluarga Pak Umar saragih, jika di hitung-hitung, biaya penghancuran,
pembangunan dan pengobatan melebihi 100 juta.
Belum
lagi, akibat gangguan ini, secara tidak langsung akan merusak Psikologi
keluarga Pak Umar Saragih .
Badan
Habsyi tidak terurus, pakaian asal-asalan, rambut botak, belum lagi membuat
orang tua dan keluarga resah gelisah sejak tahun 2006 sampai sekarang.
Apa lagi terdengar
berita pada tanggal 26 februari 2016. Seorang Brigadir Polisi, memutilasi dua
anak kandungnya. Kejadian tersebut berlangsung di rumahnya yang terletak di
Asrama Polres Melawi, Pontianak Kalimantan Barat.
Menurut
keterangan istrinya, Suaminya kerap marah-marah selama sepekan terakhir,
seperti ada makluk halus yang mendatanginya dan bercerita sering mendapat
bisikan. Keluarga Pak Umar Saragih beranggapan kemungkinan Habsyi mengalami Skizofrenia, seperti yang di alami
Brigadir Polisi tersebut.
Skizofrenia
ini merupakan gangguan kejiwaan, dimana terjadi kesalahan persepsi terhadap Dunia
luar. Skizofrenia dapat dideteksi dengan tes darah. Skizofrenia dapat
menimbulkan halusinasi, delusi dan penyimpangan cara berpikir dan prilaku.
Mendengar berita ini,
keluraga Pak Umar Saragih selalu was-was. Di khawatirkan Habsyi mendapatkan
bisikan yang sama dan membunuh keluarga Pak Umar Saragih. Parang atau benda
tajam lainnya dan batu gilingan cabe, selalu di sembunyikan oleh Bu Umar.
Masih,
jadi tanda tanya di benak Usman, apa
sebenarnya penyakit adiknya, Habsyi. Paklek nya , yang jarak rumahnya
lebih kurang 45 menit dari rumah Bu Umar , menceritakan kalau Habsyi sering
datang kerumahnya, meminta beras, lalu malamnya pulang dengan Sepeda motor,
tetapi pulangnya tidak kerumah Bu Umar, melainkan ke rumah Bu-leknya yang ada
di Tebing tinggi. Terkadang sampe di rumah Bukleknya jam 12 malam. Beras yang
di bawa Habsyi di berikan ke Buk-leknya. Menurut ceritanya, Habsyi memberikan
beras ke Bukleknya karena kasihan. Dimana Bukleknya sekarang menjadi Janda, di
karenakan ditinggalkan suaminya karena penyakit Diabetes.
Bukleknya
Usman yang di Tebing-tinggi pernah bercerita, “ Habsyi, kalau pulang dari rumah
Pakleknya yang beralamat di Gunung Para, selalu singgah ke rumahnya. Malamnya
pernah melihat Habsyi membakar celana
dan bajunya.”
“
Habsyi, kenapa di bakar baju dan celanamu ?” tanya Buklek Habsyi bingung dan
takut.
“
Banyak kumannya Bulek ” jawab Habsyi.
“
Aku minta celana dan bajulah Buklek,
bekas-pun nggak masalah.” pinta Habsyi.
Hal
ini cukup sering di lakukan Oleh Habsyi.
Bulan
Desember 2015 Usman pernah pulang kekampung. Sewaktu dalam perjalanan ke
kampung. Habsyi menelepon Usman.
“Bang, sudah sampai mana ? belikan sabun cair
ya ”
“Baik,
nanti Abang belikan” jawab Usman sambil tersirat, untuk apa sabun cair yang di
minta Habsyi.
Ketika
Usman sampai kampung kondisi rambut Habsyi botak.
“
Bang, mana sabun cairnya, mau Ku pakai.” tanya Habsyi.
“
Ini, sabun cair yang Habsyi pesan.” jawab Usman.
Tetapi
setelah di perhatikan oleh Usman, Habsyi selalu memakai sabun cair itu. Sambil
di gosok-gosokkan di kepala, pipi dan
dahinya sampai terjadi bekas luka, karena gosokannya begitu kuat.
“
Kenapa selalu Habsyi pakai sabun cair itu, bukan seharusnya di pakai saat mandi aja”
tanya Usman ,sambil geleng-geleng kepala.
“ Banyak kuman di
kepala Ku Bang, terkadang kumannya sampai ke tangan, setelah Ku kasih sabun
cair, mati kumannya.” tutur Habsyi polos.
Selama
Usman di Kampung halaman, di perhatikanlah tingkah laku Adiknya Habsyi.
Terkadang timbul emosi dan bawaannya mau di usir aja Adiknya itu. Sangat geram
Usman atas kelakuan Adiknya, yang telah membuat keluarga susah dan serba-salah
selama bertahun-tahun.
Jika
tidak teringat apa yang disampaikan Bu Umar, tentu akan terjadi perkelahian
antara Usman dan Habsyi. Adapun pesan Bu Umar sebelum Usman sampai di kampung.
“ Usman anakku, jika
sesampainya di kampung, jangan ngomong kasar sama Adikmu Habsyi, takutnya nanti
kalian berkelahi ”
Begitu
mulianya hati seorang Ibu, tetap melindungi Anaknya yang jelas-jelas beberapa
tahun ini membuat kehidupannya tidak tenang, dan tidak bisa tidur nyeyak.
Habsyi, tiap jam 12
malam selalu keluar rumah untuk membeli rokok sebatang, lalu menghancurkan dan membersihkan
apa yang menurutnya harus di bersihkan dan di hancurkan, di sekitaran
perkarangan rumah kakeknya dan perkarangan rumah yang telah Habsyi hancurkan.
Adapun
sebelum keberangkatan Usman ke kampung pada bulan Desember 2015, Usman
berkonsultasi dengan Ibu Kepala Desa melalui HP, untuk mengetahui perkembangan
Habsyi melalui kaca mata seorang Kepala Desa.
“
Hallo Bu Kepala Desa. Saya Usman, Anaknya Pak Umar saragih di Lhokseumawe Aceh.
Sepengetahuan Ibu, setelah Habsyi
menghancurkan kolam Adiknya, sebaiknya Habsyi, Saya bawa berobat kemana dulu ya
Bu. Kalau dalam benak Usman, mau Usman obati ke Pengobatan rukyah.”
“
Kenapa harus ke Pengobatan rukyah dulu, apa tidak ada alternatif pilihan
berobat ke Rumah sakit atau berobat ke Dokter Kejiwaan ?” sambung Ibu Kelapa
Desa.
“Itulah Bu, saya masih
penasaran. Apakah betul di dalam tubuh Habsyi ada Pekongnya . Kira-kira Bu, kalau
pengobatan ke orang pintar, apa Ibu ada kenalan ?” tutur Usman.
“
Ada. Lokasinya di Besangu, Kecamatan Sipispis, tetapi Ibu mohon, jangan beri tau ke orang pintar tersebut bahwa
Ibu yang memberi tahu alamatnya.” ujar
Ibu Kepala Desa.
“
Kalo perihal itu, Ibu jangan khawatir.” jawab Usman.
“
Begini Usman. Sepengetahuan Ibu , ada pasien yang sudah berpuluh tahun gila karena
gangguan sihir. Lalu di obati oleh Tuhan melalui Opung itu, Allhamdulilah sembuh.
Opung itu tidak minta bayaran. Jika kita kasih uang selalu tidak mau. Jadi
jangan khawatir perihal biaya. Dan seingat Ibu, ada Pasien yang berhasil di
sembuhkan oleh Tuhan melalui Opung itu, sehubungan Opung itu tidak minta uang.
Pasien itu setelah sembuh, membawa
hiasan dinding berupa ayat Al-quran.” terang Bu Kepala Desa mencurahkan
pandangannya.
“Wah,
Allhamdulilah masih ada orang seperti Opung, di Zaman Now ini ya Bu ” sambung
Usman, “bangga”, dimana masih ada orang yang tulus ikhlas membantu pengobatan
orang lain di Zaman Now ini.
“
Oh ya Bu. Kira-kira di kampung ada nggak ya,
pengobatan Rukyah seperti yang saya lihat di Televisi ?” tanya Usman
sopan.
“Ada.
Setelah ini, Ibu SMS nomornya ya.” balas
Ibu Kepala Desa.
“
Baik Bu, terima kasih banyak Bu.” tutur Usman menutup pembicaraan.
Setelah
di SMS nomor Si Perukyah di kampung, Usmanpun langsung menelepon.
“
Pak. Saya anaknya Pak Umar saragih. Nama Saya Usman yang tinggal di Lhokseumawe,
Aceh. Saya mau tanya, apakah Si Habsyi pernah berobat ke Bapak ?”
“
Oh, kamu yang bernama Usman. Pa Khabar ?”
jawab Si Perukyah.
“
Sehat Pak.”balas Usman.
“ Si Habsyi dulu sering
berobat ke sini, tetapi menurut Bapak, Dia itu mengalami halusinasi yang
berlebihan dan kemungkinan ada juga ganguan jiwanya. Bapak sudah lama tidak
mendengar beritanya. Sekarang bagaimana keadaan Habsyi ?” tanya Si Perukyah
penasaran.
“Baru-baru
ini, Habsyi menghancurkan kolam adiknya Pak !” sambung Usman.
“
Segera diobati ketempat yang lain aja, mana tau sembuh.” tutur Si Perukyah.
“
Iyya Pak. Rencananya, begitu sampai di
kampung. Saya akan bawa berobat ke Rumah sakit, dan rehabilitasi di BNN (Badan
Narkotika Nasional), mana tau ada indikasi pengaruh Narkoba.” ungkap Usman.
“
Itu rencana yang bagus, lebih cepat lebih baik.” tegas Si Perukyah.
“
Baiklah Pak, terima kasih atas informasinya. Saya tutup dulu ya Pak, telepon
nya. Assalamu-alaikum” ujar Usman.
“Wa-alaikum
salam,” jawab Si Perukyah.
Usmanpun
menyiapkan keberangkatannya ke Kampung halaman, dengan membeli tiket Bus dari
Lhokseumawe ke Medan. Setelah itu perjalanan di lanjutkan ke Tebing Tinggi.
Sebelum keberangkatan, Usman menelepon Kembali Mamaknya.
“Mak,
ngomong-ngomong, KTP Habsyi masih ada ? ”
“Nggak
ada, sudah hilang.” jawab Bu Umar.
“
Suruh ngurus Habsyi lah Mak. Bilang untuk persyaratan mancari kerja di Aceh. Karena
Habsyi pernah ngomong ke Usman, kalau Habsyi sudah bosan di kampung.” kenang
Usman.
“Kalau
Mamak yang suruh. Pasti Habsyi nggak mau. Bagusnya, Usman aja yang menyuruh
Habsyi.” jawab Bu Umar.
“
Sekarang, Habsyi ada dirumah, kalau ada, tolong panggilkan.” tutur Usman
sopan.
“Ada”
balas Bu Umar.
“
Habsyi, ini Abangmu mau ngomong ”
“Hallo
Bang, ada apa ? ” tanya Habsyi.
“
Coba urus KTP Mu. Caranya minta dulu surat keterangan kehilangan dari Kepolisian,
setelah itu pergi ke Kantor Lurah, karena untuk bekerja perlu KTP.” terang
Usman.
“
Ah, Kau pikir gampang buat KTP. Kau kirim dululah uang untuk buat KTP !” respon
Habsyi sedikit emosi ke Abangnya.
“Berapa
?” tanya Usman.
“
Kirim aja Rp 50.000,- .” jawab Habsyi.
“Oke,
hari ini Abang transfer, besok Habsyi urus KTP nya ya.” ujar Usman.
“Oke,
Don’t Worry.” balas Habsyi.
Cukup capek memang
keluarga Pak Umar Saragih di buat Habsyi, karena berkali-kali mengurus KTP dan
SIM, tetapi selalu hilang. Sebenarnya KTP Habsyi nantinya untuk melengkapi
persyaratan berobat ke Dokter Spesialis Kejiwaan di Rumah sakit. Setelah
sembuh, baru akan di carikan pekerjaan di Aceh. Agar Habsyi tidak terus
menganggu ketenangan orang tua mereka yang sudah berumur lanjut.
Usman
punya rencana jika tidak ada perubahan juga di obati sama orang pintar, maka akan
di bawa ke Pukesmas atau Klinik terlebih dahulu, lalu minta surat rujukan ke
Rumah sakit yang ada Dokter Spesialis jiwa.
Kebetulan
Si Habsyi mempunyai BPJS Kesehatan dari Pemerintah. Jadi bisa mempermudah
Habsyi untuk berobat.Yang penting Habsyi sembuh dahulu, baru di pikirkan untuk
di carikan pekerjaan.
Itu niat Usman sejak
awal agar beban dan cobaan Keluarganya agak berkurang. Keesokan harinya,
Habsyipun mengurus KTP sendiri, tanpa pendampingan. Dia membawa Sepeda motor
dengan pakaian seperti orang tidak waras, dengan menggunkan celana pendek 10 cm
dari lutut, kepala botak tidak memakai Helm, menuju Kantor Polisi tanpa ada
rasa takut.
“Ada
urusan apa Kamu kesini ?” tanya salah satu Pak Polisi.
“Mau,
ngurus surat kehilangan KTP Pak !” sambung Habsyi santai.
“
Balik Kamu sana. Pakai Helm, kalau mengendarai Sepeda motor.” gertak Pak
Polisi.
Habsyipun
bingung dan segera mau pulang, tiba-tiba ada seorang Polisi yang sudah
mengenal Habsyi.
“Eh,
Habsyi, tidak perlu Kamu pulang, sini, biar Aku bantu urus !”
Sedikit
banyak Pak Polisi tersebut sudah mengetahui kelakuan Habsyi. Orang yang pernah
membongkar rumah orang tuanya sampai habis dan lain sebagainya.
Akhirnya
KTP selesai di buat. Pada tanggal 24 Desember 2016, Usman tiba di Kota Tebing
Tinggi. Al sudah menunggu di terminal. Usman dan Al langsung mencari alamat pengobatan Rukyah di kota tersebut.
Setelah bertanya dari orang ke orang, akhirnya alamat Ustad Ahmad ketemu.
Tetapi Ustad tidak ada di rumah.
“
Maaf Pak, ada Ustad Ahmad ?” tanya Usman
kepada Kakek yang berada di Rumah Ustad Ahmad.
“
Dari mana ?” tanya kakek tersebut.
“
Nama Saya Usman, dari Lhokseumawe Aceh, kebetulan lagi pulang kampung. Kampung Saya di sini, di Desa Ladangan Batu
Nongol Sipispis. Besok saya mau mengobati Adik saya melalui metode Rukyah.”
tutur Usman.
“
Barusan aja, Ustad Ahmad keluar. Coba telepon aja.” balas si Kakek.
“
Baik Kek, berapa nomor teleponnya. ” tanya Usman.
Kemudian
Usmanpun menelepon Ustad Ahmad.
“
Hallo Ustad Ahmad. Saya Usman dari Lhokseumawe Aceh. Mau buat janji sama Ustad,
untuk merukyah Adik saya“ Habsyi.”
Si
Ustadpun menjawab, “ Baik, tetapi Saya bisanya hari senin tanggal 29 Desember.
Oh ya, apa sebelumnya Si Habsyi
pernah di rukyah ?”
“
Pernah Ustad, dikampung tetapi belum ada perubahan.” jawab Usman.
“
Baiklah kalau begitu. Hari senin, insyaallah kita jumpa ya ” tutur Ustad.
“
Baik Ustad, Insyaallah. Kalo begitu sudah dulu ya Ustad, Assalamualaikum
wr.wb.” jawab Usman menutup pembicaraan.
Kemudian
Habsyi dan Al berangkat ke kampung. Begitu sampai di kampung, Usman memulai
melakukan pengamatan terhadap prilaku
Habsyi. Pendekatan-pendekatan pun dilakukan dengan mendengarkan cerita dari
Habsyi . Dimana Habsyi jika sudah di ajak ngobrol maka Dia sanggup untuk
bercerita terus menerus tanpa ada jeda dan tanpa mengenal waktu. Jika lawan
bicaranya mau mengakhiri obrolan, maka Habsyi berusaha menahan lawan bicaranya
pergi.
Dalam Obrolan
itu,sedikitpun Usman tidak membantah apa yang di bicarakan Habsyi, walau
ceritanya tidak masuk akal. Ini dilakukan Usman agar Habsyi merasa nyaman dan
mau di bawa berobat. Karena Selama ini Habsyi selalu melawan dan menolak jika dibawa berobat. Habsyi merasa tidak
sakit.
Selama
ini, hanya Mamak Habsyi yang sanggup mendengarkan ketika Habsyi mulai mengajak
bercerita.
Usmanpun
“nggak habis pikir “, ternyata prilaku dan kesehatan Habsyi belum menunjukkan
kesembuhan. Padahal Sebelumnya Habsyi sudah pernah di obati oleh keluarga
Pakleknya di Padang. Oleh Keluarga Pakleknya, Habsyi di bawa berobat ke orang
pintar “ Dukun”. Sebelum Habsyi di bawa ke Dukun, Buklek Ayu yang merupakan
Istri Pakleknya Usman, menelepon.
“Usman,
ini Bulek Ayu di Padang. Rencananya Paklekmu mau mengobati Habsyi, tetapi
biayanya 5 Juta.”
“Aduh,
mahal juga ya, Buklek.” jawab Usman.
“
Iyya, karena di tubuh Habsyi ada Nyiloro - kidul, Keris dan Naga.” tutur Buklek
dengan nada prihatin.
“Maaf
Bulek, kondisi keuangan Usman lagi pas-pasan. Apalagi Saya baru saja menikah. Jadi Usman tidak bisa membantu sama sekali,
karena Usman masih punya hutang untuk biaya pernikahan, yang harus dibayar
setiap bulannya. Maaf ya Bulek.” balas Usman.
Walaupun
tidak mendapat bantuan dari Usman, Keluarga Pakleknya Usman di Padang tetap
melakukan pengobatan ke Dukun tersebut. Pengobatan pun di lakukan di Rumah
Paklek Usman.
Dalam proses pengeluaran Nyiloro-kidul, Keris
dan Naga, terdengar seng rumah berbunyi keras seperti ada yang melempar. Namun
pengobatan dengan biaya mahal ini, belum bisa membuat Habsyi sembuh.
Setelah
Pengobatan, Habsyi punya keinginan pergi ke Jakarta untuk menjumpai
keluarga angkatnya, lalu bekerja di
Jakarta. Sebelum berangkat Habsyi menelepon Usman.
“Hallo
Bang ! Kirimkan Aku uang. Aku Mau ke Bengkulu, tempat pekerjaanku yang lama.”
“
Kalau uang , Abang tidak punya. Ke
Jakarta aja dulu ngapain balik ke Bengkulu. Katanya Habsyi punya Orang tua angkat, yang sayang sama
Habsyi. Coba minta uang sama Paklek atau Mamak, mana tau mereka bisa membantu.”
jawab Usman.
“
Ya sudah, kalo tidak mau
membantu.Percuma punya Abang !” balas Habsyi kecewa.
Dua
hari setelah itu terdengar, Habsyi sudah berada di kampung bukannya ke Jakarta.
Adapun biaya Habsyi pulang Kampung, di biayai oleh Mamaknya. Dimana Habsyi
selalu menelepon ke Kampung , agar dikirim uang untuk ke Jakarta atau untuk
pulang Kampung.
Orang
tua Habsyi, berpikiran kalau Habsyi sudah sembuh. Karena sudah di obati dengan
biaya mahal. Tetapi semua di luar dugaan, Habsyi tetap melakukan hal-hal yang
aneh di Kampung .
Sebelumnya
Keluarga Pak Umar saragih juga sudah sering mengobati Habsyi.
Pernah
suatu ketika Habsyi mempunyai kelakuan yang aneh, dimana tatapan matanya
kosong, tubuhnya di gerakkan kearah loteng, seakan ada yang menyuruh Habsyi
untuk memanjat.
“Nak,
ngapai Kamu mau manjat loteng, turun Nak !” bujuk Bu Umar.
Di
siang hari , beberapa kali Habsyi berusaha memanjat loteng tetapi gagal. Di
malam hari keinginan memanjat loteng terlaksana. Dan Habsyi pun jatuh dari atas
loteng. Kakeknya Habsyi yang melihatnya langsung.
Keesokkan
paginya, Pak Umar mencari pengobatan alternatif, dengan mendatangi seorang
Dukun. Dengan membawa daun sirih, pinang ,kapur dan jeruk purut.
“
Siapa namamu Anakmu ?” tanya Dukun.
“
Habsyi Saragih” jawab Pak Umar.
Si
Dukun mulai membaca mantra dengan mata tertutup, seakan sambil berbicara kepada
Jin nya. Setelah beberapa menit, Si Dukun membuka mata dan memaparkan
penerawangannya.
“ Anakmu, di masukki
Jin peliharaan Opungnya. Dulu Almarhum orang tuamu, pernah memelihara Jin. Yang
namanya Jin peliharaan, maka akan menggangu sampai 7 keturunan. Jin tersebut
berusaha mencari anak keturunan yang memeliharanya, untuk di jadikan temannya.
Ibaratnya , Jin itu seperti se-ekor Anjing, Ia akan mengendus bau darah dari
keturunan yang memeliharanya. Seharusnya Almarhum orang tuamu sebelum
meninggal, membuat perpisahan. Perpisahan yang menyatakan hubungan antara Opungnya Habsyi dan Jinnya
sampai disini. Dan hal ini biasanya dengan men-tumbalkan 1 ekor ayam. Lalu dipotong sampai mengeluarkan darah . Darah
itulah menjadi simbol perpisahan pemilik dengan peliharaannya. Dari pembicaraan
Saya tadi, Opungnya Si Habsyi marah, karena kamu telah memusuhi istrinya.Yaitu
Mamakmu sendiri. Kamu memusuhi istrinya di karenakan pembagian harta warisan
yang Kau anggap tidak adil. Kau maafkan lah Mamak dan Abangmu di kampung. Mudah-mudahan
dengan engkau memaaafkan maka akan berlipat ganda rezeki keluargamu. Besok
pulanglah ke kampung minta maaf kepada Abang dan Mamakmu, lalu ber-ziarahlah ke
makam orang tuamu, menangislah di sana. Minta maaf yang sungguh-sungguh.
Almarhum Bapakmu akan mendengar, karena kamu masih sedarah”.
“
Tapi, aneh juga jadinya Bapak. Kenapa Saya yang di zalimi oleh mereka, Saya
pula yang harus meminta maaf. Tanah yang merupakan hak Saya, mereka jual,
tetapi uangnnya nggak jelas. Untuk menyelesaikan sekolahkan anak Saya yang
pertama saja, tidak terlaksana. Padahal
anak Saya Usman telah bersusah payah belajar di Sekolah Pelayaran Padang
sehingga menjadi Taruna terbaik yang selalu juara kelas dan juara umum. Ketika
Usman mau ujian Negara gagal karena uangnnya tidak jelas. Kata mereka tanah
sudah di jual, tetapi kami cuma di kasih 1 juta. Padahal Usman hanya
membutuhkan biaya 5 Juta pada tahun 1998 untuk menyelesaikan ujian Negaranya. Usman pun sempat depresi, stress dan takut kalau melihat dan di lihat Masyarakat
kampung. Karena photo nya memakai baju menyerupai Angkatan Laut terpajang
di ruang tamu kami dan ruang tamu Pakleknya baik di Padang maupun Pakleknya di Gunung para.” tutur pak Umar
mengenang.
“
Sudahlah ikhlaskan aja semuanya. Kalau tidak di ikhlaskan maka Al-marhum orang
tuamu akan lebih marah dan akan menggangu adiknya Habsyi yaitu Al” ujar Si
Dukun.
“
Loh, kok benarnya apa yang Bapak terangkan ya. Karena anak Saya Al, akhir-akhir
ini seperti orang bingung. Dia sekarang di kampung dan berhenti dari
pekerjaannya di Padang. Sewaktu di Padang bawaannya mau bunuh diri aja. Info
yang Saya dengar, Al di guna-gunai orang yang cemburu dengan ketampanannya.
Sehingga Al merebut cewek orang lain. Begitu informasinya Bapak.” ungkap Pak
Umar sambil menelan ludah, kenapa yang di terawang Si Dukun benar sesuai
kejadian yang di alaminya. Pak Umar pun semangkin takut jika Al-marhum orang
tuanya tambah marah.
“ Kau bawa sirih dan kapur ini. Sampai di
rumah, Kau kunyah dan semburkan ke Habsyi. Adapun jeruk purut ini Kau gosokan
ke kepala Habsyi. Lakukan Pagi dan Sore selama 3 hari” tegas si Dukun .
“
Jika dengan cara ini tidak bisa, apa yang kami lakukan agar Jin keturunan ini
tidak mengganngu keturunan kami Bapak ? ” tanya Pak Umar Penasaran.
“
Jika kamu Muslim, dekatkan diri sama yang Maha Kuasa. Berhubung Jin telah
mengganggu keluargamu, maka cari Ustad Rukyah Syariah. Di Televisi dan You
tube, banyak di jabarkan apa itu Rukyah Syariah. Dan pengobatan Rukyah Syariah,
sudah ada dimana-mana sekarang. Dan
ingat juga, Jiwa yang kosong, suka melamun, apalagi Jiwa-jiwa yang sudah
mengkosumsi Narkoba, maka Jin gampang mempermainkannya. Dan Pasukan Jin dan
Rajanya suka kepada pengguna Narkoba. Pengguna Narkoba di pengaruhi oleh Jin untuk
merusak. Dan ingat yang nama Jin tidak ada yang bisa di katakan Jin Baik atau
Jin yang bisa membawa keberuntungan. Mereka ujung-ujungnya akan menyesatkan Manusia.
Jadi memohon lah Hanya Kepada Sang pencipta bukan bersekutu dengan Jin”
terang Si Dukun sambil menyeruput kopinya.
“Baiklah
Bapak, terima kasih banyak obat dan nasehatnya, Saya permisi pulang dulu.”
balas Pak Umar mengakhiri pembicaraan.
Ketika
sampai di rumah, di kunyalah sirih dan kapur tadi. Lalu di semburkan ke
Habsyi.Si Habsyi yang tadinya seperti orang bingung, tiba-tiba seperti orang
kaget. Lalu masuk kekamar karena malu. Keluar kata-kata dari mulut Habsyi, “Kok
Aku nggak pakai baju ya ?”
Keesokkan harinya, Pak
Umar dan Istrinya pergi kekampung untuk ber-ziarah dan meminta maaf. Mamak dan
Abang Pak Umar kaget, karena sudah 2 tahun Pak Umar tidak menjenguk mereka. Di
ceritakanlah keadaan Habsyi beberapa tahun ini ke Opung perempuan Habsyi dan
Abang Pak Umar.
Pak
Umar menangis menceritakan keadaan Habsyi. Mendengar hal itu Opungnya Habsyi
juga menangis. Mereka pun saling bermaaf -maaf pan. Lalu mereka bersama-sama ziarah.
Lokasi kuburannya dekat Ladang sawit yang di kelolah Habsyi. Keluarga Pak
Umar melakukan hal ini, berharap Habsyi
sembuh dari penyakitnya.
Di
Makam Opung laki-laki Habsyi, Pak Umar menagis terseduh-seduh.
“ Bapak, maafkan lah
kesalahan anakmu ini. Rumah kami sudah hancur, sekarang ambisi Cucumu
mengancurkan rumah kakeknya. Cucumu Habsyi, seperti orang tidak waras,. Cucumu
Habsyi telah membuat resah Masyarakat,
membuat Aparat Desa bingung apa yang harus di lakukan. Di penjara tidak bisa,
di bunuh tidak mungkin, di pasung katanya melanggar HAM. Mau kami bawa ke rumah
sakit jiwa, uang kami tidak ada. Pernah di bawa oleh Abangnya ke Rumah sakit
jiwa Tuntungan Medan, dengan Sepeda motor, Dianya kabur. Dibawa ke Lhokseumawe
Aceh untuk di obati di Rumah sakit, Dia juga kabur balik lagi kekampung.
Dikirim Habsyi ke Jakarta Oleh Pakleknya, nggak berapa lama Habsyi pulang,
dengan minta keterangan anak terlantar, sehingga Habsyi pulang kampung gratis.
Tolonglah bilang sama Jin yang Bapak pelihara dulu, agar jangan menggangu
keturunan kami lagi.” ungkap Pak Umar, sambil mengusap air matanya.
Setelah
berjiarah keluarga Pak Umar saragih pun pulang ke rumahnya. Pemotongan Ayam
tidak di lakukan, Pak Umar hanya meminta maaf.
Menurut Usman, sungguh
aneh cerita ini. Keluarga Pak Umar yang
di zalimi, tetapi keluarga Pak Umar pula
yang harus meminta Maaf.
Sampai tahun 2018, Habsyi belum sembuh dari
penyakitnya. Pada malam pertama Usman berada di kampung. Usman tidur di ruang
tamu bersama Pak Umar. Untuk melihat pergerakkan Habsyi. Betul, sesuai cerita
Mamaknya. Jam 12 Malam, Habsyi mulai keluar dari kamarnya, mengambil Sepeda
motor. Melihat itu Usman langsung bangun.
“
Mau kemana Habsyi ” tanya Usman
Habsyipun
menjawab, “ Mau beli Rokok ”
Sepeda
motor pun di ambil, lalu beberapa menit kemudian Habsyi pulang dengan membawa 2
batang rokok.
Lalu
Habsyi duduk di sebelah Usman yang lagi tidur, sambil bercerita tentang Jin
langit , Nyiloro kidul dan Pasukannya. Ceritanya tidak berhenti-henti.
“Sudah
ceritanya besok lagi, Abang ngantuk ne ,” tutur Usman kesal.
Habsyi
seakan tidak peduli dan tetap bercerita.
“Sudah,
Ku bilang besok lagi ceritnya, dengar nggak ?” teriak Usman.
Si
Habsyipun terdiam dan pergi kekamarnya. Satu jam kemudian, Habsyi keluar dari
kamarnya. Duduk di sebelah Habsyi sambil cerita hal yang sama. Habsyi pun
berhenti bercerita setelah di teriaki
lagi oleh Usman, agar besok ceritanya.
Besok paginya, Usman
membujuk Habsyi agar mau ikut dengannya untuk berobat ke daerah Besangu
rekomendasi dari Ibu kepala Desa. Karena Ustad Rukyah di Tebing tinggi, baru
bisa di jumpai tanggal 29 Desember 2015.
“
Yuk kita ke Besangu. Jumpai orang pintar, katanya Kamu mau sembuh. Supaya
badanmu nggak sakit-sakit,seperti di lindas Traktor.” ujar Usman membujuk.
“
Sebenarnya Aku bosan berobat, karena tidak ada perubahan. Yang ada, tambah parahku rasa. Tapi itu yang Kau mau.
Ayolah kita berangkat. Asal rokokku aman.” ungkap Habsyi sinis, tidak yakin sembuh.
Setelah
sampai di rumah orang pintar tersebut. Usman langsung berbicara dengan orang
pintar tersebut, sementara Habsyi duduk di Sepeda motor yang jaraknya agak
jauh.
“
Bapak, perkenalkan nama saya Usman dari kampung Ladangan. Saya anaknya Pak Umar
Saragih yang kerja di bengkel Sepeda motor Sipispis.” ungkap Usman
memperkenalkan diri.
“
Oh, Kau anaknya Umar Saragih ya. Ada
yang bisa Opung bantu. Jangan Kau panggil aku Bapak, panggil aja Opung !” tutur
Opung sambil terseyum.
“ Begini Opung. Adik
saya Habsyi. Itu yang lagi duduk di Sepeda motor, telah menghancurkan rumah
kami beberapa tahun yang lalu dan baru saja menghancurkan kolam ikan adiknya.
Dia selalu melihat sekumpulan Jin, dan Nyiloro kidul bersama suaminya. Dimana
Jin Langitlah yang selalu membisikan Habsyi
untuk menghancurkan dan membangun sesuatu setiap saat. Jika tidak di
turuti maka tangannya seperti di lindas traktor, nafasnya sesak dan perutnya
seperti di masuki batu bata.” cerita Usman panjang
lebar.
Lalu Opung tersebut memperhatikan Habsyi dengan
seksama dari jarak Jauh.
“
Wah. Sepertinya gangguan yang di alami Adikmu, sudah mendarah daging . Ada Kau
bawa sirih, jeruk purut dan kapur ?” tanya Opung.
“Tidak
ada Opung.” jawab Usman.
“
Nanti sore Kau ke sini lagi, sendiri aja. Jangan Kau bawa adikmu lagi” terang
Opung.
“
Baik Opung, nanti sore saya ke sini lagi, untuk itu kami permisi dulu ya ”
tegas Usman semangat , menutup obrolan itu.
Sekitar
jam 3 sore, Usman menjumpai Opung
tersebut.
“
Opung, ini bahan-bahan yang Opung mintak
tadi”
Lalu
bahan-bahan tadi di bawa ke dapur , dari dapur di bawa ke Musollah yang ada di
rumah Opung itu. Lalu Opung itu kelihatan seperti berdoa. Setelah beberapa
menit Opung itu kembali dengan membawa air putih di dalam botol , jeruk purut,
daun sirih dan kapur.
“
Air ini, begitu sampai di rumah.
Minumkan kepada Habsyi 3 kali sehari. Setelah itu jeruk purut di mandikan ke
Habsyi. Setelah di mandikan, jeruknya di belah dua. Pegang dengan tangan kanan
dan kiri. Lalu buang kearah belakang. Setelah mandi, kunyah sirih dan kapur
ini, usapkan kekepala Adikmu. Lakukan 3 kali sehari. Setelah habis, kamu
kembali lagi kesini. Kita usahakan sampai tiga kali pengobatan, kalau tidak
sembuh juga. Saya angkat tangan.” papar Opung menjelaskan.
“Baik Opung, akan Saya laksanakan.” jawab
Usman dengan mantap.
“
Opung, ini ada sedikit uang rokok tolong di terima”
“
Tidak perlu. Bawa pulang aja uang itu. Kita Do’akan aja sama-sama agar adikmu cepat sembuh ya.” balas
Opung menolak pemberian Usman.
Usman
pun permisi pulang dan langsung
menjumpai Habsyi.
“Dek,
Nanti jam 6 sore kita pergi ke Sungai.” ajak Usman ke Habsyi.
“
Ngapain ?” tanya Habsyi.
“
Katanya Kau mau sembuh, ini ada obat dari Opung Besangu.” ujar Usman
mengingatkan.
“
Sudah capek Aku di obati dengan ramuan itu. Tapi tidak ada perubahan, yang ada
malah sakit. Kau tanyalah ke Mamak kalo nggak percaya.” tutur Habsyi .
“
Sudah, jangan banyak cerita. Yang penting kita usaha.” terang Usman.
“
Kalau mandi ke Sungai pas mau Magrib, di jalan banyak kali setan bencong yang
ganggu Aku nanti. Terkadang Ku cueki aja, mati Dia sana.” sambung Habsyi.
“Ah,
Aku nggak peduli. Mau Setan atau Jin, yang penting Aku berusaha mengobatimu.
Dan Aku juga sudah belajar, bahwa bangsa Jin itu sangat lemah. Dibaca satu- dua
ayat aja Dia takut, menjerit dan kepanasan. Dan untuk Kau ketahui bahwa Manusia
lebih mulia dari makluk lainnya. Kita tidak boleh di kendalikan dan dikuasai
bangsa Jin. Dan Abang selalu mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa dengan
Sholat tepat waktu, agar doa Abang didengar-Nya. Jika kita tidak dekat dengan
yang Maha Kuasa, lalu membaca satu-dua ayat untuk mengusir Jin, akan di
tertawai oleh Jin tersebut, tidak ada efek atau pengaruh sama sekali sama Jin
tersebut. Malah terkadang Jin tersebut lebih pintar menirukan bacaan kita,
tetapi bacaannya ngawur, jangan dianggap bacaannya benar. Jika bacaan Jin
benar,maka akan hancur Jin itu. Allah Maha adil, “setiap yang di lebihkan pasti
ada yang dikurangkan. Setiap kekurangan pasti ada yang di lebihkan. Jika Abang
ada rasa takut di gangu Jin dan sekutunya, maka Abang segera Doa’ melapor
kepada Yang Maha kuasa. Minta keadilan. Jika Bangsa Jin dan sekutunya
menakuti. Bakarlah Jin itu, baik Ia
berbentuk Kuntilanak, Gundo Rowo, Nyiloro Kidul, Jin Langit dan Sebagainya.
Buat mereka menderita sampai hari Kiamat. Saya tidak menggangu anak keturunan
mereka, kenapa mereka berani menggangu saya sebagai Umat Nabi Muhammad SAW.”
cerita Usman menyakinkan Habsyi agar
jangan terlalu di kendalikan Jin yang selama ini membayangi kehidupannya.
Hari
sudah menunjukkan Jam 6 sore. Usmanpun langsung mengajak Habsyi ke sungai.
“
Ayo kita ke Sungai ” ajak Usman.
“
Biar Aku aja yang bawa Sepeda motornya.” tawar Habsyi.
“
Oke, ne Sepeda motornya, bawalah.” ungkap Usman.
Begitu
sampai di Sungai.
“
Busyet, Sabun cair Ku mana. Pasti jatuh di jalan, Aku balik lagilah
mencarinya.” teriak Habsyi.
“
Tidak perlu, besok kita beli lagi.” jawab Usman membujuk Habsyi.
“
Tenang aja, cuma sebentar. Kau mandi aja dulu.” Habsyi menyakinkan Abangnya.
Usmanpun
khawatir, di takutkan Habsyi tidak balik lagi untuk mandi. Sementara hari
semangkin gelap, di sungai sudah tidak ada lagi orang.
Selagi
Habsyi melakukan pencarian sabunnya. Usman mempersiapkan ember, air, dan jeruk
purut. Setelah air dimasukkan kedalam ember, jeruk purut di peras diaduk
menjadi satu.
Setelah
10 menit berlalu,terdengar suara Sepeda motor.
“
Nggak ketemu sabunnya,entah jatuh dimana.”terang Habsyi.
Usmanpun
mengucapkan syukur dalam hati. Ternyata adiknya benar-benar mencari sabun
cairnya. Sebelumnya Usman berburuk sangka. Pencarian sabun oleh Habsyi hanya modus,
setelah itu tidak balik lagi untuk mandi. Menghindari mandi dengan jeruk Purut.
“
Ya uda, tidak masalah besok kita beli lagi sabunnya, sekarang bukalah bajumu.”
kata Usman.
Habsyi
pun langsung buka baju dan celana. Diluar dugaan, Habsyi mandi tanpa
menggunakan kain sehelaipun. Habsyi langsung terjun ke sungai. Setelah Habsyi
membasahi tubuhnya, Habsyi pun bertanya,
“
Mana air yang sudah di campur dengan jeruk purut.”
“Ini,
sudah Abang siapkan. Mendekatlah ke sini, biar Abang yang membantu menyiramkan
ke tubuh mu.” tutur Usman.
Usmanpun memandikan
Habsyi dengan menyiram beberapa kali, sambil mengusap air mata dipipinya. Usman
berpikir kenapa Adiknya menjadi seperti ini. Apa salah Habsyi dan apa salah
keluarganya.
Lalu Usman menggosokkan jeruk purut ke tubuh
Habsyi. Selesai itu Usman menguyah daun sirih dan kapur, lalu di semburkan ke
ubun-ubun Habsyi. Kemudian Habsyi di
suruh oleh Usman untuk menghadap kearah
datangnya air sambil memegang belahan jeruk purut. Satu di tangan kiri dan satu
belahannya lagi di tangan kanan. Lalu Usman memerintahkan agar jeruk purut itu
di buang kearah belakang. Setelah selesai ritualnya, mereka kembali ke rumah.
“
Usman Anakku. Mau Habsyi, ketika kamu
mandi-i tadi ?” tanya Bu Umar, bisik-bisik ke Usman.
“
Mau, Mak. Nurut Dia sama Aku.” jawab Usman.
“
Syukurlah kalau begitu.” tutur Bu Umar dengan nada lembut.
Besok
paginya, ritual pengobatan dilanjutkan. Usman mengambil air putih didalam botol
yang di peroleh dari Opung Besangu, lalu di minumkan ke Habsyi. Setelah itu
Habsyi menguyah daun sirih dan kapur, kemudian di semburkan ke ubun-ubun-
Habsyi.
Anehnya
Habsyi menurut saja , apa yang di perintahkan Usman. Dimana selama ini, jika
Mamaknya mau mengobatinya selalu ada kata-kata penolakan.
Setelah di sembur ,
Habsyi duduk di teras rumah. Usmanpun menghapirinya. Tidak berapa lama,
Habsyipun bercerita seperti biasa yaitu perihal Jin, Pekong, Nyiloro kidul, Jin
Langit dan rombongan Jin, tanpa putus-putus dan begitu antusias. Padahal yang di
cerikatan itu-itu saja,Habsyi tidak ingat bahwa cerita itu telah Ia ceritakan
sebelumnya. Dan Habsyi merasa senang jika ada yang mau mendengarkannya.
Setelah
selesai cerita, Habsyi mengambil semen, pasir dan sekop di belakang rumah.
“
Untuk apa semen, pasir dan sekop itu ” tanya Usman geram dan bingung.
“
Aku mau menyemen lantai dapur belakang, tempat Mamak mencuci piring. Ini
perintah Jin langit. Harus Aku kerjakan Bang. Jika tidak badanku sakit-sakit,
nafasku sesak, perutku seperti di isi sama batu bata ” terang Habsyi sambil
mengaduk semen dan pasir.
“Waduh,
kok setelah di obati, belum ada perubahan. Kuat juga Pekong yang ada di tubuh
Habsyi” guman Usman dalam Hati, sambil geleng-geleng kepala.
Sehubungan
tempat mencuci piring di belakang , memang pantas untuk di semen, maka Usman
tidak melarang adiknya.
Habsyipun
melanjutkan pekerjaanya. Setelah di perhatikan Usman, ternyata pekerjaan yang
di lakukan Adiknya “asal”. Tidak seperti yang ada dalam bayangan Usman. Adukan
semen air dan pasir tidak sempurna. Asal di aduk saja. Setelah di aduk-aduk
dengan asal , Habsyi membawanya dan menyiramkan ke tanah tempat Mamaknya cuci
piring sehari-hari. Tanpa di ratakan, cuma asal siram.
Setelah
dilihat, pasir dan adukan semen sudah habis. Usmanpun menghampiri Adiknya.
“
Sudah siap kerjanya, cuma seperti ini kah hasil kerjaanmu. Bukannya mangkin
bagus juga !” ungkap Usman kesal.
“ Iya sudah selesai Bang kerjaanku. Lega
rasanya setelah selesai. Dadaku tidak sesak lagi ”. jawab Habsyi puas.
“ Bang, Aku mau ke Ladang dulu ya ” sambung
Habsyi menutup pembicaraan.
Lalu
Habsyipun pergi ke Ladang. Sore haripun tiba. Ritual pengobatan tetap dilakukan
oleh Usman, berharap Adiknya sembuh.
Menjelang
malam tiba, Habsyi tidur di kamarnya. Dimana kondisi kamarnya sangat berantakkan, papan tempat tidur di lepasnya. Habsyi tidur
di bawah. Kasur tinggal satu, yang satunya di bakar pada malam hari, alasannya
karena banyak kuman.
Pada
waktu itu Usman tetap tidur di ruang tamu, untuk memonitor pergerakkan
Adiknya.. Pas jam 12 malam, Habsyi keluar dari kamarnya. Menuju kamar Mamaknya.
“Apa
yang Habsyi cari ?” tanya Bu Umar.
“
Pinjam HPnya dulu Mak, sebentar ” jawab Habsyi.
Lalu
Habsyi menghidupkan senter yang ada di HP tersebut dan keluar rumah menuju ke
belakang dapur, tempat Habsyi menyemen lantai tadi pagi.
Usmanpun, terus melakukan pengamatan di iringi
rasa takut. Usman mengintip dari pintu dapur. Sementara, keluarga Pak Umar
semua melanjutkan tidurnya, mereka sudah biasa dan pasrah atas ke-anehan yang
di alami Habsyi.
Tangan Hasbyi sebelah
kiri memegang HP. Tangan kanan memegang kayu untuk mencongkel-congkel tanah
yang di semennya tadi pagi. Setengah jam kemudian, si Habsyi masuk ke rumah
menuju dapur, untuk makan. Sementara Usman pura-pura tidur. Setelah
makan, Habsyi menuju kamarnya dan tidur. Ke esokan paginya, hal yang sama tetap
di lakukan oleh Habsyi, , mencongkel-congkel tanah bekas semenannya.
“
Habsyi, inikan hasil semenanmu kemaren. Dan sekarang kenapa Habsyi congkel-congkel
tanah ini ? “ tanya Usman pura-pura tidak tau, apa yang di lakukan Habsyi tadi
malam.
“ Entah kenapa Bang,
hatiku gelisah tadi malam, lebih baik Ku kembalikan lagi seperti semula tanah
ini. Jangan sampai tersisa sedikitpun semen disini. Biar mampus tu, Jin
langit.” jawab Habsyi dengan cepat.
Pak
Umar Saragih pernah bercerita ke Usman, bahwa puncak kumatnya Habsyi, biasanya
terjadi pada malam senin. Di malam senin itulah, ada saja yang di lakukan
Habsyi yang membuat keluarga Pak Umar Saragih terkejut lalu terbangun .
Sewaktu penghancuran kolam Lele Al, juga di
lakukan pada malam Senin. Sehingga keluarga Pak Umar berpikiran, kalau yang
mengguna-gunai Habsyi dengan Pekong, sengaja men-jadwalkan penghancuran
besar-besaran pada malam Senin.
Pada tanggal 27
Desember 2015 malam senin, terbukti apa yang di utarakan Pak Umar ke Usman.
Pada jam 12 malam, Habsyi mulai gelisah. Keluar masuk kamarnya, lalu menuju ke
belakang rumah sambil memindahkan papan-papan dekat kamar mandi ke dekat pintu
kamar belakang. Dimana kamar belakang tersebut terdapat pintu untuk masuk
kekamar mandi. Dan di kamar inilah Mamak dan Adik Habsyi ,Yani beristirahat.
Melihat hal ini, Usman pun mendekati Habsyi dengan rasa takut, sambil bertanya,
“Habsyi, kenapa Kamu pindahkan papan-papan itu”
“ Dinding kamar mandi ini, menjadi tempat Pekong dan Jin-Jin lain ber-sembahyang memuji Tuannya. Jadi mau Ku bongkar dinding ini besok, untuk Ku jadikan pintu. Sehingga kita semua lewat dari pintu ini, agar mereka tidak ber-sembahyang lagi disini. Malam ini mau Ku tutup dulu, pintu kamar mandi dengan papan ” Habsyi mencurahkan pandangannya.
“Ah,
mana ada itu. Kau seharusnya berpikir waras, jika pintu ini Kau tutup, dari
mana nanti kita , keluar masuk ke kamar mandi. Jika pintu ini Kau tutup, dan
Kau buka pintu yang lain di luar rumah, tentunya kita semangkin susah kekamar
mandi, harus keluar rumah dulu. Berpikirlah secara normal ” terang Usman
semangkin membatin.
“Aku nggak perduli
Bang, ini yang ada di pikiranku sekarang ” sambung Habsyi.
Mendengar
jawaban ini, Usman pun kembali ke rumah dan mengambil air lalu di masukkan ke dalam botol. Di depan Habsyi Usman
membacakan “ ayat Kursi, Surah
Al-ikhlas, Al-Falaq dan An-nas”, setiap ayat yang selesai dibaca, Usman
menghembuskan ke dalam air. Lalu dengan yakin Usman menyiramkan ke dinding
kamar mandi.
Usman
melakukan ini, karena yakin sesuai dengan yang Ia pelajari, baik secara
langsung dan yang di pelajarinya di Televisi dan Youtube, tentang cara mengusir
gangguan Jin atau ilmu sihir melalui
metode Rukyah syariah. Bahwa dengan metode ini,sanggup mengusir Jin dan
gangguan Sihir lainnya.
“
Lihat, sudah Abang usir Jin-Jin yang ada di rumah ini, Jin-Jin yang menjadikan
dinding kamar mandi ini tempat sembahyangnya. Pasti semua terbakar atas Izin
Allah !” tutur Usman menyakinkan Habsyi.
Malam pun sudah semangkin larut, jam pun sudah
menunjukkan pukul 1 pagi. Setelah Abangnya selesai menyiram dinding kamar
mandi, Habsyi tetap memindahkan papan satu demi satu. Habsyi seakan tidak
menangkap apa yang di bicarakan, Abangnya tadi. Dia tetap pada pendiriannya untuk
membongkar kamar mandi . Si Usmanpun berteriak,
“
Berhenti Ku bilang, jangan Kau pindahkan papan-papan itu ! ”
“Apa Kau bilang, nggak
usah Kau ikut campur urusan Ku. Kau bilang mau ngobati Aku, bukannya malah
sembuh, malah gelisah Aku jadinya. Ini semua gara-gara ritual yang Kau lakukan
lakukan pada tubuh Aku ” balas Habsyi sambil melotot.
“
Pokoknya, Aku bilang berhenti. Dengar nggak Kau !” tegas Usman sambil
melotot juga.
“
Jadi, mau Kau apa !” jawab Habsyi sambil mau memukul Usman.
“Jadi
Kau, ngajak berantam. Ayok” Usman siap-siap untuk berantam, kedua tangannya
sudah di kepal untuk menonjok Habsyi.
Sementara
keluarga Pak Umar yang lain, tetap terlelap tidur, tidak mengetahui
percek-cokan ini.
“Kok Kau pulah yang ke
Setanan, kemasukan Jin Kau rupanya ya !” si Habsyi malah menuduh Abangnya
yang kesetanan.
“Ya
udalah kalau itu maumu!” sambung Habsyi.
Ternyata Habsyi
mengalah, tidak mau melanjutkan perkelahian. Habsyipun masuk ke kamarnya. Hal
ini di luar dugaan Usman, karena tadinya Usman berpikir akan terjadi
perkelahian yang cukup sengit.
Lalu dengan kerendahan
hati dan masih berpikiran positif, Usmanpun masuk ke kamar Habsyi, ingin
ngobrol sama Adiknya dari hati ke hati, untuk menenangkan Adiknya. Dalam benak
Usman belum ada kesimpulan kalau Adiknya berprilaku seperti itu karena Narkoba
yang di kosumsinya beberapa tahun yang lalu. Usman masih berprasangka Adiknya
di ganggu oleh ilmu sihir. Karena keluarga Pak Umar Saragih, tidak pernah melihat
Habsyi mengkonsumsi Narkoba, apalagi seperti orang sakau selama Habsyi di
kampung.
“
Dek coba Kau duduk dulu ” pinta Usman.
Habsyipun
bangun dari tidurnya dan duduk.
“
Letakkan kedua telapak tanganmu di depan mulut. Ayo kita baca sama-sama Surah
ini “Al-ikhlas, Al-Falaq dan An-nas” setelah kita baca, lalu kita tiupkan ke telapak tangan dan usapkan ke
seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki ” ajak Usman ke Adiknya.
“Lalu
apa lagi” tanya Habsyi.
“
Tidurlah, Insyallah badanmu tidak sakit-sakit lagi. Lakukan ini setiap mau
tidur ya, supaya Habsyi jauh dari gangguan Ilmu sihir dan sebagainya ” sambung
Usman.
“
Bang Badanku pegal-pegal, tolong pijatilah ” pinta Habsyi sopan.
“
Baik, habis itu tidur ya. Jangan bangun-bangun lagi sampai subuh ” lanjut
Usman.
Usmanpun
memijati Badan Habsyi dengan menggunakan kaki. Setelah ada 30 menit memijati
Habsyi. Usman menyuruh Habsyi tidur. Lalu Usman menuju kamar Mamaknya, dan
menceritakan sedikit kejadian barusan.
“
Dek Yani, pindahlah. Tidur sama Kakek. Abang
mau tidur sama Mamak ” pinta Usman.
“
Iyya Bang” jawab Yani, sambil menguap.
“
Mak, kita jaga-jaga, karena Habsyi sudah memindahkan papan-papan dari kamar
mandi untuk menutup pintu kamar mandi ini. Papan diletakkan di depan pintu itu.
Jam 12 malam tadi, Habsyi mulai bereaksi” cerita Usman ke Mamaknya.
Mendengar
hal ini, Mamak Habsyipun segera menyembunyikan martil, paku dan sebuah batu
gilingan cabe yang pernah digunakan Habsyi untuk menghancurkan Kolam Adiknya
“Al”.
“
Mak, Usman mau Sholat Tahujud dulu ya ” kata Usman lembut.
Baru
satu rakaat, Si Habsyi kelihatan masuk ke kamar Mamaknya. Langsung membuka
pintu kamar samping dan mengambil papan, lalu di bawanya masuk. Mamak Habsyi
terkejut.
“
Habsyi, apa yang Kau lakukan Nak ?” teriak Mamak Habsyi khawatir.
Usmanpun langsung
membatalkan sholatnya. Mendengar teriakan Mamaknya, Pak Umar langsung terbangun
dan berlari dari ruang tamu menuju kamar belakang. Satu papan berhasil di
berdirikan di depan pintu kamar mandi, lalu Habsyi mengambil papan yang ke dua.
Melihat hal ini, Pak Umar kelihatan emosi, dan merebut papan tersebut, lalu mau dipukulkan ke kepala Habsyi. Tetapi
Usman melarangnya.
“
Jangan Pak, sabar. Bisa masuk penjara kita nanti, kita biarkan aja dulu apa
maunya, tapi kita jaga jangan sampai Habsyi memaku papan itu ” ujar Usman
mengingatkan Bapaknya agar jangan kehilangan kontrol.
“ Sini Abang bantu,”
Usman membantu Habsyi meletakkan papan-papan itu di depan pintu kamar mandi
sampai tertutup semuanya. Lalu Usman mengambil kursi untuk menyanggah Papan
agar tidak jatuh. Dalam pikiran Usman karena sudah jam 3 pagi,
jangan terjadi ribut-ribut di rumah. Segan di dengar tetangga. Ikuti aja
dulu kemauan Habsyi. Besok pagi baru di pikirkan kembali apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi kelakuan aneh si Habsyi. Ini strategi atau trik yang Usman
lakukan, agar adiknya tenang dan bisa tidur. Setelah misi Habsyi terlaksana, Ia
pun pergi ke kamarnya.
“
Seperti inilah kelakuan si Habsyi, ada-ada aja yang mau di rusaknya.” ungkap
Mamak Usman, sambil menangis.
“ Ya sudah Mak. Jangan
Sedih. Kita harus yakin Kalau penyakit Habsyi bisa di sembuhkan ” sambung Usman
dengan lirih.
“
Tadi, kalau Usman tidak larang, sudah Bapak pukul kepalanya dengan papan itu ”
tutur Pak Umar emosi.
“Ya,
sudah Pak. Si Habsyi sudah kekamarnya. Bapak kembali tidur aja di ruang tamu.
Usman tidur sama Mamak, berjaga-jaga jangan sampai pintu kamar mandi di pakunya
malam Ini.
Baru
setengah jam Habsyi dikamarnya, terdengar ada yang berjalan kearah dapur,
Seperti ada yang di carinya, terdengar seperti ada yang membuka-buka lemari.
“Mak,
siapa itu ?” bisik Usman.
“Siapa
lagi kalau bukan Si Habsyi ” jawab Mamak Usman.
“
Ngapain Habsyi ya Mak, seperti ada yang
dicarinya, apa Habsyi cari paku ?” tutur Usman dengan nada prihatin.
“
Paku kan sudah Mamak sembunyikan ?” balas Mamak Usman.
“
Syut, Dia arah ke kamar ini Mak!” sambung Usman, dengan jantung berdebar-debar.
“
Kita pura-pura tidur aja” kata Mamak Usman.
Benar,
rupanya Si Habsyi yang masuk kamar. Ia membawa paku dan batu. Heran
mereka, dari mana Habsyi mendapatkan paku.
Sewaktu Habsyi bersiap-siap memukulkan paku
itu ke papan. Usmanpun lompat dari tempat tidur, langsung merebut batu dari
tangan Habsyi. Melihat hal itu, Bu Umar pun berteriak.
Mendengar
teriakan istrinya, Pak Umar langsung terbangun dari tidurnya dan langsung ke
Kamar belakang.
“Pak,
pegang batu ini. ” Usman langsung mengambil sapu bergagang kayu yang
dilihatnya.
“Kau, Habsyi jangan buat Aku marah, Ku hajar
kau nanti,” ujar Usman penuh amarah.
“ Kok, Kau pula yang
kesetanan. Aku yakin ini bukan Bang
Usman Mak ! Dia kemasukan Jin ” lontaran jawaban Habsyi terkesan menyalahkan
Abangnya. Seakan Habsyi, ingin memperngaruhi pikiran orang di sekitarnya, bahwa
Abangnyalah yang sakit bukan Habsyi.
“ Ya sudahlah kalau
gitu, suka hatimu apa yang mau Kau perbuat di rumah ini. Suka hatimu mau Kau
apakan Aku. Sudah jelas menurut penerawanganku Kau yang sakit. Kok Aku pula
yang mau di obati. Mana kunci sepeda motor Mak, Aku mau beli rokok !” ungkap Habsyi tanpa
perasaan bersalah.
“
Malam ini, Kau jangan kemana-mana!” teriak Usman dengan wajah menyiratkan
keseriusan dengan tangan masih memengang sapu.
“Kok,
Kau pula yang mengatur-ngatur, jadi mau Kau apa ?” sambung Habsyi dengan nada
keras memancing keributan.
Mendengar
itu, Usman mangkin naik emosinya dan tidak sadar, sapu yang di pegang tadi
spontan di pukulkan ke kepala Habsyi, “ kena tapi cuma sekali”.
“
Tolong….tolong ! Spontan Bu Umar berteriak ketakutan melihat anaknya berantam.
Berharap tetangga ada yang mendengar. Sapu yang di pegang Usman langsung di
rebut oleh Ibu Umar. Lalu Usmanpun langsung menyergap Habsyi dari belakang.
“
Pak, ambil tali,” pinta Usman ke
Bapaknya.
“
Dek Yani. Bangunkan Bang Ucok dan telepon Bang Al suruh pulang,” intruksi Usman
ke adiknya.
Bang
Ucok merupakan tetangga Bu Umar, dengan badan seperti bina raga.
Habsyipun
di bawa keluar, dengan posisi masih dalam sergapan atau pelukan Usman. Pak Umar
siap-siap untuk mengikat.
Sebelum
sampai di teras rumah si Habsyi berbicara seperti orang yang tidak ada kejadian
apa-apa.
“Bang,
malu sama tetangga. Lepaskan Aku, apa-apaan kalian ” tutur Habsyi.
Tetapi
Usman tetap membawanya ke teras rumah.
“
Ada apa Usman ? ” tanya Bang Ucok didepan teras rumah.
“ Nggak ada apa-apa
Bang. Mereka sudah gila, Aku mau di ikatnya” malah Habsyi yang menjawab.
“
Bang ucok, tolong bantu kami mengikatnya ” pinta Usman sambil menarik nafas
panjang.
“Stop-stop. Sudah,
tidak perlu Aku di ikat, besok Aku pergi ke Medan ” tegas Habsyi mantap.
Mendengar
pernyataan itu, Usmanpun melepaskan sergapannya.
“
Kau, malam ini jangan masuk rumah. Sempat Kau masuk, kami hajar ” ungkap Usman
berang.
“ Baguslah kalau Kau
mau pergi besok, dan tidak usah kembali lagi sebelum Kau bisa mandiri dan punya
keluarga. Lihat “sambil menunjuk tanah kosong di samping rumah” , rumah sudah
Kau hancurkan. Sudah bertahun-tahun Kau membuat kami gelisah ” sambung Pak
Umar. Perasaan Pak Umar benar-benar getir saat mengucapkan ini.
“ Oke, Aku nggak akan
pulang. Aku mau berngakat ke Medan lalu ke Jakarta, yang
penting ongkosi Aku ” ungkap Habsyi dengan wajah menyiratkan keseriusan.
“
Kalau ongkos sampai Jakarta tidak ada. Kau kerja aja dulu di Medan, begitu ada
uang pergilah ke Jakarta.” sambung Usman.
“ Kerjalah Habsyi
bagus-bagus, jangan baru sebentar kerja sudah pulang. Habsyi sudah berumur, carilah
pasangan hidup. Apa mau, Habsyi hidup seperti-seperti ini aja. Tujuan Abangmu
kesini untuk mengobati Habsyi, tetapi bukannya Habsyi bertingkah laku baik dan
bisa mengontrol diri, mangkin aneh-aneh yang Habsyi lakukan. Kalau di
hitung-hitung lebih dari 100 juta kerugian akibat penyakit yang Habsyi derita
ini. Rumah sudah Hasbyi hancurkan, kolam Adikmu baru saja Habsyi hancurkan juga,
Sepeda motor yang dulunya bagus sekarang hancur. Pondasi-pondasi rumah yang sudah Habsyi
bangun, untuk membangun rumah, ternyata Habsyi hancurkan juga. Lalu atas
permintaan Habsyi, Mamak pinjam uang ke Bank. Kata Habsyi uangnya untuk
membangun kamar , sudah Hasbyi bangun kamar siang dan malam, cantik kami lihat
kamar yang Hasbyi bangun, besoknya Hasbyi hancurkan.” tutur Ibu Umar sambil mengusap
air mata yang mengalir di pipinya.
Mendengar
hal itu, Usman pun menangis. Melihat suasana di teras kala itu, Bang ucokpun
perlahan-lahan menuju rumahnya untuk istirahat. Bang Ucok cukup paham kelakuan
Habsyi di kampung itu. Dan tidak tau harus berbuat apa untuk membantu
penderitaan keluarga Pak Umar Saragih. Karena Bang Ucok hanya seorang warga
kampung yang kerjaannya mengambil batu di sungai.
“
Mak, minta rokok. Dingin di teras ini, nggak boleh masuk rumah lagi” pinta
Habsyi di sela-sela pembicaraan.
“
Bentar, Mamak ambilkan ” jawab Bu Umar dengan lembut. Masih mau meladeni
keinginan Habsyi dengan penuh kasih sayang, padahal sudah beberapa tahun ini,
Habsyi telah menyusahkannya Lahir dan Bathin.
Mamak
Hasbyi biasanya mempersiapkan rokok sebatang
atau dua batang, untuk persiapan kalau tiba-tiba Habsyi minta rokok.
“
Ini rokok dan sarung. Habsyi tidur aja di tempat duduk ini ” ujar Bu Umar.
Kemudian Al pun pulang
dari tempat kerjaanya, setelah di telepon oleh Yani. Al tinggalkan sementara
dulu tamunya, yang akan mengikuti arum jeram besok pagi. Si Al, tidak
terbawa emosi, dan terkesan biasa-biasa
aja. Karena si Al sudah terbiasa melihat kelakuan Abangnya yang tidak stabil
itu.
“
Al, kita jaga sama-sama. Jangan sampai Abangmu ini masuk rumah ” penegasan
Usman ke Al.
“
Baik, Bang ” tutur Al dengan sopan.
“Sekarang,
Bapak, Kakek, Yani, dan Mamak istirahatlah dulu. Biar Saya dan Al yang menjaga
Habsyi ” saran Usman dengan mimik tulus.
Habsyi
duduk di teras sambil merokok, sementara Al dan Usman masuk ke ruang tamu untuk
berjaga-jaga sambil menonton Televisi, tidak lama kemudian,
“ Asslamu alaikum, Bang
Aku boleh tidur di kursi ini, di luar dingin” tanya Habsyi sambil menujuk kursi
panjang di ruang tamu.
“
Kayak mana Al ” tutur Usman minta saran.
“
Terserah Abang aja, bagaimana baiknya ” sambung Al.
“
Tidurlah ” ungkap Usman, menyuruh Habsyi.
Waktu
menunjukkukan jam 06 pagi. Si Usman membangunkan Habsyi untuk mandi, tetapi
Habsyi menolak. Jam 07 pagi, Usman membangunkan kembali Habsyi.
“
Bangun, nanti ketinggalan Motor Sewa ( Mobil penumpang yang mengangkut
penumpang dari kampung ke Tebing-Tinggi) ”
Habsyipun
bangun, dan berteriak.
“
Mak, minta rokok ”
“
Itu sudah Mamak siapkan di atas meja ” jawab Bu umar cepat.
“ Kalian tenang aja
kalian . Aku pergi dan tidak akan pulang-pulang, Aku mau ke Medan lalu Jakarta”
Habsyi menggerutu di ruang tamu sambil mengisap sebatang rokok.
“Sudah, mandi sana” perintah Usman.
“
Aku nggak mandi, cuci muka aja. Sarapan nanti aja di Tebing. Yuk antar Aku ”
ungkap Habsyi menggebu-gebu.
Tas
berisi baju, kain dan sabun sudah disiapkan oleh Bu Umar.
“ Ini uang, untuk
ongkos dan makan Kau beberapa hari di Medan. Setelah itu Kau harus kerja. Ingat
Janjimu, tidak akan pulang-pulang atau Kau boleh Pulang setelah berkeluarga ” Usman
mengingatkan.
Hasbyipun
di antarkan oleh Usman, Al dan Mamaknya ke tempat menunggu Motor Sewa.
“
Habsyi anakku. Padahal tujuan Abangmu Jauh-jauh dari Aceh, ingin mengobati Kamu sampe sembuh, tetapi
kamu malah seperti ini ” ungkap Mamak Habsyi di sela-sela menunggu Motor sewa,
sambil meneteskan air mata.
Sudah
1 jam Motor sewa di tunggu tetapi tidak datang-datang. Tiba-tiba ada Sepeda
motor lewat dan di stop oleh Usman.
“
Bang, mau ke Tebing ya ?” tanya Usman tanpa basa-basi.
“
Iyya Bang ” jawab pemilik Sepeda motor.
“
Boleh numpang ” tanya Usman.
“
Siapa yang mau berangkat Bang ? “ tanya pemilik Sepeda motor.
“
Adikku Bang. Namanya Habsyi, Dia mau ke Medan. Nanti begitu sampai terminal
Tebing Tinggi tolong antarkan Adikku ke Motor sewa yang menuju Medan ya Bang ”
pinta Usman .
“
Oke Bang. Dengan senang hati, Aku akan membantu.” jawab pemilik Sepeda Motor
dengan mimik tulus.
Habsyipun
berangkat menuju Kota Tebing Tinggi lalu ke Medan.
Malam
ini keluarga Pak Umar Saragih dapat tidur dengan nyenyak. Keesokkan harinya,
kakeknya Usman, meminta diantar ke Pukesmas.
“
Usman, kaki Kakek tidak sembuh-sembuh, ke Pukesmas Yuk”
“
Baik Kek, kita berangkat sekarang ya ” jawab Usman dengan cepat.
Setelah
pulang dari Pukesmas, Habsyi singgah sebentar ke rumah Opung yang memberi obat
Habsyi.
“ Opung, Kemaren pagi
Habsyi berangkat ke Tebing Tinggi. Padahal pengobatan sama Opung belum selesai.
Sebelum keberangkatannya, Habsyi
mengulah, mau menutup pintu kamar mandi dengan papan. Setelah itu Habsyi
mau menghancurkan dinding kamar mandi, karena dianggapnya dinding kamar itu
menjadi tempat pemujaan Pekong dan Jin ” terang Usman sambil menelan air ludah.
“
Wah, kayak gitu ya kejadiannya. Nanti kalau Habsyi kembali ke rumah, jangan di
marahi. Kau langsung ke sini, ambil obat lagi ya, karena orang kayak gitu
sebaiknya jangan di marahi, di lembuti aja, supaya menurut untuk di obati ”
Opung menambahkan.
“
Baik Opung. Terima kasih atas bantuannya. Aku permisi dulu Opung ” Ujar Usman.
“
Iyya, hati-hati di jalan” jawab Opung singkat.
Di luar dugaan dan membuat Usman sangat kaget, begitu Usman tiba
di rumah. Si Habsyi sudah ada di rumah. Pasir, semen dan sekop sudah ada di
dekat kamar mandi. Usman langsung menjumpai Mamaknya.
“Mak,
Kayak mana tu , Habsyi kembali lagi ?”
“ Mamak juga bingung Nak.
Begitu sampe rumah. Habsyi langsung
mengambil Pasir, semen dan sekop. Ambisi untuk menghancurkan dinding
kamar mandi tidak hilang dari benaknya. Sekarang Habsyi lagi di kamar ” jawab
Bu Umar.
Usman
pun menjumpai Habsyi di kamarnya.
“
Kenapa Kau pulang lagi. Apa nggak ingat apa janjimu kemaren ” tanya Usman
lembut, teringat pesan Opung, bahwa Ia tidak boleh kasar sama adiknya.
“
Tidak sanggup Aku di Medan. Aku di
keroyok sama Pekong. Untuk Kau ketahui Bang.
Aku dua kali ganti motor sewa ketika ke Medan, karena motor sewa yang pertama, isinya Pekong semua ” papar
Habsyi serius.
“
Ya sudah, sekarang kita pergi dari rumah ini. Kita berangkat ke Besangu, lalu
ke Pukesmas dan kita lanjutkan perjalanan
ke Tebing, jumpai Ustad Ahmad” ajak Usman.
Si Habsyi mengajak
Adiknya berangkat dari rumah. Jika di
tunda, dikhawatirkan Habsyi akan
menghancurkan kamar mandi.
Lalu
Usman keluar dari Kamar Habsyi dan ngobrol sama Mamaknya, “Mak, siang ini juga,
Usman dan Habsyi berangkat ke rumah Opung di Besangu. Lalu ke Puksesmas, minta rujukan berobat ke Rumah sakit Pabatu,
bagian ke jiwaan. Begitu sampai Tebing, kami jumpai Ustad Ahmad terlebih duhulu
supaya Habsyi di Rukyah ”
“ Baiklah Nak,
hati-hati di jalan ya. Tapi Mamak takut, tiba-tiba Usman di pukul Habsyi dari
belakang” ujar Bu Umar cemas.
“
Jangan khwatir Mak. Selama Usman disini. Habsyi kan sangat nurut sama Usman”
ungkap Usman, agar Mamaknya jangan terlalu khawatir.
Usman
dan Habsyipun berangkat ke Pukesmas dengan Sepeda motor milik si Al.
Sesampainya
di Pukesmas, Usman menjumpai Dokter. Dimana Dokter tersebut, teman Usman
ketika di SMP Negeri 2 Sipispis , “Dok,
Saya mau mengambil rujukan ke Dokter kejiwaan di Pabatu ”
“
Siapa yang sakit ” tanya Dokter heran.
“
Itu Adik saya, Habsyi” jawab Usman sambil menunjuk ke arah Habsyi yang lagi
menunggu di parkiran.
“ Wah, segera di
obatilah Dia. Di lihat dari tubuh dan pakaiannya. Kelihatan kok, kalau Habsyi itu tertanggu jiwa nya.” sambung
Dokter.
“ Iyya Dok. Dan hal ini
sudah di alami Habsyi cukup lama, ada sekitar 5 tahunan.” tutur Usman.
“
Ini ada obat penenang, minumkan aja ke
Habsyi supaya tidurnya enak ” saran
Dokter.
“
Baik Dok, terima kasih. Kami permisi dulu ” ujar Usman menutup pembicaraan.
Setelah
mendapat surat rujukan, Habsyi dan Usman menuju rumah Opung Besangu.
Sesampainya di halaman rumah, Usman langsung masuk ke rumah Opung dan Habsyi
tinggal di luar.
“Opung,
benar dugaan Opung. Habsyi pulang ” kata Usman.
“
Coba Suruh masuk Dia” pinta Opung.
“
Habsyi, sinilah masuk” panggil Usman.
Habsyipun
masuk dan menyalami Si Opung tanpa harus di suruh.
“
Duduk sebentar ya. Opung mau kebelakang dulu” ujar Opung ke Habsyi.
Sehabis
dari belakang, Opung membawakan air putih di dalam botol dan beberapa jeruk
purut.
“
Nanti sore, jika Habsyi mau mandi lakukan ritual seperti yang sebelumnya ya”
ujar Opung mengingatkan.
“
Baik Opung, setelah ini kami permisi pulang ya ” ungkap Usman.
Usman
dan Habsyipun berangkat ke Tebing tinggi. Si Opung tidak di beri tau, bahwa
mereka bukan menuju pulang ke rumah melainkan berangkat ke Tebing tinggi, untuk
melanjutkan rencana pengobatan selanjutnya yaitu dengan cara Rukyah syariah dan
Pengobatan medis.
Dalam perjalanan,
Habsyi masih asik cerita perihal Jin, tanpa henti-hentinya. Cerita yang sama di
ulang-ulang. Akhiranya Habsyi dan Usman sampai di rumah Ustad Ahmad jam 06
Sore.
“Assalamu
alaikum Ustad. Saya Usman yang pernah menelepon dari Lhokseumawe Aceh, untuk
merukyah Adik saya, dan sebelumnmya saya juga pernah datang ke sini, tetapi
Ustad tidak ada di rumah.” tutur Usman.
“Oh,
iya. Beberapa hari yang lalu, Mertua saya cerita, bahwa ada yang cari saya dari
Aceh ” sambut Ustad Ahmad hangat.
“
Maaf Ustad sebelumnya, sehubungan hari sudah sore. Rencananya malam ini saya
minta izin tidur di Masjid itu. Karena
besok pagi, saya mau bawa
Habsyi ke Rumah sakit yang ada di
Pabatu ” tutur Usman.
“
Baik, tidak ada masalah, karena pengurus Masjidnya Mertua saya. Sekarang kalian
mandilah dulu , nanti sehabis Isya kita mulai Rukyah. Kalian boleh mandi di
rumah ” ujar Ustad.
“
Baik Ustad, terima kasih banyak. Maaf sebelumnya karena sudah merepotkan Ustad ”
balas Usman.
“
Siapa bilang merepotkan, kita kan sesama Muslim, hukumnya wajib meringankan
beban saudaranya ” jawab Ustad memotivasi Usman.
Habsyi dan Usmanpun
mandi bersama. Tujuan Usman mandi bersama untuk mencampurkan air dengan jeruk
purut, lalu di mandikan ke Habsyi. Herannya, Habsyi patuh dan sangat
bersemangat. Setelah air di campur dengan Jeruk purut oleh Usman, Habsyi tanpa
di suruh, juga langsung memeras jeruk purut untuk di minumnya, sesuai perintah
Opung di Besangu. Setelah mandi Usman dan Habsyi pergi sholat Magrib ke Masjid.
Setelah
Sholat mereka mencari rumah makan di sekitar Masjid. Begitu Adzan Isya
berkumandang, mereka langsung menuju Masjid. Setelah Sholat Isya selesai di
laksanakan, mereka menjumpai Ustad Ahmad.
“
Eh kalian. Yuk masuk kerumah, kita makan dulu ” ajak Ustad Ahmad.
“
Terima Kasih Ustad, kebetulan kami sudah makan tadi setelah sholat Magrib ”
tutur Usman segan.
“
Kalau begitu, kita mulai aja Rukyah nya
” sambung Ustad.
Lalu
terjadilah obrolan antara Habsyi dan Ustad Ahmad.
“
Bang Habsyi. Apa sih yang Abang rasakan selama ini ?” tanya Ustad.
“ Saya bisa melihat
Jin, baik itu Nyi-lorokidul, Jin langit , Pekong dan yang lainnya. Ada Jin
bodoh di Ladang saya, kerjanya mencabuti rumput, kapan bersihnya. Ha..haa…dasar
Jin bodoh ” tutur Habsyi mengenang.
“ Abang , pernah berkominikasi dengan Jin ?”
Ustad Ahmad menambahkan pertanyaan.
“ Berkomunikasi sih
tidak pernah, tetapi mereka sering memerintah saya. Kalau tidak saya turuti,
badan saya sakit-sakit. Perut seperti di isi dengan batu bata, tangan seperti
di lindas Traktor, nafas sesak. Dan
terkadang tubuh saya terasa lepas, dan saya sering di serang dengan bambu
runcing oleh sekelompok Jin yang merupakan anak buah Jin Langit. Sekarang aja
saya di suruh menghancurkan teras rumah Ustad .” ungkap Habsyi seperti orang
polos dan sedikit menakuti Ustad dengan pernyataannya.
“
Oh gitu ya. Sekarang, keinginan apa, yang sampai sekarang, belum bisa
Abang wujudkan. Yang membuat Bang Habsyi
gelisah ?” tanya Ustad.
“ Saya punya keinginan
membangun rumah besar, di tanah kosong bekas rumah keluarga saya, yang saya
hancurkan dulu. Rumah besar itu atas keinginan wanita yang saya sukai, sampai
sekarang rumah itu belum selesai. Beberapa tahun yang lalu, Abang saya pernah
bilang, sudah jangan Kau pikiri untuk membangun rumah, nanti kalau ada rezeki
Abang saya yang membangun rumah keinginan saya. Tetapi sampai sekarang rumah
itu belum terbangun. Dan Saya tetap
ingin membangun rumah itu, agar wanita
itu mau menikah dengan Saya ” tutur Habsyi.
“ Wah Cinta betul Abang
sama wanita itu ya. Bang Habsyi dan Bang Usman. Untuk di ketahui,
sebenarnya Jin tidak dapat di lihat
dalam bentuk aslinya oleh Manusia. Tentu ini merupakan rahmat untuk kita Manusia,
karena dengan demikian Manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut
sedikitpun. Bayangkan apa yang terjadi jika kita semua bisa melihat alam Jin.
Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri,
terpisah dan berbeda dengan alam Manusia. Keduanya pun mempunyai
kesamaan yakni berkewajiban untuk beribadah kepada Allah. “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia
kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz- Dzariyat 51-56). Dengan
kita bisa melihat Jin, bisa di bilang,
Allah telah mencabut rahmat- Nya. Dan
Bang Habsyi segeralah bertobat kepada Allah. Andaikata detik ini kita mati, apa
yang kita bawa ?, sementara kita masih bergelimang dosa. Dan Bang Habsyi,
otomatis akan menyesal karena masih menuruti bisikan Jin. Padahal kita lebih
mulia daripada Jin. Bertobatlah kepada Allah, mohon ampun kepadanya, minta
kepada Allah agar kemampuan Abang melihat bangsa Jin di hilangkan .Dan jika Allah menghendaki Bang Habsyi sembuh
pada detik ini, maka Bang Habsyi akan sembuh juga pada detik ini. Setalah
pulang dari sini, minta maaflah kepada orang tua dan keluarga besar Bapak Umar
Saragih, karena Bang Habsyi selama beberapa tahun ini telah membuat mereka
tidak tenang dan khawatir. Bang Habsyi ikhlaskan keinginan-keinginan membangun
rumah besar yang belum terwujud. Jangan di ingat-ingat lagi. Fokus saja kepada
Allah, meminta ampunan dan rahmatnya ” nasehat Ustad, khususnya ke Habsyi.
“
Ikhlas, bagaiamana cara saya mengikhlaskannya ?” tanya Habsyi lugu.
“ Ikhlas berarti rela,
ridho atas ketetapan Allah. Merelakan apa yang terjadi tanpa ada rasa sakit
hati atau dendam. Tanda-tanda keikhlasan itu adalah kalau kita sudah mampu
mengubah perasaan negatif menjadi perasaan nyaman, damai, cinta, syukur dan
bahagia. Bahasa gaulnya ikhlas itu seperti kita buang air besar, setelah kita
buang kita tidak mengingat-ngingatnya lagi.” jelas Ustad sambil menepuk-nepuk
pundak Habsyi.
“ Oh, itu toh artinya
Ikhlas, tapi saya tidak bisa. Saya tetap ingin menghancurkan dinding kamar
mandi di kampung. Perasaan saya tidak enak, nafas agak sesak dan hidup saya
tidak tenang jadinya, kalau dinding kamar mandi itu belum saya hancurkan ”
balas Habsyi tegas.
“
Baiklah kalau begitu, sekarang ambil air didalam botol itu, pegang, arahkan ke dekat mulut. Kita akan baca
beberapa ayat. Bang Habsyi ikut baca juga ya ” Ustad mulai merukyah Habsyi.
Habsyipun mengikuti
intruksi Ustad, tetapi anehnya tidak ada reaksi yang menunjukkan ada Jin atau
Pekong yang bersemayam di dalam tubuh Habsyi. Biasanya orang yang terindikasi
ada gangguan ilmu sihir atau ada ganguan
Jin di dalam tubuhnya akan segera bereaksi seperti mual, muntah, teriak
kepanasan karena mendengar ayat Al-qur’an yang dibacakan.
Sehubungan tidak ada reaksi setelah ayat
dibacakan. Si Ustad menyuruh Habsyi untuk meminum air didalam botol, namun tetap tidak ada reaksi.
Lalu
Si Ustadpun bertanya, “Apa yang Bang Habsyi rasakan setelah meminum air tadi ?”
“
Aku cuma melihat ada makhluk hitam yang keluar dari air ketika Aku meniupnya ”
tutur Habsyi.
“
Cuma itu saja ” sambung Si Ustad penasaran.
“
Iyya, cuma itu saja, yang Aku rasakan”sambung
Habsyi.
“
Baiklah kalau begitu, kita istirahat dulu ya” tutur Ustad.
Mendengar
hal itu, Si Habsyipun meminta uang ke Usman untuk membeli rokok.
Setelah
menerima uang, Habsyipun pergi membeli rokok.
“ Ustad, ternyata tidak
ada reaksi yang menandakan Si Habsyi di ganggu ilmu sihir.Setelah ini saya
punya rencana membawa Dia ke Rumah sakit jiwa di Medan. Biar Dia di rawat di
sana. Kalau Dia pulang, Kemungkinan besar kamar mandi akan di hancurkannya. Ini
ada obat penenang di beri Dokter Pukesmas, saya kasih aja ke Habsyi malam ini,
supaya Habsyi bisa tidur tenang di Masjid ”curhat Usman ke Ustad, perasaan
Usman benar-benar bingung saat melihat Adiknya tidak ada reaksi ketika di
Rukyah.
“
Kalau saran Saya, jangan di bawa dulu ke Rumah sakit jiwa. Kan nggak enak di
dengar orang dimana keluarga kita, ada yang di rawat di Rumah sakit Jiwa. Saya
punya kenalan di Amplas Medan, namanya Ustad Musdar. Beliaupunya team untuk
menangani orang-orang seperti Habsyi. Dan bisa kita inapkan Pasien di
pondoknya. Ini nomor Hp nya, malam ini atau besok coba telepon Beliau ” sambung
Ustad.
“
Baiklah kalau begitu Ustad. Saya izin ke Masjid dulu ya, untuk istirahat ”
pamit Usman.
“
Itu Habsyi sudah balik dari beli rokok. Minumkan saja Obat yang Kamu bawa tadi sebelum ke
Masjid ” saran Ustad.
Usmanpun
langsung memanggil Habsyi, “ Habsyi, sinilah. Minum dulu obat ini !”
“
Obat apa ini Bang?” tanya Habsyi
“Minum
aja, itu obat supaya kamu enak tidur ” terang Usman.
Habsyipun
meminum obat tersebut. Setelah selesai obat di minum,merekapun menuju Masjid.
Sebelum masuk Masjid Habsyi mengambil wudhu terlebih dahulu dan melakukan
sholat untuk menghormati Masjid. Setelah itu Habsyi tidur. Usman merasa heran,
melihat Habsyi yang tanpa di suruh untuk mengambil air wudhu dan sholat, Habsyi
spontan melakukkannya.
Usmanpun tidur di
samping Habsyi, sambil melakukan pengamatan. Tidur Habsyi sangat pulas, tidak
seperti di kampung, dimana Jam 12 malam selalu gelisah dan keluar rumah.
Untuk
mengamati Adiknya, Usman tidur seperti tidur ayam, antara tidur dan tidak. Jam
sudah menunjukkan 4 : 30.Usman bangun, menghidupkan lampu dan membuka pintu
Masjid.. Habsyi kelihatan masih tidur pulas, di banguni masih tidak mau.
Kelihatan terasa berat Habsyi membuka matanya.
Usmanpun
mencoba membangunkan Habsyi,“ Habsyi bangun, sebentar lagi Masyarakat datang
untuk sholat subuh ”
Habsyipun
menjawab, “ Badanku lemas kali Bang, bentar lagi aja, Aku bangun ”
Suara
Adzan pun di kumandangkan oleh salah satu penduduk setempat. Usman mencoba
membangunkan Habsyi kembali, dan Habsyipun langsung terbangun dan menuju kamar
kecil, lalu berwudhu.
Setelah
Sholat Subuh selesai, dan Jamaah sudah pada pulang.Habsyi kembali tidur.
Usman
pun mencoba menelepon Ustad Musdar.
“Assalamu
alaikum Ustad, Saya Usman, mau ke Medan untuk mengobati Adik saya ”
“
Dari mana Usman tau nomor Hp saya ” tanya Ustad Musdar.
“
Dari Ustad Ahmad di Tebing tinggi ” jawab Usman.
“Oh
gitu ya, sayang sekali. Saya sekarang dalam perjalanan ke Pekan baru, tetapi
jangan khawatir, karena saya punya teman di Tebing tinggi juga, namanya Ustad
MuslimIstiqamah, alamatnya di belakang
PLN Tebing tinggi didepan Rumah sakit
Sri Pamela. Coba konsultasi
sama Dia, mana tau ada Solusi, nanti saya SMS nomor HP nya ”
“
Baik Ustad, terima kasih atas informasinya ” jawab Usman.
Usman
pun membangunkan Habsyi, karena sudah
jam 09 pagi. Tetapi Habsyi masih kelihatan mengantuk, di karenakan masih
dalam pengaruh obat penenang yang di minumnya.Dalam keadaan ngantuk, Habsyi
berusaha bangun, lalu pergi ke kamar kecil.
Setelah
Selesai dari kamar mandi, Usman mengajak Habsyi untuk pamit sama keluarga Ustad
Ahmad. Kebetulan Ustad Ahmad masih ada di Rumah.
“ Ustad, terima kasih banyak atas bantuanya.
Sekarang kami mau jumpai Ustad Istiqamah alamatnya di belakang PLN Tebing tinggi dekat Rumah sakit
Sri Pamela. Ini atas rekomendasi dari Ustad Musdar, berhubung Ustad Musdar
dalam perjalanan ke Pekan baru ”tutur Usman.
“
Baiklah kalau begitu, mudah-mudahan Habsyi segera sembuh ya.” balas Ustad.
Usmanpun
mengengkol Sepeda Motornya, menuju ke tempat praktek Ustad Muslim Istiqamah.
Ketika bertemu dengan rumah makan, mereka berhenti sejenak untuk sarapan.
Setelah sarapan, perjalanan di lanjutkan. Merekapun mencoba bertanya ke
beberapa orang, alamat Ustad Muslim Istiqamah, akhirnya mereka menemukan tempat
praktek Ustad.
“Assalamu
alaikum, ada Ustad Muslim istiqamah ?” tanya Usman ke penjaga tempat praktek.
“
Ada Bang, Ustad ada di ruang prakteknya ” jawab penjaga.
Usmanpun
permisi masuk untuk menjumpai Ustad, sementara Habsyi menunggu di luar. Usman
menceritakan keadaan Habsyi, apa yang di hancurkannya di kampung dan apa
ambisinya sekarang. Ustad memerintahkan Usman untuk memanggil Habsyi.
Sewaktu Habsyi di
Rukyah, Usman meninggalkan Habsyi, menuju Rumah Sakit Sri Pamela. Terpikir oleh
Usman, jika selesai di Rukyah, dan tidak terbukti lagi bahwa Habsyi diganggu
oleh Jin atau Ilmu Sihir, maka Habsyi akan di masukkan ke Rumah sakit Sri
Pamela.
Usman berharap di Rumah Sakit Sri Pamela, ada
fasilitas untuk menampung sementara Adiknya yang sedang sakit kejiwa-annya pada
hari itu juga. Di tampung, menjelang Habsyi dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di
Medan. Menurut Usman jika tidak pada hari itu juga di kurung, maka Habsyi akan
melanjutkan ambisinya untuk menghancurkan kamar mandi Kakeknya. Sebagai mana
biasanya, tidak ada satupun yang sanggup untuk melarang Habsyi.
Usmanpun
menjumpai Resepsionis Rumah sakit Pamela.
“Bu,
Saya mau tanya, apakah di Rumah sakit ini, ada fasilitas untuk mengisolasi
terlebih dahulu Adik saya, sebelum di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Tuntungan Kota
Medan ” tanya Usman sopan.
“
Memangnya sakit apa, bisa Abang jelaskan siapa Dia dan apa yang sudah dilakukannya
” tanya Resepsionis heran.
“Adik saya ini adalah
Orang yang sudah bertahun-tahun sakit kejiwaannya. Orang yang dengan mudah
menghancurkan rumah milik keluarganya karena tidak ada yang sanggup untuk
melarangnya. Orang yang bertahun-tahun telah membuat keluarga tidak bisa tidur
nyenyak. Orang yang telah di obati secara ilmu kedukunan tetapi tidak
sembuh-sembuh. Orang yang selalu menelepon Pakleknya di Padang dan Abangnya di
Lhokseumawe Aceh, untuk meminta di kirimkan uang dengan alasan untuk memupuk
Ladang sawit. Orang yang selalu datang ke rumah Pakleknya di Gunung para, untuk
meminta beras dan uang, tetapi berasnya tidak pernah di bawa pulang, malah di
berikan sama Bukleknya di Tebing tinggi. Orang yang telah menghabiskan uang
keluarga puluhan juta untuk biaya pengobatanya. Orang yang selalu membakar baju
miliknya dengan alasan banyak kuman .Orang yang telah menghancurkan rumah orang
tuanya, kolam ikan adiknya, Sepeda motor dan yang lainnya. Jika di hitung
nilainya mendekati Ratusan juta. Kesimpulan yang bisa saya utarakan yaitu Adik saya terganggu
jiwanya. Kolam ikan baru di hancurkannya, sekarang Ia mau menghancurkan kamar
mandi dengan alasan dinding kamar mandi menjadi tempat pemujaan para Jin. Kalau
Ia pulang ke kampung, maka dengan mudah
menghancurkan apa yang Ia suka, karena tidak ada yang berani melarangnya. Jika
tidak ada fasilitas untuk menampung Adik saya di Rumah sakit ini, kemungkinan
Saya akan meminta bantuan Polisi di sekitar sini untuk memenjarakan sementara
Adik Saya” ungkap Usman panjang lebar sambil menarik nafas panjang.
“Jangan
khawatir Bang, fasilitas itu ada. Bawa saja Adik Abang kesini ” jawab
Resepsionis.
“Baik
Bu, terima kasih atas bantuannya sebelumnya ” ungkap Usman menutup pembicaraan.
Usmanpun
merasa senang mendengar jawaban dari Resepsionis Rumah Sakit Sri Pamela dan segera
menjemput Habsyi di tempat pengobatan Rukyah.
“
Bagaimana dengan Adik Saya Ustad ” tanya Usman begitu sampai.
“ Setelah Saya Rukyah
bersama Team ternyata tidak ada indikasi ganguan ilmu sihir atau Jin didalam tubuhnya.
Sebaiknya di bawa ke Rumah sakit jiwa aja, karena Saya punya Adik juga,
kelakuannya seperti Habsyi, sejak menjalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa, Ia
sekarang sembuh dan sudah berkeluarga ” tutur Ustad mengenang.
“
Baiklah Ustad, kami pamit dulu ya ” sambung Habsyi.
“
Iya dan hati-hati di jalan” balas Si Ustad.
Usman
dan Habsyipun menuju ke Rumah sakit Sri Pamela.
“Pak,
tadi ada seorang Ibu di sini yang melayani Saya, kemana ya Pak, Ibu itu ?”
tanya Usman ke seorang Bapak yang berada di Resepsionis.
“
Lagi istirahat Pak, memangnya ada apa ya, kalau bisa Saya bantu, akan Saya
bantu.” jawab Si Bapak Resepsionis pengganti.
Usmanpun
menceritakan perihal keadaan Adiknya Habsyi.
“
Waduh, setahu Saya, fasilitas untuk mengisolasi di sini tidak ada Pak ” terang
Si Bapak Resepsionis pengganti.
“ Tolonglah Pak, kasian
Orang tua Saya di kampung, percuma juga Saya jauh-jauh dari Aceh, dengan tujuan
untuk mengobati Adik saya, tetapi tidak bisa. Saya maunya Si Habsyi pulang ke kampung keadaannya sudah
sembuh, jadi tidak menyusahkan Orang tua Saya lagi ” terang Usman dengan mata
merebak basah.
“
Bailklah Pak, tunggu sebentar ya. Saya pastikan lagi kepada Dokter penanggung
jawab di Rumah Sakit ini.” tambah Bapak Resepsionis pengganti.
Bapak
tersebut pergi dari ruangan Resepsionis dan membawa seorang wanita memakai
seragam warna putih.
“
Pak Usman, kami mohon maaf, perihal masalah keluarga, yang Bapak hadapi. Saya
pastikan, kami tidak dapat menampung, Adik Bapak di Rumah Sakit ini. Karena
tidak ada fasilitasnya disini. Kami sarankan Bapak langsung aja ke Rumah Sakit
Jiwa Tuntungan di Medan ” terang wanita yang berseragam warna putih seperti
Dokter itu.
“ Tolong lah keluarga
kami Ibu, malam ini aja. Besok pagi, saya langsung bawa Habsyi ke Medan dengan Sepeda motor.
Jika Saya lanjutkan ke Medan juga hari ini, terasa capek kali saya ” sambung
Usman memohon.
“
Tetap tidak bisa Bapak, Mohon Maaf kali Kami ” ujar wanita berseragam putih.
“ Baiklah Ibu, yang
penting Saya sudah berusaha mengetuk hati nurani Ibu. Dan sebelumnya terima
kasih telah mau menanggapi laporan kami. Untuk itu Kami permisi dulu ” ungkap
Usman menutup pembicaraan, tanpa marah sedikitpun. Karena Usman sudah terbiasa
dengan penolakan dan kekecewaan.
Usman pun mengengkol
Sepeda motornya menuju Medan bersama Habsyi. Jam menunjukan 15:30 wib.
Walau Usman tidak berhasil mengisolasi Habsyi di Rumah sakit, tetapi di hatinya
masih ada rasa syukur, karena si Habsyi masih mau menurut untuk berangkat ke
Medan bersamanya.
Dalam pikiran Habsyi, Dia di ajak ke Medan
oleh Abangnya untuk mengantarkannya ke tempat temannya. Karena Habsyi punya
keinginan untuk bekerja di Medan bersama teman lamanya.
Selama
dalam perjalanan, Habsyi masih terus bercerita tentang Jin. Itu-itu saja yang
di ulangnya, kalau tidak ada kesabaran, bisa emosi Usman dibuatnya. Sesampainya
di Medan, Usman bertanya ke orang yang dijumpai, di mana alamat Rumah sakit
Jiwa Tuntungan. Adapun cara Usman
bertanya, dengan memberhentikan Sepeda motor terlebih dahulu, lalu Usman menuju
orang yang akan di tanya nya. Cara ini dilakukan Usman, agar tidak kedengaran
oleh Habsyi.
Menjelang
Magrib, Usman dan Habsyi berhenti sejenak di Asrama Haji Kota Medan untuk melaksanakan Sholat Magrib. Selesai
Magrib mereka melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba timbul pertanyaan dari Habsyi,
“Bang, tadi Aku dengar Abang bertanya alamat
Rumah Sakit Jiwa di Tuntungan, sebenarnya kita mau ngapain Bang.”
“Kita
mau berkonsultasi sama Dokter Psikologi, perihal perasaan yang Dek Habsyi
alami. semoga ada obatnya. Sebagai mana yang di jelaskan Ustad Ahmad, bahwa
Manusia itu seharusnya tidak melihat Alam Jin.” jawab Usman, “berbohong” agar
Adiknya tidak lari pada saat itu juga.
Ketika
memasuki lingkungan Rumah Sakit Jiwa, suasananya gelap dan sepi. Pas di depan
teras Resepsionis baru terang. Usmanpun memerintahkan Habsyi untuk duduk di
teras. Lalu Usman menjumpai Resepsionis sambil menunjukkan kartu BPJS Habsyi.
Di ceritakan semua yang
terjadi pada , dan yang di-alami keluarganya akibat penyakit yang di derita
Adiknya. Usman pun mengambil HP dan
menunjukkan photo-photo kegiatan Habsyi di kampung. Intinya Usman
meminta agar Habsyi di rawat di Rumah Sakit Jiwa.
“
Baiklah, Bang Usman. Kami menerima laporannya dan Adik Abang bisa di rawat
disini., untuk itu, baca dan tanda
tangani semua surat untuk administrasi rawat
inap di Rumah sakit ini. Ada bawa materai ?” ujar Si Resepsionis.
“
Tidak ada Pak ” jawab Usman.
“
Jika tidak bawa, kami ada materai.” jawab Si Resepsionis sambil mengelurkan
materai dari lacinya.
“ Saya beli materainya sama Bapak aja ” jawab
Usman singkat.
Didalam
surat pernyataan itu di sebutkan bahwa setiap seminggu sekali keluarga wajib
menjenguk Pasien. Seiring pengisian administrasi oleh Usman, ada seorang Nenek
yang melapor bahwa Ia akan memasukkan suaminya untuk di rawat. Posisi Suaminya
berada di Becak sambil berbicara sendiri seperti orang mabok.
Sehubungan
Administrasi Nenek tersebut sudah di isi sebelumnya, maka Kepala Perawat
mengintruksikan Perawat lain untuk membawa Suami Nenek itu ke dalam kamar
isolasi. Dikamar isolasi itu terdapat beberapa kamar, dan ternyata kamar nya
sudah penuh, maka kakek tersebut di ikat dengan rantai dan di tidurkan di
sekitar ruangan Isolasi tanpa di masukkan ke dalam kamar.
“
Bang Usman, untuk di ketahui kamar isolasi untuk pria sudah penuh,dan yang
kosong kamar isolasi untuk wanita, jadi Si Habsyi sementara akan kita masukkan
ke ruangan wanita dulu ya. Ngomong-ngomong Si Habsyi dimana ?” ungkap Si
Resepsionis ke Usman menjelaskan keadaan Rumah sakit pada malam itu.
“Ada,
Dia di teras, merokok ” jawab Usman sambil menolehkan kepalanya ke arah teras.
“
Lay, masukkan Adik Abang ini ke dalam ruangan Wanita” instruksi Kepala Perawat
ke anggotanya.
Di
luar didugaan, Si Habsyi sudah tidak ada lagi di teras.
“ Mana Dia , apa benar Dia sakit, karena kalau orang sakit,
sewaktu di bawa ke sini, minimal di ikat atau di damping beberapa orang, dan
bawaan pasien biasanya aneh, ada yang nangis, tertawa sendiri, teriak. Jarang
yang mau di bawa dengan baik-baik lalu di masukkan ke kamar Isolasi ” tutur Kepala Perawat penasaran.
Usmanpun
dengan perasaan panik langsung lari dan mengengkol Sepeda motornya, untuk
mencari Habsyi.
“
Bang, ada nampak orang lewat sini, pakai baju biru, kepala botak ” Usman
bertanya kepada pemilik grosir di sekitar Rumah sakit.
“
Iyya, barusan Dia lewat sini, menuju arah sana, apa kabur Dia dari Rumah sakit
?” tanya pemilik grosir.
“
Tidak Bang, Dia adik saya, terima kasih ya Bang atas informasinya ” jawab
Usman.
Usmanpun
menuju kearah yang di tunjukkan pemilik grosir. Dan akhirnya Usman menemukan
Habsyi. Dimana kondisi tubuhnya berkeringat, nafas ngos-ngosan. Seperti ada
yang di takutkan Habsyi.
“
Habsyi, ayo kembali ke Rumah sakit, kitakan belum ketemu sama Dokter Psikologi”
bujuk Usman dengan lirih, berharap Adiknya nurut.
“Apa kata Kau, Sempat
Kau masukkan Aku ke Rumah sakit jiwa itu, Kau pun akan Ku paksa masuk, Kau
pikir Aku takut sama Kau, sama Polisi aja, Aku nggak takut ” ungkap Habsyi
sambil melotot dan tangannya di kepal, siap-siap untuk menonjok Usman.
Rupanya
rencana Usman ketahuan dan membuat Habsyi marah besar.Tanpa pikir panjang dan
untuk menghindari perkelahian. Usman tidak membantah apa yang di ucapkan
Habsyi, lalu Usman kembali ke Rumah sakit.
“Pak, rencana untuk memasukkan Adik Saya ke Rumah
sakit ini, Saya tunda dulu. Dia kabur Pak, dan tidak mau Saya bujuk lagi untuk
berobat di sini. Terima kasih Pak, atas bantuannya ” Usman konfirmasi ke Kepala Perawat.
Setelah
itu Usman, menjemput Habsyi di lokasi pertemuan tadi, tetapi
Habsyi sudah tidak ada. Di carinya di setiap lorong sambil bertanya ke orang
yang di temuinya, tetapi tetap tidak ketemu.
“
Kemananya Habsyi, apa mungkin Ia jalan
kaki menuju Rumah temannya atau Dia ke Masjid Nurul Muslimin di jalan bakti
luhur belakang Plaza Melinium. Jika Ia naik angkot, dari mana Habsyi punya Uang
, karena setau Ku, Habsyi tidak punya
uang sepeserpun ” guman Usman di dalam
hati.
Habyipun
segera menghubungi pengurus Masjid Nurul Muslimin melalui HP. Dimana Usman
sangat dekat dengan pengurus Masjid, dulunya Usman dan Habsyi pernah tinggal di
Masjid ini. Usman pernah tinggal di Masjid Nurul Muslimin dalam rangka mencari
pekerjaan di Kota Medan setelah keluar dari Bandara. Setelah mendapat
pekerjaan, Usman berlanjut tinggal di Masjid ini. Tidak berapa lama Usman
tinggal di Masjid ini, Usman di pindahkan ke Lhokseumawe Aceh. Selama Usman
tinggal di Masjid ini, Usman juga sudah berupaya mengobati Habsyi.
“
Assalamu alaikum Pak Fauzi.” tutur Usman.
“
Wa alaikum salam” jawab Pak Fauzi dengan suara lembutnya.
“ Tadi Saya mencoba membawa Habsyi ke
Rumah Sakit Jiwa, karena Habsyi sudah menghancukan rumah beberapa tahun yang
lalu dan menghancurkan kolam ikan baru-baru ini. Ambisi Habsyi sekarang, mau
menghancurkan kamar mandi Kakeknya, tetapi Habsyi sekarang kabur. Jika ada Habsyi
tiba di Masjid, tolong SMS Saya ya Pak !” terang Usman minta tolong.
“
Wah, kok parah begitu si Habsyi. Sewaktu
Habsyi dulu tinggal di Masjid, setahu
Bapak, tidak ada tanda-tanda Dia sakit jiwa. Kalau memang Dia di gangu ilmu
sihir, disini ada kenalan Bapak, Biar Bapak bantu menghubunginya untuk
mengobati Habsyi ” sambung Pak Fauzi memberikan solusi.
“
Iyya Pak, terima kasih informasinya. Jika
benar Habsyi menuju Masjid, akan
Saya coba mengobatinya ke tempat teman
Bapak. Sementara ini Saya tidur di rumah teman Saya ya ” tutur Usman.
“Loh,
kenapa tidak tidur di Masjid saja ? “ tanya Pak Fauzi penasaran.
“
Keinginan Saya sih begitu Pak. Tetapi Saya takut. Jika Saya tidur di Masjid
juga lalu ketemu Habsyi, maka akan terjadi perkelahian ” lanjut Usman, sambil
menggigit jarinya.
Paginya tanggal 31
Desember 2015 setelah sholat subuh, Pak Fauzi, SMS Usman, bahwa Si Habsyi sudah
berada di Masjid. Usmanpun bersyukur Habsyi di temukan, di khawatirkan Habsyi
hilang entah kemana, apalagi dengan kondisinya saat sekarang ini.
Dalam
pemikiran Usman, Kok bisa, Habsyi hafal jalan dari Rumah Sakit Jiwa Tuntungan
ke Masjid Nurul Muslimin. Padahal Usman sendiri yang bisa dikatakan masih dalam
keadaan sehat, harus meminta panduan temannya melalui HP untuk sampai di tujuan
di kota Medan.. Kemungkinan di memori Si Habsyi masih tersimpan alamat-alamat
di Kota Medan, di karenakan Dia dulunya cukup lama juga di kota Medan.
Lalu
Usman berpikir sebaiknya jam 10 pagi aja, menjumpai Habsyi di Masjid Nurul
Muslimin. Sehubungan Usman mau mencuci baju dulu di rumah temannya. Dan
biasanya juga Habsyi selalu telat bangun.
Ketika Usman tiba di
Masjid ingin jumpai Adiknya , rupanya Habsyi
sudah tidak ada di Masjid. Pada Jam 1 siang, ada sms dari Yani
adiknya, bahwa Habsyi sudah sampai
dikampung.
Berhubung
Usman masih di Medan, dan Habsyi sudah
sampai di kampung, maka Usman langsung menelepon Ibu Kepala Desa untuk meminta
bantuan. Mengingat ambisi Habsyi yang kuat untuk menghancurkan dinding kamar
mandi. Dan Usman meminta tolong di karenakan masih mengingat permintaan Mamaknya, agar Habsyi
jangan di bawa pulang dulu sebelum sembuh. Mudah-mudahan Aparat Desa bisa
membantu, ini harapan Usman ketika menelepon Ibu Kepala Desa.
“ Bu. semenjak
kedatangan Saya di kampung dan sampai tanggal sekarang, ternyata Habsyi di
takdirkan untuk tetap balik ke kampung untuk menghancurkan apa yang ada di
pikirannya. Padahal saya sudah berusaha untuk memasukkan ke Rumah Sakit Jiwa,
tetapi tidak berhasil.Bisa kah Ibu membantu kami, dengan menghubungi Polisi
setempat, untuk mengikat atau mengurung Habsyi sementara di Kantor Polisi ”
tutur Usman melalui HP ke Ibu Kepala Desa.
“
Baiklah, akan Ibu bantu ” jawab Ibu Kepala Desa.
Tiga
orang Polisi datang kerumah keluarga Pak Umar Saragih, di nasehatilah Si
Habsyi, supaya jangan melakukan apa yang dikhawatirkan keluarga Pak Umar Saragih.
Sewaktu di nasehati, tanggapan dan jawaban Habsyi seperti orang normal.
Tanggapan Habsyi, yang seperti orang
normal, membuat Polisi yakin bahwa Habsyi tidak mungkin dan tidak akan berani
menghancurkan dinding kamar mandi.
Keluarga
Pak Umar Saragih berusaha menyakinkan Polisi, agar Habsyi di penjarakan
sementara atau kalau tidak bisa di penjarakan, minta bantu di ikat dulu, karena
ambisinya sangat kuat untuk menghancurkan kamar mandi. Setelah selesai
menelepon Ibu Kepala Desa. Lalu, Usman pun menelepon Mamaknya.
“
Mak. Apa benar Polisi sudah dating ke Rumah ?” tanya Usman.
“
Sudah Nak, Ibu Kepala Desa yang membantu memanggilkan Polisi” jawab Bu Umar.
“
Tolong berikan HP nya ke Polisi Mak ” tutur Usman.
Bu Umar pun langsung memberikan HP ke Pak
Polisi.
“
Hallo Pak. Perkenalkan, nama Saya Usman. Anak pertama dari keluarga Pak Umar
Saragih ” ujar Usman.
“ Oh, Kamu Abangnya
Habsyi ya. Jangan khawatir, kamar mandi
Kakekmu tidak akan di hancurkan. Sudah kami nasehati Habsyi. Dan kami stanby 24
jam, begitu keluargamu menelepon, kami akan segera ke lokasi ” terang Pak
Polisi menyakinkan.
Mendengar
pernyataan Pak polisi, keluarga Pak Umar Saragih, hanya bisa pasrah diiringi
rasa takut.
“
Baiklah Pak, terima kasih tanggapannya. Boleh HP nya di kasikan ke Mamak Saya
Pak ?” pinta Usman.
“
Boleh” jawab Pak Polisi sambil
memberikan HP ke Bu Umar.
“
Mak, semua kita pasrahkan kepada Tuhan, apa yang dilakukan Habsyi nantinya,
yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Oh, ya Mak, Saya, kan
sekarang sudah terlanjur di Medan, jadi Saya tidak kembali lagi kekampung ya,
jadi tolong sampaikan ke Al, agar mengantarkan tas saya ke Medan, berhubung
tanggal 01 Januari 2016, Usman harus pulang ke Lhokseumawe Aceh. Dan tiket
sudah Usman beli sebelum tiba di kampung ” ungkap Usman menguatkan hati orang
tuanya sambil pamit pulang.
“ Iya lah Nak. Terima kasih banyak.
Usman telah mau membantu, meringankan beban Mamak. Hanya Tuhanlah yang bisa
membalasnya. Sikap kami di kampung, sekarang adalah Pasrah, Ikhlas. Apa yang di
lakukan Habsyi setelah ini. Hati-hati di jalan, salam sama istri dan mertuamu
di Aceh nya ” tutur Bu Umar sambil mengapus air matanya dan menutup
pembicaraan.
Tanggal
02 Januari 2016, Al SMS ke Usman, bahwa dinding
kamar mandi telah dihancurkan (photo terlampir). Sewaktu proses
penghancuran, Al tidak ada dirumah , Ibu
Umar sembunyi kerumah tetangga, Pak Umar bekerja seperti biasa.
Begitu
Al melihat penghancuran itu, Al langsung menelepon Polisi. Datanglah Polisi 5
orang, ternyata Habsyi cuma di mandikan .
Pernyataan dari salah
satu Pak Polisi, yang mengerti
pengobatan non medis. Menyatakan bahwa Habsyi pernah mempelajari sifat 20,
tetapi tidak sanggup. Sehingga membuatnya seperti ini. Setelah Habsyi
dimandikan dan di nasehati. Pak Polisipun permisi untuk kembali kekantornya.
Keluarga Pak Umar Saragih semangkin pasrah dengan keadaan ini.
Di tengah permasalahan
yang belum ada solusinya ini. Keluarga Pak Umar Saragih rencananya akan menjual
Tanah kosong di samping rumah. Dulunya ada rumah di atas tanah tersebut, tetapi
rumahnya sudah dihancurkan oleh Habsyi. Jika Tanahnya terjual, Keluarga Pak
Umar saragih, akan menyewa rumah di suatu tempat.
Berharap
dengan rumah sewa-an dan lingkungan baru, Si Habsyi bisa sembuh. Tetapi , untuk
mengurus surat tanah yang mau di jual butuh biaya, dan biaya itu sampai
sekarang tidak ada.
Pada tanggal 08 Januari
2016, Habsyi mengirim SMS ke Usman. Adapun beberapa bunyi SMS nya sebagai
berikut dengan ejaan bahasa Indonesia yang salah :
1.
“ Aku belum bisah kesana, Pampir yang mau kesana ! Aku mau menuju
kesana Aku di rasuki pampir buat apa !
aja kalo Aku bawa Taxsi ada sewa kesana Aku singga. “ SMS dikirim jam 00:51 WIB.
2.
“ Jin2 yg selalu menggagu Aku uda
gila semua , jadi Aku klw ikuti gk masuk akal pikiran yang sehat urusanku
timgal meracun ldang cari kerja yg yaman buat aku disini aku uda bosan banget
yg gk pernah aku alami.” SMS dikirim jam 01:07 WIB.
3.
“ Dulu Aku dibenkulu klw solat 5waktu ingat
Tuhan bisa aku acak2 pekong perdukunan
mereka, karna wanita minta buat rumah besar ? rupanya mereka tuh gentian
diacak2 Aku.” SMS dikirim jam 01:20 WIB.
4.
“ Emang ikut pengajian apa itu
jenisnya merasa enak merasa gimana tapi ada saatnya etar disesatkan sama si
Guru atau Jin setan harus jadi itu.” SMS dikirim 01:35 WIB.
5.
“ Soalnya Jin mu uda hebat uda sama
roro kidol munkin bisa hebat lagi
sekelas Tuhan tapi bukan Tuhan kami orang islam.” SMS dikirim 01:45 WIB.
6.
“ Aku Cuma kasi tau itu tdi malam
mau aku kasi tau datang Setan turun dari
atas paling tinggi besar hitam yang paling besar.” SMS dikirim 01:55 WIB.
Pada bulan februari 2016, Usman menelepon Mamaknya,
“
Mak. Apa khabar. Bagaimana keadaan Habsyi ? ”
“
Mamak, Bapak, Kakek dalam keadaan sehat wal’afiat, sedangkan Si Habsyi,
kelakuannya masih seperti yang dulu, belum
sehat-sehat juga Dia” jawab Bu Umar.
“ Mak, Usman punya
rencana membawa Habsyi ke Aceh, untuk di obati. Ada seorang Ustad yang atas
izin Tuhan bisa mengobati penyakit yang
berhubungan dengan alam Jin atau ilmu hitam. Di daerah Matang Kuli Blang Jruen
tempatnya. Ustad tersebut mempunyai pondok dan di pondok itu bisa kita titipkan
si Habsyi untuk di obati. Ada seorang wanita, di guna-gunai oleh seseorang,
lalu wanita tersebut bisa merayap ke atas Loteng seperti Spiderman. Setelah di
rawat inap, Allhamdulilah wanita tersebut sembuh. Sekarang wanita tersebut
sudah menikah dan mempunyai satu kelebihan yaitu bisa membaca Al-Quran dengan
baik. Sewaktu Rawat Inap si Wanita tersebut juga belajar mengaji di Pondok .
Banyak nilai Positifnya jika Habsyi kita Pondokkan di Aceh ” tutur Habsyi
memberi harapan kepada Orangtuanya.
Si
Bu Umarpun menjawab dengan prihatin, “ Keuangan Mamak hanya cukup untuk makan,
untuk ongkos ke Aceh aja tidak ada, belum lagi biaya untuk mengobati Adikmu di
sana, uang dari mana ?”
“
Untuk biaya pengobatan ke Ustad itu, se-ikhlasnya Mak, sedangkan untuk ongkos
Ke Aceh, rencananya akan Saya ambil dari kartu kredit yang Saya miliki, nanti setiap
bulan biar Saya cicil aja angsurannya. Yang penting kita berusaha terus, sampai
si Habsyi sembuh ” ungkap Usman menepiskan keprihatinan Mamaknya.
“
Bagaimana ya. Apakah Si Habsyi mau dibujuk untuk pergi ke Aceh ?” tutur Bu Umar
ragu.
“
Caranya seperti ini Mak. Bilang sama Habsyi, sehubungan Abangmu mau di mutasi
ke Banda Aceh, dan semenjak lahir sampai sekarang Mamak belum melihat cucu,
maka Abangmu, menyuruh datang ke Aceh. Nanti Kalau ada kerjaan, Habsyi tinggal
di Aceh aja, sambil berobat, mana tau di Aceh penyakitmu sembuh, disana ada Pesantren. Dimana Habsyi
bisa tinggal di Pesantren tersebut. Di Pesantren itu juga ada program ke Sawah
dan ke Ladang bareng, untuk membantu kebutuhan para Pemondok dan agar para
Pemondok tidak bosan” tutur Usman mengajari Mamaknya untuk membujuk Habsyi,
supaya rencana Usman berhasil membawa Habsyi ke Aceh.
“
Gitu ya Nak. Baiklah nanti Mamak bujuk Habsyi. Oh iya ini Bapakmu Mau ngomong.”
tutur Bu Umar.
“ Hallo, Assalamu
alaikum Usman. Kenapa kamu ada rencana bawa Habsyi berobat Ke Aceh. Nanti
Habsyi akan menyusahkanmu. Dia itu
orangnya nekat, begitu tau alamat seseorang, maka Dia akan selalu datang.
Contohnya keluarga Paklekmu yang di Padang. Sampai sekarang Habsyi juga belum
sembuh. Habsyi jika bercerita masih menyangkut Jin dan teman-temannya.
Terkadang kita muak mendengarnya karena ceritanya itu-itu aja!” tutur Pak Umar
melarang Habsyi ke Aceh.
“
Tidak masalah Bapak, dari pada Habsyi di kampung selalu membuat Mamak dan Bapak
nggak bisa tidur dan takutnya penyakitnya tambah parah, dimana bisikan Jinnya
menyuruh yang nggak-nggak. Kita obati Habsyi di Aceh, lagi pula Habsyi kan,
sedikit takut dan nurut sama Saya, kalau sama Mamak, Habsyi berani membantah, apa yang di suruh.
Apalagi kalau di suruh minum obat.” terang Usman untuk lebih menyakinkan Orang
tuanya.
“
Baiklah kalau begitu. Semoga Adikmu itu, segera di beri kesembuhan oleh Allah
SWT.” sambung Pak Umar .
“
Baiklah Bapak. Sudah dulu ya. Doakan
keluarga kita di mudahkan rezekinya oleh Allah SWT agar kita dengan mudah
mengobati Habsyi, Amin.” tutur Usman menutup pembicaraan.
Dengan kondisi seperti
ini, terkadang ada terpikir oleh Pak Umar untuk membuat Habsyi Buta, sehingga
Habsyi tidak bisa lagi menghancurkan
rumah kakeknya atau membunuh Habsyi, atau membuangnya di suatu daerah yang
tidak diketahui oleh Habsyi.
Tetapi Ibu Umar selalu
mengingatkan, bahwa hal itu di larang Agama. Jika Habsyi di bunuh, maka kita di
anggap oleh Tuhan telah membunuh seluruh Manusia, sangat besar dosa kita. Sudah
dosa besar, di penjara lagi. Dan jika Hal itu di lakukan , maka perasaan
bersalah akan selalu menghantui seumur hidup keluarga kita.
Serba salah memang, delema yang di hadapi
keluarga besar Pak Umar Saragih. Rasa
was-was terus menghantui keluarga Pak Umar Saragih. Beberapa hari setelah penghancuran dinding
kamar mandi, Si Yani mendengar dari anak-anak di sekitar rumah, bahwa Abangnya
“Habsyi” akan menghancurkan kamar mandi seluruhnya.
Sebelum
kamar mandi sekarang, keadaan kamar mandi sebelumnya sangat sederhana. Dimana
pintu kamar mandi berada di luar, tidak menjadi satu dengan Rumah. Sehingga
Keluarga Pak Umar Saragih harus keluar rumah terlebih dahulu jika ingin ke
kamar mandi. Adapun pintu kamar mandi hanya di tutupi dengan sehelai kain. Sehubungan Al, mendapat rezeki ditambah
sedikit hutang, maka di buatlah Kamar mandi yang bagus dan pintunya menyatu
dengan Rumah, agar keluarganya bisa dengan mudah ke kamar mandi khususnya pada
malam hari.
Sangat di sayangkan,
Abangnya Al, yaitu Habsyi mempunyai pemikiran lain tentang kamar mandi yang di
buat oleh Al. Menurut Habsyi badannya selalu sakit-sakit dan Para Jin selalu
menyerang dengan bambu runcing di karenakan kamar mandi di rubah bentuknya,
Nyiloro-kidul lah yang menyuruh Al untuk
memperbagus kamar mandi. Dan sebenarnya kakek Habsyi tidak setuju kamar mandi
di per bagus. Si Al aja yang ngotot, bekerja sama dengan Para Jin.
Tujuan Para Jin
mempengaruhi Al untuk memperbagus kamar mandi, agar Para Jin mempunyai tempat
untuk meyembah Rajanya. Inilah yang ada di benak Habsyi, sehingga Habsyi
mempunyai keinginan kuat untuk melancarkan ambisinya. Habsyi seperti Monster
yang siap merusak, tanpa ada rasa takut dan kasian kepada keluarganya,
terkhusus kedua orang tuanya.
Sewaktu,
Pak Umar sudah pergi bekerja, Al pergi ke rumah temannya, Yani pergi sekolah,
dan Ibu Umar pergi belanja. Si Habsyi menjalankan rencananya. Begitu sangat
terkejutnya Bu Umar ketika sudah kembali dari belanja, melihat kamar Mandi
sudah hancur semuanya. Kejadian ini
terjadi pada bulan april 2016.
Habsyi meminjam
alat-alat bangunan dari tukang yang lagi membangun Rumah, di sekitar Rumah
kakeknya. Dengan alat itulah Habsyi menghancurkan kamar mandi, dalam proses
penghancuran. Tetangga di sekitar rumah, pura-pura tidak tau, seakan-akan tidak
ada kejadian.
Ibu Umar melihat kamar
mandi telah hancur, hanya bisa menangis, mengurut dada dan menarik nafas
panjang, tidak ada keberanian untuk memarahi atau memukul Habsyi. Reaksi Bu umar pada waktu
itu, hanya mengeluarkan air mata tanpa teriak histeris minta tolong kepada
tetangga sekitar. Karena pengalaman Bu umar, jika itu di lakukan juga ada ada
yang membantu.
Dalam hal ini, sikap
keluarga Umar saragih terhadap Habsyi seakan-akan menyetujui apa yang di
lakukan Habsyi karena mereka kehabisan akal untuk membuat Habsyi sembuh dan
berubah. Mereka takut kalau Habsyi di marahi, akan terjadi pertumpahan darah.
Melihat
kamar mandi telah di hancurkan semua, Ibu Umar pun menelepon Usman, sambil
menangis tersedu-sedu.
“ Anak ku, Usman,
Adikmu telah menghancurkan Kamar mandi. Kami dikampung tidak tau harus berbuat
apa lagi, nggak sanggup Mamak hidup kayak gini ?”
Sambil
menarik nafas panjang, Usmanpun menjawab.
“
Bujuk aja, Habsyi Ke Aceh, perginya sama Mamak.”
Si
Bu Umar pun menjawab, “ Baiklah Nak”
“O,
ya Mak, tolong nanti bilangkan ke Yani, kirimkan photo-photo Habsyi sewaktu
menghancurkan kamar mandi.” tutur Usman mencoba tenang, walau mamaknya sudah
menangis terseduh-sedu.
“
Baik lah Nak, nanti Mamak sampaikan, sudah dulu ya, nanti kita sambung lagi
ngobrolnya. Assalamu alaikum.” tutur Bu Umar menutup pembicaraan.
Sore harinya, Yani
mengirimkan photo-photo kamar mandi yang di hancurkan Habsyi melalui BBM.
Dimana di photo itu , terlihat Habsyi memakai celana pendek, tanpa baju, serius
dan fokus melakukan ambisinya.
Melihat ini, Usman emosi, berubah pikirannya, dan langsung menyuruh Mamak dan Bapaknya untuk melumpuhkan Habsyi dari belakang dengan memukul bagian leher atau punggungnya, setelah Habsyi lemas,, baru di ikat. Dari pada tambah hancur Rumah itu. Jika hancur, akan tinggal dimana keluarga Pak Umar Saragih. Penghasilan yang ada untuk makan saja cukup, sudah Allhamdulilah.
Melihat
photo-photo itu, Usman pun langsung menelepon Bapaknya, yang belum pulang dari
bekerja, melalui HP majikan Pak Umar. Sehubungan Pak Umar tidak memiliki HP.
“Pak, Kamar mandi sudah
dihancurkan. Saran Usman, lumpuhkan aja Habsyi lalu ikat.”
Itulah masalahnya Nak, kalau sendiri, Bapak
tidak berani karena tenaga Habsyi kuat, lihatlah pengalaman sebelumnya, kolam
ikan aja di hancurkan dengan baru gilingan cabe dalam hitungan jam,” Habis”.
Padahal Bapak sudah menyiapkan tali untuk mengikatnya, karena tidak ada yang
membantu, akhirnya kolam ikan rata dengan tanah.”ujar Pak usman mengenang.
“
Bapak usahakanlah. Minta tolong, siapa gitu.” tutur Usman semangkin emosi.
“ Kalau Orang kampung
tidak mau nolong, takut katanya, tapi akan Bapak coba minta tolong sama teman
Bapak yang badannya besar, Dia pemberani setahu Bapak.” jawab Pak Umar memberi
harapan.
Pak
Umar pun langsung menjumpai temannya itu, tapi di luar dugaan, temannya minta
maaf tidak bisa membantu, dengan alasan yang sama yaitu “takut”. Dalam suasana
yang membingungkan, Pak Umar dan Kakeknya Habsyi, memberanikan diri untuk mengancam Habsyi,
agar memberhentikan pengancuran rumah.
Adapun kakek Habsyi
membawa kayu, Pak Umar membawa rantai.
“ Diam Kau, Kakek Tua,
Ku injak-injak Kau nanti.” tanggapan Habsyi ketika kakeknya
berusaha melarang.
Mendengar
itu, emosi Pak Umar dan Kakeknya timbul. Lalu mereka spontan menyerang Habsyi.
Habsyi pun lari. Dan kejar mengejar pun terjadi. Kakek Habsyi tidak melanjutkan
pengejaran karena sesak nafas,
Mamak Habsyi cuma
teriak-teriak minta tolong , takut ada yang terbunuh. Habsyi lari tanpa bisa di
kejar. Tidak berapa lama Habsyi kembali dengan membawa cangkul. Lalu menyerang
Bapaknya. Untung Pak Umar langsung menerjang Habsyi. Jika tidak, maka akan
terlukalah Pak Umar bahkan bisa terbunuh secara sadis oleh anaknya yang telah
berubah menjadi Monster.
Bersamaan
dengan itu, ada tetangga yang lewat dan membantu mendinginkan suasana. Dan di
putuskan di hari itu, Habsyi harus
berangkat ke Aceh bersama Mamaknya untuk berobat sambil melihat cucu pertama Bu
Umar.
Pada pertengahan April
2016, Habsyi dan Mamaknya tiba di Lhokseumawe Aceh. Gaya potongan rambut
Habsyi, kanan kiri botak, yang di tengah, ada rambutnya. Begitu tiba di Aceh,
Sikap Habsyi seakan - akan tidak ada permasalahan di kampung. Seakan-akan apa
yang di lakukan di kampung adalah kebenaran. Dan Habsyi tidak mengungkit-ungkit
dan mem-permasalakan ketika Usman berusaha memasukkannya ke Rumah sakit jiwa
sewaktu di Medan. Padahal hal ini bisa menjadi alasan Habsyi untuk berkelahi
dengan Usman pada saat itu juga.
Begitu
sampai, Habsyi menyalami orang yang ada di rumah Usman, dan langsung
menggendong anak Usman. Usman dan Istrinya pun menyambut kedatangan Habsyi dan
Bu Umar dengan hangat.
Rasa
syukur, Usman panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Habsyi telah tiba di Lhokseumawe
Aceh. Supaya rencana pengobatan bisa dilakukan.
Usman
di Lhokseumawe Aceh, tinggal bersama mertuanya. Di rumah mertunya kamarnya hanya dua. Satu kamar untuk Usman dan istri,
satu kamar lagi untuk mertuanya. Sehingga Habsyi dan Mamaknya tidur di ruang
tamu.
Setelah tiga hari
berlalu, Usman menyuruh Mamaknya tidur di Kamar bersama istrinya. Dan Usman
tidur diruang tamu untuk pendekatan ke Habsyi. Beberapa Hari
Usman tidur dengan Habsyi. Usmanpun tidak bisa tidur, padahal besoknya harus
bekerja. Habsyi selalu cerita tidak
berhenti-henti tentang Jin dan rencana Ia berangkat ke Jakarta, untuk
menjumpai Ibu angkatnya.
Setelah
Habsyi sampai di Jakarta, Ia akan
membangun kamar di lantai dua, untuk Mamak dan Untuk Usman beserta istri. Untuk
apa lama-lama tinggal sama mertua kata Habsyi ke Usman. Menurut Usman, cerita
ini tidak masuk akal, tetapi Usman meng-iyakan saja, tidak ada sedikitpun
membantah atau mempertanyakan misi Habsyi yang tidak masuk akal.
“
Abang tidur dulu ya. Sudah jam 01 pagi. Besok lagi ceritanya. Kalo Habsyi nggak
ngantuk nonton TV aja dulu.” pinta Usman ke Habsyi yang masih asik bercerita.
Habsyipun
terdiam sejenak. Dan Usman memejamkan matanya. Sejam kemudian, Habsyi
membangunkan Usman, di ajaknya kembali bercerita. Begitu seterusnya yang di
lakukan Habsyi sampai Adzan Subuh berkumandang.
Dua hari Usman tidur
dengan Habsyi. Usmanpun menyerah. Mamak Habsyi juga begitu, akhirnya di
putuskan, Habsyi tetap tidur di ruang tamu. Bu Umar tetap tidur di kamar Usman
bersama istri, kemudian Usman juga tidur di kamar, tetapi tidak satu ranjang
melainkan di bawah.
Sebelum Habsyi tiba di Lhokseumawe Aceh ,
semua benda tajam seperti pisau, parang linggis di sembuyikan. Ketika Habsyi tidur sendirian, pada jam 12
malam terdengar ada yang membuka pintu belakang.
Usmanpun bergegas keluar dari kamarnya,
setelah di lihat oleh Usman, ternyata Habsyi yang membuka pintu belakang dan
Habsyi kelihatan lagi tidur diluar.
Habsyi tidur di tempat tidur yang
sudah tidak digunakan oleh Mertua Usman,
posisi tempat tidur pas dekat pintu.
Pada
pagi, siang dan sore hari, tempat tidur ini di gunakan untuk bersantai dan
tempat memotong wortel oleh Mertua perempuan Usman. Adapun alasan Habsyi tidur
di luar karena rumah Mertua Usman Panas. Usman pun kembali ke Kamar untuk
istirahat.
Pada jam 3 Pagi, Habsyi
mengetok kamar Usman.
“Bang,
bangunlah. Aku mau pinjam pulpen sama buku.” tutur Usman.
“Besok aja. Sudah Malam.” jawab Usman sambil
menguap.
“
Pinjamlah sebentar, kalo nggak Kau Pinjami,
Aku nggak tenang.” papar Habsyi.
“Ini,
buku dan pulpennya, untuk apa ?” tanya Usman geram sambil menyerahkan buku dan
pulpen.
“
Duduk sini dulu Bang.” ajak Habsyi ringan tanpa beban.
Lalu Habsyi pun menggambar
segi empat .
“
Aku ada kamar di Jakarta di lantai dua. Di sini, Aku akan bangun kamar Mamak
dan di sebelahnya Ku bangun kamar Abang. Abang tinggal di Jakarta aja, lebih
luas dari pada di sini sempit.” papar Habsyi polos.
“
Kok baik kali Ibu angkatmu,
sampai-sampai mengizinkan Kau, membongkar lantai dua lalu membuat kamar buat
kami.” tanya Usman ragu.
“Tenang
aja, mereka sayang sama Aku, jadi apa yang Ku minta, di turuti sama mereka.”
papar Habsyi menyakinkan Usman.
“ Sayang dari mana.
Dulu kan Kau pernah kesana, tetapi tidak berapa lama Kau balik lagi. Apa nggak
ingat Kau. Lagi pula dengan kondisi Kau sekarang, seperti orang yang tak terawatt. Apa ada keluarga yang mau
menerima Kau, dan menganggap Kau anak angkatnya lalu di berikan sebuah Rumah,
suatu hal yang mustahil terjadi di zaman now.” guman Usman dalam Hati, sambil
garuk-garuk kepala.
“
Kok, diam Bang ?” tanya Habsyi , melihat Abangnya seperti orang yang termenung.
“ Oke, siapa yang nggak
mau di buati kamar. Apalagi di Jakarta, tapi sebelum kesana, besok setelah
Abang pulang kerja , kita belajar dan berobat di pengobatan Tengku Ismail. Kau
untuk sementara tinggal di sana dulu, seminggu sekali Abang jenguk , supaya
hilang bisikan-bisakan Jin yang selama ini mengganggu mu. Sekarang tidurlah.” ujar
Usman menutup pembicaraan.
Besok
paginya, ketika Usman siap-siap berangkat kerja, Habsyi menjumpai Usman.
“
Bang, minta uang untuk beli rokok.”
“
Rokok yang kemaren kemana. Kan Abang kasih sebungkus, kurangilah merokok,
apalagi uang Abang pas-pasan. Ini uang, beli aja sebatang.” jawab Usman
menasehati.
“Ah,
mana cukup sebatang. Stres Aku disini. Aku mau pulang aja, kasih Aku ongkos.”
Balas Habsyi kecewa.
“ Eh, Kau itu mau di obati di sini, malah Kau mau pulang,
pergi aja sana kalau mau pulang, Abang belum ada uang.” jawab Usman sambil
melotot kesal.
Mendengar pernyataan
Usman, Habsyipun tanpa berpikir dengan akal sehat langsung mengambil tas dan
sepatunya di ruang tamu. Dari ruang tamu Habsyi menjumpai Mamaknya yang lagi di
kamar. Lalu Habsyi dengan memakai sepatu menuju lorong, dari gayanya Ia akan
serius pulang kampung. Usmanpun membiarkan Adiknya pergi. Setelah Adiknya
menjauh dari rumah, Usman menjumpai Mamaknya.
“Mak,
Si Habsyi, memang nggak bisa dibilangi. Tadi Mamak dengarkan, Dia mau pulang,
katanya Dia bisa pulang sendiri. Ada Mamak kasih uang Dia tadi ?”
“ Cuma
Mamak kasih rorok aja. Tapi Dia minta HP, dan Mamak kasih, takut Mamak, nanti
Dia kesasar, apalagi Dia baru di Aceh
ini .” jawab Bu Umar sambil mengurut dada.
“
Ya uda nggak papa. Kalo gitu Mak,kita
biari aja dulu, kita ikuti aja kemauannya, paling nanti Dia balik lagi ke sini. Usman berangkat kerja
dulu ya Mak. ” papar Usman.
Hari
telah menunjukkan jam 12 siang. Usmanpun pulang istirahat, di lihatnya Habsyi
belum kembali ke rumah. Sekitar jam 12:45,
ada SMS masuk ke HP Usman berasal dari HP Mamaknya yang di bawa oleh
Habsyi.
“ Bang jemput Aku, Aku
di terminal dan nggk tau jalan balik ke rumah.” isi SMS.
Usman
tidak ada membalasnya. Dalam pemikiran Usman, biar Habsyi tau rasa, dan
mau berpikir secara normal sebelum
memutuskan sesuatu. Jam 03 sore, Habsyi
SMS lagi minta jemput. lalu sms lagi pada Jam 4 sore , yang menyatakan bahwa Ia
bersedia di bawa ke pengobatan Tengku Ismail. Usmanpun langsung menjemput
Habsyi ke terminal.
“ Abang berbuat kayak
gini, bawa Habsyi ke Aceh karena sayang sama Habsyi, supaya Habsyi sembuh.
Habsyi pikir “normal” orang yang merusak
rumahnya sendiri ?” terang Usman semangkin membatin.
“Kau Bang, nggak tau
apa yang Ku rasakan, sebenarnya Aku bosan dengan pengobatan-pengobatan yang Kau
rencanakan. Sewaktu Kau di Medan , ritual pengobatan yang Kau lakukan bukannya
membuat Aku merasa enakan, malah wajahku terasa ada kumannya dan Aku takut
keluar rumah. Sekarang terserah Kau lah mau di bawa kemana Aku.” jawab Habsyi
sambil mengeluarkan air mata.
“Kalau
Kau merasa sesuatu yang aneh, kenapa tidak cerita ke Mamak, lagi pula itukan
pengobatan dengan Ustad dan orang pintar yang terbukti bisa menyembuhkan,
tetapi sama Kau kok tidak mempan pengobatan itu, atau kalo tidak sembuh juga di
pengobatan Tenggu Ismail nantinya , kita konsultasi ke Dokter.” Papar Habsyi,
tetap semangat mengobati adiknya.
Jam
05 sore, Habsyi dan Usman berangkat ke pengobatan Tenggu Ismail. Sesampainya di
sana, sudah banyak orang yang antri. Sekilas cara pengobatan Tengku Ismail
sangat sederhana, Terlihat mulut Tengku
komat kamit seperti membaca sesuatu, lalu menekan bagian tubuh pasien dengan
tangannya. Untuk pasien laki-laki di tekan dengan tangannya dan untuk pasien
perempuan di tekan dengan kayu.
Ada
pasien perempuan yang terindikasi gangguan ilmu sihir, ketika di tekan dengan
kayu ke tubuhnya, reaksinya seperti
kejang-kejang. Setelah di tekan beberapa kali , si pasien di suruh membuka mata
, lalu si pasien mengambil botol yang
berisi air putih yang sudah di bacakan
beberapa ayat oleh Tengku Ismail untuk di bawa pulang.
Giliran
Habsyipun tiba. Ketika proses pengobatan, tidak ada reaksi sedikitpun. Menjadi
tanda tanya besar dalam pikiran Usman , apakah penyakit Habsyi karena gangguan
ilmu sihir atau Narkoba.
Setalah
Habsyi selesai, Usman menjumpai Tengku Ismail. Dan Habsyi pergi sedikit menjauh
untuk merokok.
“
Tengku, perkenalkan saya Usman. Adik saya yang di obati tadi dari Medan Tebing
Tinggi. Saya sudah 5 tahun di Lhokseumawe. Menurut keluarga kami, adik saya
sakit karena mengalami gangguan ilmu
sihir. Ia sudah menghancurkan rumah Orang tua kami beberapa tahun yang lalu.
Baru-baru ini menghancurkan Kolam ikan dan kamar mandi. Sudah kami obati ke
mana-mana, tetapi tidak ada perubahan. Rencananya, Adik saya, mau saya titipkan
sama Tengku untuk di Obati dan belajar agama di pemondokan ini. Apakah boleh
Tengku ?” tutur Usman panjang lembar.
“
Boleh aja, tetapi besok, karena hari ini kamar pada kosong semua, murid Saya
pada pulang kampung. Untuk biaya makan di tanggung sendiri. untuk kamar pakai
aja, besok saya arahkan ke kamar mana Habsyi akan menginap selama disini.”
sambut Tengku Ismail hangat.
“Baik
Tengku, besok kami kembali lagi. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya dan Hanya Allah yang membalasnya.” ungkap Usman menutup
pembicaraan.
Keesokkan
harinya, Habsyi dan Usman sudah sampai di lokasi pengobatan Tengku Ismail.
Merekapun menjumpai Tengku Ismail.
“Eh
kalian, sudah sampai rupanya, lupa saya menyampaikan kemaren, ngomong-ngomong
Kalian
ada membawa alas tidur berupa tikar dan bantal ?” tanya Tengku Ismail, sambil
terseyum ramah.
“
Tidak ada Tengku. Aduh bagaimana ya ini Tengku, lupa pula kami menayakannya
kemaren.” jawab Usman khawatir, karena Usman tidak mau membawa Habsyi kembali
lagi Pulang. Jika di bawa pulang lagi, takutnya Habsyi tidak mau kembali ke
pengobatan Tengku Ismail.
“
Ya uda, tidak masalah. Tunggu sebentar, saya ada tikar di rumah.” tutur Tengku
Ismail sambil menuju ke ruangan rumahnya.
“Ini,
tikarnya, bawalah. Kalian saya arahkan
ke Kamar Bang sulaiman ya. Habsyi
bisa satu kamar sama beliau.” ungkap Tengku Ismail.
“Baik
Tengku, terima kasih.” Balas Usman, sambil mencium tangan Tengku Ismail.
Lalu
Usman dan Habsyi menuju kamar Bang Sulaiman. Selama perjalanan terjadi
percakapan antara Usman dan Habsyi.
“ Dek Habsyi, ini ada
uang Rp 70.000,- untuk makan dan rokok selama 7 hari, hemat-hematlah disini.
Insyallah Abang akan menjenguk setiap minggu. Dan besok Abang akan bawakan
beras. Belajar yang baik dan jangan pulang sebelum sembuh, itu harapan Abang
dan keluarga, ingat umurmu sudah 32 tahun. Apakah Dek Habsyi tidak ingin
berkeluarga. Ceritanya, dulu di sini banyak orang sakit berobat dan memondok
untuk belajar agama. Allhamdulilah banyak yang sembuh dan ada juga yang menikah
dengan penduduk kampung ini.” Usman menyemangati Habsyi, agar termotivasi untuk
berobat dan belajar agama.
“ Bang, mana cukup
dengan uang segitu. Bisa-bisa Aku makan taik disini ” jawab Habsyi polos sambil
mengisap sebatang rokok.
“
Jangan ngomong kayak gitu, jalani aja dulu. Abangkan ada di Lhokseumawe.” jawab
Habsyi sedikit kesal.
“ Ya udalah kalau itu
kemauanmu. Kemauanmu aja yang di turuti. Kayak kemasukan Pekong Kau itu. Kau
nurut aja apa yang di suruhnya, Aku seminggu aja di sini, jangan lama-lama
karena Aku mau ke Jakarta.” papar Habsyi malah menyalahkan Usman.
Mendengar
pernyataan Habsyi, Usman hanya bisa mengurut dada dan menelan air ludah.
Sebenarnya mau di tinjunya aja si Habsyi setelah Ia menuduh Usman di perintah
oleh Pekong. Tetapi Usman masih bisa mengontrol emosinya. Usman lebih baik
mengalah dan tidak membantah apa yang di utarakan Habsyi. Asal Habsyi mau
berobat.
Haripun
menunjukkan jam 06 sore, Usman permisi pulang kepada Tengku Ismail dan Habsyi.
Dalam perjalanan, ada harapan dan kekhawatiran yang terlintas di
pemikiranUsman. Berharap agar Habsyi sembuh. Dan ada pula kekhawatiran, Habsyi tiba-tiba pulang ke
Rumah Usman, pada malam itu juga. Tetapi tidak mungkin, karena cukup jauh
jaraknya dan mana mungkin Habsyi hafal jalannya. Apalagi Habsyi orang baru.
Usman sendiri aja, harus bertanya ke beberapa orang untuk ke sampai ke tempat
ini.
Jam
07 Malam, Usman tiba di rumah. Alangkah bahagianya perasaan Mamak Usman
mendengar Habsyi sudah di Pemondokan Tengku Ismail. Jampun menunjukkan 9 malam,
lalu terdengar ada yang mengetok pintu.
“Assalamu
alaikum.”
“ Siapa itu ?”
bertanya-tanya orang yang ada di rumah Usman, kok sepertinya suara Habsyi. Lalu
Mamak Usman membukakan pintu. Dan ternyata benar, yang datang adalah Habsyi.
“ Kok, balek lagi Kau.”
teriak Usman dengan mata melotot, sambil mengempal kedua pergelangan tangannya,
siap-siap untuk meninju Habsyi.
“
Nggak mau aku, di obati di sana, ini uangmu, sisanya habis untuk ongkos naik
ojek. Di kamar Ku ada Pekong. jadi tempat sembahyang mereka kamar Ku. Makanya
Aku pulang. Dan mana cukup uang yang Kau kasih . Mau makan taik aku di sana?”
jawab Habsyi santai, sambil duduk di kursi yang ada di ruang tamu.
Usman
Hanya bisa menarik nafas panjang, dan seakan-akan mau di tinjunya saja si
Habsyi. Karena selalu membuat kesal dan kecewa.
“
Baik. Besok Kau ikut Aku ke Rumah Sakit, kalo Kau nggak mau pergi, Kau
pergi dari sini, jangan ajak Mamak,
terserah Kau mau pergi kemana.” tutur Usman sabar dan tetap memberi solusi.
“Oke
! Aku malam ini tidak tidur di sini. Aku numpang tidur di rumah sebelah aja, di
ruang tamupun tidak masalah. Itu rumahnya Uwak,
Istrimu kan ?” tutur Habsyi sambil menunjuk rumah sebelah.
“
Terserah Kaulah” jawab Usman tenang.
“
Mak, permisikanlah ke Uwak, bilang Habsyi mau tidur di sana.” sambung Usman.
Mamak,
Usmanpun pergi ke rumah Uwak.
“
Wak, Saya mau bilang. Si Habsyi, katanya mau tidur disini, apa boleh ?” tutur
Ibu Umar berharap.
“ Sebenarnya saya takut
juga lihat Habsyi, tapi tidak apa-apa. Kalo terjadi sesuatu paling saya nanti
teriak. Mungkin Habsyi tidak enak lagi tidur di rumah sana bersama Usman,
karena Dia telah mengecewakan Usman. Ya uda, suruh ke sini Habsyi, tetapi
tidurnya dengan tikar di ruang tamu karena kamarpun cuma 2 disini. Satu kamar untuk
saya, satu lagi di tiduri oleh adiknya istri Usman.” ucap uwak memberi harapan.
Habsyipun
tidur di rumah uwak. Keesokkan harinya, pada jam 09 pagi, Usman pulang dari
kantornya untuk menjemput Habsyi. Mau
diajaknya berobat ke Rumah Sakit. Tetapi
kenyataannya Habsyi belum juga bangun.
“Mak,
kok Habsyi belum bangun ?” tanya Usman ke Mamaknya.
“O..alah, sudah capek
Mamak banguni, malah Mamak mau di ludahi, katanya jangan ganggu, “Anjing” badanku sakit semua kalo di sentuh, katanya.”
jawab Bu Umar sedih.
Lalu
Usmanpun mendatangi Habsyi.
“Habsyi
! bangun Kau, kita ke Rumah sakit.” teriak Usman geram.
Mendengar
teriakan Usman, Habsyipun langsung bangun, dan menuju kamar mandi.
“
Yuk kita pergi kerumah sakit!” ajak Habsyi setelah keluar dari kamar mandi.
“
Loh, Kau nggak mandi dulu ? “ tanya
Usman, heran.
“
Nggak perlu.” jawab Habsyi polos.
“
Kalo gitu, gantilah pakaian mu, pakai celana panjang.” saran Usman.
“Nggak
usah. Aku pakai celana ini aja.” balas
Habsyi.
“Ah,
untuk apa memaksakan kehendak, yang penting Habsyi mau pergi ke Rumah Sakit
Kesrem Lhokseumawe untuk konsultasi ke Dokter
spesialis jiwa. ” guman Usman dalam hati.
“Bang,
belikan rokok dulu !” pinta Habsyi tanta basa-basi.
“
Nanti di depan rumah sakit aja kita beli roroknya.” jawab Usman kalem.
Mereka
pun berangkat dengan menggunakan Sepeda motor. Adapun Rumah Sakit Kesrem
Lhokseumawe tidak terlalu jauh dari kediaman Usman, hanya di butuhkan waktu 5
menit..
Sesampainya di Rumah sakit, Usman mengambil
nomor antrian, ternyata cukup banyak juga yang ngantri untuk berobat atau
konsultasi dengan Dokter spesialis jiwa.
Ada
bapak-bapak yang kelihatan sehat dan bisa mengobrol dengan orang di sebelahnya,
tetapi bapak tersebut berobat juga ke Dokter spesialis jiwa. Usman duduk tidak
terlalu jauh dari bapak itu. Cerita punya cerita bapak itu berobat di karenakan
susah tidur dan pikiran tidak tenang dalam beberapa hari ini. Setelah Usman
bercerita dengan bapak tersebut, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa
bapak tersebut ada kelainan jiwa.
Tidak
berapa jauh dari posisi Usman, terlihat
bapak-bapak yang begitu orang duduk di sebelahnya langsung di ajak
ngobrol, dan dari obrolan itu, kelihatan kalau bapak itu sehat. Tetapi setelah
orang di sebelah bapak itu pergi, bapak itu kelihatan ngomong sendiri. Ternyata
tidak harus kelihatan gila betul, baru orang mau konsultasi atau berobat ke
Dokter spesialis jiwa.
Sudah
30 menit Usman dan Habsyi menunggu giliran untuk di panggil, Habyipun kelihatan
mulai gelisah.
“
Bang, minta duit. Aku mau beli rokok dulu.” pinta Habsyi.
“
Ne duit, tapi begitu beli rokok, Kau langsung ke sini ya.” balas Usman.
“Oke
no problem.” jawab Habsyi.
Tidak
berapa lama kelihatan Habsyi, berjalan dari kedai ke arah Rumah sakit dengan 3
batang rokok di tangannya.
“
Bang, Aku ke toilet dulu ya.” Habsyi permisi sopan.
“
Iyya, tapi jangan lama-lama.” ucap Usman.
Setelah
45 menit berlalu, tidak kelihatan Habsyi keluar dari toilet, Usmanpun menuju
Toilet rumah sakit untuk mengecek Habsyi. Usman mencoba mendorong pintu kamar
mandi dengan pelan untuk memastikan apakah ada orang di dalam. Ketika di dorong
pintu tidak bisa dibuka. Lalu Usman mengetok pintu tersebut.
“Habsyi,
apa Kau yang didalam ?” tanya Usman memastikan siapa yang di dalam kamar
Mandi.
“Iyya.”
jawab Habsyi.
“
keluar lagi, gentian. Abang kebelet juga.” pinta Usman agar Habsyi cepat
keluar.
Nggak
berapa lama, Habsyipun keluar. Alangkah
terkejutnya Usman , melihat kotoran
Habsyi tidak di siram. Dengan lapang dada, Usmanpun menyiramnya. Jika di
perhatikan selama Habsyi tinggal bersama Usman, memang seperti itu kelakuan
Habsyi ketika selesai dari toliet kamar mandi. Jika di ingatkan, Ia akan
mengatakan sudah di siram.
Setelah
dari kamar mandi, Usman langsung menuju tempat praktek Dokter spesialis jiwa.
“
Habsyi, ada terdengar namamu tadi di panggil ?” tanya Usman.
“
Nggak tau Aku” ujar Habsyi.
“
Pak, tadi ada terdengar nama Habsyi di panggil ? ” pertanyaan Usman ke Pasien
yang menunggu antrian.
“
Sepertinya belum, lebih baik masuk aja
kedalam dan tanya langsung ke Perawat.”
Tanpa
pikir panjang Usman masuk kedalam ruangan Dokter.
“
Bu Perawat. Apa nama Habsyi sudah di panggil ?” tanya Usman sambil menunjukkan
nomor antian.
“
Belum, tunggu dua antian lagi ya.” jawab Perawat.
“
Baik Bu, terima kasih.” balas Usman menutup pembicaraan.
“
Bang lama lagi. Pulang aja yok, ” ajak Habsyi sudah tidak sabar menunggu.
“
Sabar dulu, tinggal nunggu dua orang lagi. Setelah itu giliran kita.” ujar
Usman
Waktu
sudah menunjukkan jam 11 siang. 2 jam juga mereka menunggu giliran untuk di
periksa oleh Dokter. Begitu banyaknya yang konsultasi dan berobat. Jika ingin
mendapat giliran lebih awal, maka
datangnya sebelum jam 8 pagi.
“Habsyi,”
Ibu perawat memanggil .
“Iyya
Bu.” balas Usman senang.
Merekapun
masuk kedalam ruangan Dokter.
“
Siapa yang Habsyi ?” tanya Dokter .
“ “Dia Bu. Adik saya ” ucap Usman sambil
menunjuk ke arah Usman.
Si
Dokter pun bertaya, “ Apa keluhannya ?”
“ Si Habsyi ini, sering
melihat gerombolan Jin, Pekong, Nyiloro kidul dan Suami Nyiloro kidul “Jin
Langit”. Terkadang gerombolan Jin itu meyerang Habsyi dengan bambu runcing,
lalu Jin langit yang panjang tubuhnya setinggi langit sering menyuruh Habsyi
sesuatu, jika tidak di turuti maka tangan Habsyi seperti di lindas oleh Traktor
dan perut Habsyi seperti di masuki batu bata. Baru-baru ini, Kolam ikan di
kampung di hancurkan oleh Habsyi karena tidak mau melihat Nyiloro kidul
berenang di kolam itu. Beberapa tahun yang lalu rumah orang tua saya juga di
hancurkan. Pekerjaan Habsyi sehari-hari di kampung, membuat bangunan baru tetapi
alangkah di sayangkan setelah di buat, bangunan itu di hancurkan kembali.
Padahal bangunan di buat dari uang hasil
panen kelapa sawit.” ungkap Usman panjang lebar mengenang.
Sewaktu
Usman menjelaskan keadaan diri Habsyi ke Dokter, Habsyi tenang saja. Di luar
kebiasaan Habsyi selama ini, dimana jika terdengar ada yang menjelekkan
dirinya, maka Habsyi akan marah besar. Lalu si Dokter pun betanya kepada
Habsyi,
“Habsyi, apa tadi, ada Jin yang ngikuti dan membisikan sesuatu
ke Kamu ?”
“
Ada Dokter, apalagi sewaktu saya di kampung, semenjak saya di Aceh agak
berkurang bisikan itu.” tegas Habsyi mantap
Tanpa perlu analisa
yang lama, Dokter langsung bertanya tentang Narkoba kepada Habsyi. Menurut
Usman, pertanyaan Dokter tentang Narkoba di karenakan halusinasi yang Habsyi
alami , dari gaya berpakaian dan dari keadaan tubuh Habsyi.
“ Pernah pake ganja,
sabu atau ekstasi ?” tanya Dokter tenang.
“
Ganja dulunya sering, sabu dan ekstasi kadang-kadang, itupun jika saya ke Medan.”. jawab Habsyi tanpa
terbebani.
“
Kalo mau sembuh, tidak di serang Jin dan hilang rasa sakit di badan, jauhilah
pake Narkoba. Habsyi harus berusaha, kasihan keluarga. Pahamkan apa yang saya
bilang ?” tutur Dokter.
“Paham
Bu” jawab Habsyi.
“Iyya
sudah, kalo gitu Habsyi keluar dulu, Saya mau tulis resep obat. Si Abang
tinggal dulu ya disini.” ucap Dokter.
Habsyipun
keluar dari ruangan.
“ Bang Usman, Habsyi
itu penyakitnya karena Narkoba, untuk itu awasi Dia, jangan bergaul dengan
teman-temannya selama ini. Dan Ingatkan ke Habsyi, jangan pulang terlalu malam.
Karena percuma kita beri obat, tetapi Dia tetap pake Narkoba.” terang Dokter
sambil menulis resep
“ Gitu ya Dok, berarti
selama ini kami salah paham, karena kami tidak mengira penyakit Habsyi karena
Narkoba. Kami berpikiran selama ini Habsyi di masuki Jin dan di guna-gunai oleh
Orang. Karena begitu Dia balik dari Bengkulu. Dia bisa melihat Surga dan
Neraka. Begitu Dia pulang dari Bengkulu, Dia membersihkan kaki Mamak saya
dengan mencucinya. Setelah itu Dia rajin Sholat, tidak bisa melihat yang kotor.
Rumah Mamak saya di pel-nya, semua orang
di suruh keluar. Ngumpuli putung rokok, membuang sampah di sekitaran rumah ke
Sungai. Dan keluarga bertambah yakin ketika ada orang pinter “Dukun “
mengatakan ada Pampir di dalam tubuh Habsyi. Dan Pekongnya cukup sulip jika mau
di keluarkan, kata Dukun tersebut. Sehingga sebelum ke Rumah Sakit ini, kami
sekeluarga beranggapan Habsyi di guna-gunai orang. Dan sebelum ke Rumah Sakit
ini, Saya bawa Habsyi ke pengobatan seorang Ustad. Ketika pertama kali di Rukyah, tidak ada tanda-tanda, ada Jin yang
mengganggunya. Dan saya semakin bingung, apa penyakit Habsyi sebenarnya.
Rupanya di karenakan Narkoba. Ya Tuhan, Sudah hampir ratusan juta uang keluarga
habis karena tingkah laku Habsyi. Rumah kami di hancurkan, Sepeda motor di
rusak, kolam Adiknya di hancurkan, sekarang malah rumah kakeknya yang mau di
hancurkan. Belum lagi biaya pengobatan yang di keluarkan keluarga. Contohnya
keluarga di Padang, rela memanggil dukun untuk mengobati Habsyi dan
menghabiskan biaya 5 jutaan, tetapi
Habsyi tidak kunjung sembuh, dan informasi terakhir, pengobatan Dukun ini
seperti di rekayasa. Seakan-akan ada kiris dan gelang naga yang keluar dari
tubuh Habsyi . Belum lagi akibat tingkah laku Habsyi membuat keluarga Saya di
kampung tidak nyeyak tidur, khawatir, cemas dan sebagainya. Karena setiap jam
12 malam, Habsyi selalu bereaksi , bawa
Sepeda Motor dengan alasan beli rokok, setelah itu balik ke Rumah, bersih
bersih halaman, membongkar yang tidak seharusnya di bongkar.” papar Usman mengingat
kelakuan Habsyi.
Si Dokterpun
menyambung, “ Itulah akibat pake Narkoba. Seseorang bisa menjadi “ Monster ”,
rasa takut dan pikiran rasionalnya hilang, dan Dia akan mau melakukan apa saja
tanpa rasa takut, yang penting keinginannya terwujud. Keluarga di buatnya susah
dan khwatir 24 jam, untuk itu jauhilah Narkoba. Ini ada obat yang saya berikan,
pantau terus penggunaannya selama seminggu ini, jangan sampai tidak di minum.
Dan minggu depan kemabali lagi ke sini ya”
“
Baik Bu Dokter, terima kasih.” Usman pun keluar ruangan.
Adapun resep obat yang
di berikan Dokter sebagai berikut :
1. Risperidone
tablet 2 Mg = 2 x ½
2. Clobazam
10 Mg = 1 x 1
3. Omeprazole
20 Mg =
2 x 1
Setelah
resep ini di tukarkan di apotik Rumah Sakit, Usman dan Habsyipun menuju pulang.
Sebelum sampai di rumah mereka singgah di sebuah warung kopi.
“
Mau pesan apa. Kopi Aceh atau Jus ?” tanya Usman.
“
Jus pokat aja,biar sehat sikit,” jawab Habsyi santai.
“Begini
Dek. Obat dari Dokter ini wajib Kau minum, Aku sebagai Abangmu, mau Kau itu
sehat, badan nggak sakit-sakit, masak di senggol sikit aja ketika di banguni
terasi sakit, sampai Mamak Kau maki-maki.
Umurmu berapa sekarang. Apakah Kau tidak kepingin punya istri, punya
anak. Masih untung lah kita punya Mamak seperti Mamak kita. Sudah Kau maki, Kau
Anjingi, Kau bilang setan, pernah Kau dorong, pernah Kau ludahi, Kau ganggu
tidurnya, Kau habisi uangnya, bahkan di hutangi Kau di Bank, untuk memenuhi
yang Kau minta. Untuk bangun kamar keinginanmu. Ehh..sudah Kau bangun, besoknya
Kau hancuri. Begitu sayangnya Mamak sama Kau, jangan Kau sakiti lagi Dia. Mamak
sudah tua, minumlah obat ini secara teratur, semoga Allah SWT memberikan
kesembuhan.” tutur Usman sambil
menyeruput kopi Aceh.
“
Amin ” balas Habsyi santai tanpa dosa, sambil meminum jus nya.
“
Supaya badan enakan, ini obatnya Kau minum, begitu sampe rumah makan dan
istirahatlah.” Usman melanjutkan pembicaraannya.
“
Nanti aja Aku minum sendiri di rumah. Kau tenang aja, pasti Ku minum.” Habsyi
menambahkan.
“
Sekarang Kau minum Obatnya, tolong hargai Aku sebagai Abangmu. Masak di suruh
minum obat aja susah.” ujar Usman, khawatir obatnya tidak di minum oleh Habsyi.
Apalagi Habsyi jika di suruh oleh Mamaknya selalu membatah. Jadi Usman harus
memastikan sendiri Obat tersebut di minum.
“ Okelah kalau gitu,
mana obatnya. Kemauanmu aja yang di ikuti ? ” tegas Habsyi
kesal, tanpa khawatir Abangnya marah.
Usmanpun
memberikan obatnya. Setelah obat di pegang Habsyi, mata Usman tidak lepas dari
gerak-gerik Adiknya. Di perhatikannya betul-betul, untuk memastikan obat di
minum oleh Habsyi.
Habsyi
meminum obatnya satu-satu, Obat yang pertama jelas kelihatan di minum oleh
Habsyi, tetapi obat selanjutnya, kelihatan tidak di minum oleh Habsyi. Terlihat
oleh Usman , Habsyi melakukan akting, dimana seakan-akan meminum obat padahal
obatnya masih dalam genggaman tangannya.
Dengan
gerakan cepat tangan Habsyi yang memegang Obat langsung kebawah. Usman
sebenarnya curiga dan ingin memastikan apa masih ada obat di kepalan tangan
Habsyi. Tetapi menurut pemikiran Usman, biarakan aja dulu Adiknya berbuat
seperti itu, yang penting obat yang pertama berhasil di minumnya.
Di
khawatirkan, jika terlalu di curigai, malah Habsyi akan berontak. Satu jam
berjalan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Begitu sampai di rumah,
Habsyi langsung ke bawah pohon mangga, ngrobrol dengan ibu-ibu sekitar tempat
tinggal Usman.
Terkadang
Mamak Habsyi juga, nyantai di bawah
pohon mangga. Dimana Ibu-Ibu yang nyantai, ada hubungan keluarga dengan
istrinya Usman. Begitu selesai mengantarkan Habsyi berobat, Usman pun menjumpai
Mamaknya.
“
Mak, ini ada obat dari Dokter, tapi biar Aku aja yang meyimpan. Kalo siang hari
Mamak mau ngasih obat Habsyi, minta aja sama istri aku ya.”
“Baik
Nak. Kata Dokter, sakit apa Habsyi ?”
tanya Mamak Usman.
“
Ternyata Dokter bisa langsung menebak , kalo Habsyi terlalu banyak meng-kosumsi
Narkoba, Dan Habsyipun langsung mengakui bahwa selama ini Dia sering memakai
Ganja, Sabu, ekstasi. Dan baru-baru ini aja, Dia merasa berdosa jika
menggunakannya.” tutur Usman dengan nada prihatin.
“ Tetapi yang Mamak
Heran, kenapa Habsyi tidak pernah Mamak lihat
seperti orang sakau ya ?” respon Mamak Usman.
“
Itulah Mak, kita semua sama-sama bingung. Mudah-mudahan dengan Habsyi sering
minum obat dan mau berobat terus ke Dokter setiap minggunya , penyakitnya
sembuh. Dimana Keluarga besar kita cukup repot di buat Habsyi selama ini.” ujar
Usman berharap dan mengenang.
“
Untuk siang ini, apa obat yang harus Mamak minumkan ke Habsyi ? ” tanya Mamak
Usman.
“ Untuk siang sudah Usman minumkan, tadi
sewaktu kami singgah di kafe.” jawab
Usman.
“
Syukurlah kalo begitu, karena Habsyi cukup susah kalo Mamak yang menyuruh Dia.”
ujar Mamak Usman.
“
Baiklah Mak. Usman kembali ke kantor dulu ya.” pinta Usman permisi.
“
Iyya, hati-hati Nak.” jawab Mamak Usman.
“
Iyya Mak.” balas Usman.
Usman
pun menuju kantor, lalu tidak berapa lama Habsyi menghampiri Mamaknya.
“
Mak, ambilkan Makan.” pinta Hasbyi seperti Raja minta di layani.
“
Itu, sudah Mamak siapkan, makanlah.” ujar Mamak Usman.
“
Mak, kok ngantuk kali Aku ya, semenjak minum obat tadi.” tanya Habsyi.
“
Nggak papa itu. Habis makan Habsyi langsung istirahat aja ya. Supaya sel-sel
sarafmu juga ber istirahat” papar Mamak Usman.
“
Kayaknya Habsyi, mau mandi dululah Mak.” balas Habsyi.
“
Baiklah, itu malah bagus.” balas Mamak Usman menutup pembicaraan.
Setelah
makan, Habsyipun minta handuk ke Mamaknya. Setelah mandi Habsyi ganti baju dan
tidur. Mamak Habsyipun segera mengecek isi kantong celana Habsyi, mana tau ada
rokok tinggal di celana. Setelah di check ternnyata ada sebutir obat.
Dalam
pemikiran Bu Umar, berarti ada obat yang tidak di minum . Bu Umarpun memanggil
istri Usman, minta tolong untuk meneleponkan Usman.
“Hallo
Abi, ini Mamak mau ngomong ?” ujar Istri Usman.
“Ada
apa Mak ?” jawab Habsyi.
“
Tadi Mamak, memeriksa kantong celana Habsyi ternyata ada sebutir obat. Apa
nggak di minum semua obatnya tadi ? “ tanya Mamak Usman dengan nada prihatin.
“
Simpan aja dulu Mak obatnya. Sebenarnya Usman curiga tadi. Sekarang Habsyi di mana Mak ?” sambung Usman.
“
Tidur pulas Dia, di rumah Uwak ! ” balas Mamak Usman.
“
Okelah Mak kalo gitu, nanti begitu pulang kerja kita ngobrol lagi ya.” ujar
Usman menutup pembicaraan.
Mamak Habsyipun pergi ke bawah pohon
manga untuk ngobrol-ngobrol, sambil membawa cucunya untuk bermain.
“
Bu, sebenarnya si Habsyi sakit apa ya ? ” tanya Ibu Dewi yang lagi nyantai juga
di bawa pohon mangga.
“
Sakitnya aneh Bu, sering lihat Jin, di serang Jin dan di bisiki Jin. Rumah kami
habis di buatnya, sebelum berangkat ke sini, kolam dan kamar mandi sudah di
hancurkan. Kami bawa ke Aceh, supaya Habsyi mau untuk di obati. ” ungkap Mamak
Usman.
“
Waduh bahaya juga ya penyakitnya. Tapi kalo ngobrol sama kami, kelihatan normal
Habsyi, dan sering becanda juga Dia, sama kami. Dan Habsyi pernah bilang, bahwa
Dia agak kesal sama Abangnya. Habsyi nggak sakit, kok di paksa berobat.” ujar Ibu Yola menyambung.
“
Kemaren Habsyi bercerita bahwa Dia di paksa, di bawa ke Pesantren untuk tinggal
di sana, Apa betul itu Bu ? tanya Ibu Dewi penasaran.
“
Iyya kami ajak Habsyi ke Pesantren untuk berobat. Di Pesantren itu, si Pasien
bisa memondok untuk berobat dan belajar agama. Tengku Ismanil atas Izin Allah
bisa mengobati sampai sembuh, orang
yang ter-indikasi di ganggu Jin atau ilmu sihir. Sudah susah payah kami membawa
Habsyi ke Pengobatan itu. Paginya di antar oleh Usman, Habis Magrib Habsyi
kabur. . Herannya, kok bisa Habsyi,
pulang sementara Dia orang baru di Aceh ini. Abangnya sendiri, sewaktu menuju
Pesantren, harus bertanya-tanya ke
orang, Karena Pesantrennya masuk ke kampung-kampung.” terang Mamak Habsyi
panjang lebar.
“
Iyyalah Bu, yang sabar aja, namanya juga anak ” Bu Yola menyambung.
“Terkadang,
saya putus asa, menghadapi anak saya
ini. Tapi allhamdulilah sampai sekarang saya masih kuat dan bisa membawanya
dari Medan ke Aceh ” ujar Mamak Habsyi terharu dan mengeluarkan air mata.
“
Itulah Bu, benar juga kata orang. Anak itu cobaaan ” sambung Bu Dewi.
“
Si Habsyi terkadang ngobrol dengan anak perempuan saya. Terkadang Habsyi ngeluh
tidak ada rokok. Lalu oleh Anak saya dibelikanlah Habsyi rokok. Dan saya lihat
obrolan mereka nyambung, dan anak saya juga tidak pernah bilang kalo Bang Habsyi itu seperti
orang tidak waras atau sakit ” ujar Bu Yola.
“
Iya Bu. Si Habsyi teradang juga cerita. Terkadang di belikan rokok sama anak
Ibu. Saya sebagai Ibu berharap Si Habsyi cepatlah sembuh, bisa berkeluarga, dan
mempunyai anak keturunan. Ada yang bilang, nikahkan aja Si Habsyi, biar sembuh
dari penyakitnya. Siapa-lah yang mau sama Habsyi. Orang kampung sudah tau siapa
Habsyi dan mereka pada takut. Maklumlah Bu, namanya juga tinggal di kampung,
jarum jahit jatuh aja, bisa terdengar sampai telinga tetangga paling ujung.
Beda dengan di kota, siap lu siapa gua, hee..hee. ” gurau Mamak Habsyi.
“
Memang betul Bu, namanya juga di kampung, hee..hee ” sahut Bu Yola mencairkan
suasana.
“
Kita Doa’kan sama-sama aja Ibu-Ibu, supaya Habsyi cepat sembuh dan di berikan
jodoh oleh Tuhan secepatnya. Amin ” sambung Bu Dewi berharap.
Waktupun
menunjukkan jam 1 siang, kelihatan Usman baru pulang dari kantor. Mamak Usman
pun membawa cucunya menjumpai Abinya.
“
Mana Habsyi Mak ?” tanya Usman.
“
Itu masih tidur di rumah Uwak ” jawab Mamak Usman.
“
Apa tidak sebagusnya di bangunkan aja Mak , biar Dia makan dulu ?” saran Usman.
“ Takut Mamak, takut di
ludahi dan di maki ” ujar Mamak Usman.
“
Iya udalah kalo gitu Mak, nanti kalo Dia bangun, suruh makan, lalu suruh minum
obat ” ujar Usman menutup pembicaraan.
Hidangan
makan siang, sudah ada di meja makan, Usman pun mulai menyantap makanan
didampingi oleh istri tercinta.
Selesai makan, Usmanpun
kembali ke kekantor dengan Sepeda motor yang dimilikinya sejak 10 tahun yang
lalu. Sudah tua memang kendaraan yang Usman miliki, tetapi Usman ber-prinsip “
pakailah dan syukuri yang ada,” lagi pula untuk membeli Sepeda motor baru
sekarang, tidak memungkinkan.
Memang
sih, ada sedikit rasa minder, jika
dibawa keliling kota. Karena Sepeda motor yang di miliki Masyarakat pada Zaman
sekarang, rata-rata keluaran terbaru. Tapi
untuk menyemangati dirinya, Usman teringat kalimat “ Jika kita bersyukur maka
nikmat akan di tambah oleh Tuhan.”
Waktupun
menunjukkan jam 4 sore.
“
Wak, mana Mamakku ” tanya Habsyi, yang baru saja terbangun.
“
Coba lihat di rumah Abangmu, tadi kelihatan di sana ” balas Uwak.
Habsyipun
menuju rumah Abangnya. Kelihatan Mamaknya sedang bermain sama cucunya.
“Mak,
laper Aku, siapi makan Mak ?” pinta Habsyi.
“
Itu tinggal makan aja, sudah Mamak siapi di dapur ” tunjuk Mamak Habsyi kearah
meja makan.
“Mak,sehabis minum
obat, terasa enak badanku ” curhat Habsyi.
“ Makanya, rutinlah
Habsyi minum obat, lalu setiap minggu konsultasilah ke Dokter, insyaallah kalau
Habsyi lakukan hal ini dengan rutin, tidak banyak melawan, maka dengan izin
Tuhan, Habsyi akan sembuh ” papar Mamak Habsyi.
“
Mamak kapan balik ke kampung ?” tanya Habsyi tiba-tiba.
“ Dua hari lagi Mamak
balik ya, soalnya Kakekmu sakit-sakitan, nggak ada yang ngerawat. Lagi pula
Mamak sudah dua minggu disini. Segan Mamak sama keluarga istri Abangmu. Habsyi
tetap di sini aja, berobat. Ikuti apa yang di suruh Abangmu. Setelah sembuh,
cari kerjalah disini” tutur Bu Umar sambil mengelus-ngelus kepala Habsyi.
“Iyya
Mak. Akupun bosan di kampung ” balas Habsyi.
“ Tapi Mak, kalau Mamak
pulang, Aku ikut pulang juga lah. Nggak ada yang perhatikan Aku nanti ” dalam
hitungan detik Habsyi berubah pikiran.
“
Habsyi di sini aja, kalau ikut ke kampung , mau jadi apa, kapan sembuhnya,
apalagi di kampung, Rumah Sakit jauh. Di kampungpun nggak ada yang bisa
mendampingi Habsyi ke Rumah sakit. Bapak Habsyi, sibuk kerja. Nanti kalau ada
uang, setiap bulan, Mamak kirim uang untuk belanja Habsyi, menjelang Habsyi
dapat kerja ” tutur mamak Habsyi menyemangati.
“Ya udalah kalau itu kemaun Mamak. Kemaun
Kalian aja yang harus Ku turuti.” jawab Hasbyi kesal .
Setelah selesai makan, Habsyi keluar menuju pohon
mangga. Kebetulan di situ ada Ibu Dewi.
“
Bu, Mamakku mau pulang kampung. Aku di suruh tinggal di sini dulu, kira-kira di
sini ada kerjaan nggak Bu, untuk Aku ?” tanya Habsyi.
“Ada,
yang penting Habsyi berobat yang betul, nanti kami carikan informasi ” jawab Bu
Dewi antusias.
“ Kira-kira kalau Aku
jualan ayam potong atau jualan ikan, di pajak. Apa ada yang mau beli Bu ” tanya Habsyi.
“Adalah,
apalagi ayam dan ikan kan di butukan orang setiap hari ” jawab Bu Dewi memberi
harapan agar Habsyi mau bertahan di Aceh sampai sembuh.
“
Ibu ada kenalan, orang yang jualan ayam
atau ikan dipajak ?, rencanayan Aku mau kerja sama Dia dulu, abis itu Aku buka
usaha sendiri” tutur Hasbyi serius.
“
Habsyi tenang aja, nanti kami carikan, yang penting Habsyi sehat dulu ” jawab
Bu Dewi.
“
Iyya Bu, terima kasih ” Balas Habsyi.
“Habsyi
ini ada uang lima ribu, belilah rokok ” kasih Bu Dewi.
“
Oke Bu, terima kasih ya ” Habsyipun langsung mengambil uang dan langsung
membeli rokok di kedai depan.
Pernah
istri Usman terkejut, ketika belanja di kedai depan, dimana Abang pemilik kedai
menyebutkan bahwa Habsyi berhutang rokok 3 batang dan menyebutkan bahwa Usman yang akan membayarnya.
Padahal
rokok untuk sehari-hari sudah di sediakan oleh Usman, dan di titipkan sama
istrinya. Dimana teknik pemberian rokoknya adalah per 2 batang. Karena
kebiasaan Habsyi meminta uang untuk beli rorok, ketika meminta uang, maka
istrinya langsung memberinya 2 batang rokok.
Cerita
punya cerita, rupanya Habsyi merasa kurang dengan jatah rokok 2 batang. Padahal
rorok 2 batang ini bukannya untuk satu hari, terkadang Habsyi sampai 5 kali meminta rokok..
Habsyi pernah curhat ke
Abangnya, kalau jatah rokok yang di berikan tidak cukup. Dan Habsyi bisa gila
kalau tidak merokok. Menindak lanjuti hal ini, Usman pun langsung menjumpai
pemilik kedai.
“ Bang, jika Habsyi, Adik saya hutang
rokok, jangan di kasih, bilang aja, saya sudah
melarang. Di khawatirkan, jika terus di kasih. Hutang rokok Habsyi bisa
tidak terkontrol. minta tolong ya Bang ” ujar Usman.
“ Iya juga ya. Itulah, sebenarnya saya
tidak mau kasih, tapi saya segan, karena kitakan ada hubungan saudara. Okelah
besok-besok jika Habsyi ke sini mau hutang rokok, akan saya larang ” jawab
Abang pemilik kedai mengakhiri pembicaraan.
Haripun menunjukkan jam 6 sore . Usman sudah
berada di rumah. Karena jam kerja Usman dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.
Terjadi pembicaraan antara Usman dengan Mamaknya di ruang tamu.
“Mak,
Habsyi kok belum bangun juga ya ?” tanya Usman ke Mamaknya.
“ Iya, mungkin pengaruh dari obat
yang di minumnya” jawab Mamak Usman.
“ Gitu ya mak, berarti obatnya bagus. Kita Doa
kan sama-sama Mak, semoga Habsyi mau
terus minum obatnya dan seminggu sekali mau berobat ke Dokter Spesiali jiwas di Rumah Sakit ”
tutur Usman.
“ Iya , itu juga
harapan Mamak. Mudah-mudahanlah, Habsyi cepat sembuh. Oh ya Nak, Mamak sudah
ada 2 minggu di rumah mertuamu. Perasaan Mamak sudah tidak enak. Lain halnya
kalau ini rumahmu sendiri. Mamak 2 Hari lagi pulang aja ya. Takut istri dan
Mertuamu bosan, lalu marah ke kamu, Apalagi Mamak tidak bisa mengasih
apa-apa. Mamak dan Habsyi cuma makan dan
tidur aja di sini. Kasihan juga Bapakmu di kampung tidak ada yang memasakkan,
terus kakekmu juga sakit-sakitan ” tutur Mamak Usman semangkin membatin.
“Itulah
Mak, Usman sih menginginkan Mamak disini sampai Habsyi sembuh, karena di
khawatirkan Habsyi minta pulang jika Mamak tidak disini. Sementara baru satu
hari ini Habsyi mulai berobat ke Dokter. Sia-sia lah usaha kita. Begitu Mamak
pulang, takutnya setelah itu Habsyi
memaksa minta pulang ” sambung Usman.
“ Mamak juga bingung,
tapi mau-nggak mau, Mamak harus pulang. Kita pasrahkan aja kepada Tuhan, apa
yang akan terjadi, dan untuk diingat, jangan Usman ingat-ingat lagi tentang
rumah kita di kampung yang telah di hancurkan Habsyi, kita ikhlas saja. Mamak
akui , bagaimanapun Kondisi Adikmu “Habsyi ,” Mamak tetap tidak tega untuk mengusirnya dari rumah,
tidak tega tidak memberinya makan, tidak tega tidak memberikannya rokok. Yang
bisa Mamak lakukan ketika Habsyi, mengahancurkan
rumah, menghancurkan kolam adikmu, menghancurkan dapur, menghancurkan kamar
mandi, menghancurkan dapur kakek mu. Lalu
tiba-tiba Sepeda motor yang di bawak nya hancur. Lalu tanpa di sangka,
tiba-tiba Habsyi berkata kotor sama
Mamak, tiba-tiba Habsyi mendorang Mamak, tiba-tiba Habsyi menyerang kakek,
menyerang Adikmu dan Bapak mu. Tiba-tiba Habsyi melempari rumah orang,
Tiba-tiba Habsyi bawa samurai ke Rumah. Yang bisa Mamak lakukan hanya menangis
dan berharap, anak Mamak Habsyi sembuh. Biarlah Mamak di bilang bodoh, karena
tetap memberikannya rokok, memberikannya makan. Biarlah kalian memarahi Mamak,
karena Mamak masih membelanya. Karena kebodohan Mamak tetap sayang kepadanya.
Bagaimanapun Habsyi pernah Mamak kandung selama 9 bulan. Dia dulu bayi yang
lucu. Dia dulu anak yang ganteng, anak yang lucu, anak yang mau menggembala
lembu dan kambing kakeknya. Anak yang dengan rajin mau mencarikan kayu bakar
untuk Mamak. Anak yang mau mengambilkan air dengan deregen untuk Mamak. Anak
yang selama 2 tahun Mamak susui. Mamak tidak bisa melupakannya semua itu. Mamak
yakin semua penyakit ada obatnya. Apalagi penyakit karena Narkoba, pasti Habsyi
bisa sembuh. Cuma karena kita miskin, tidak bisa mengobatinya dengan baik. Jika
Kita obati di kampung, Rumah Sakit jauh. Jika di obati disini, Rumah Sakit
memang dekat, tetapi tidak memungkin Mamak di Aceh lama-lama. Ya udalah Nak,
Jika Adikmu Habsyi memaksa minta pulang, setelah Mamak pulang. Kita pasrahkan
aja sama yang Maha Kuasa.” tutur Mamak Usman mengenang, sambil mengahapus air
mata.
Mendengarkan
penjelasan dari Mamaknya, Usman pun tidak sanggup menangan tangis, begitu
Mulianya hati seorang Ibu. Padahal selama ini Usman, sangat jengkel kepada
Mamaknya, kenapa si Habsyi tetap di biarkan tinggal di kampung, padahal si
Habsyi sudah meneror secara lahir dan bathin. Tetapi inilah cinta, kasih sayang
seorang Ibu kepada Anaknya.
“Baik
lah Mak kalau begitu. Aku mau menelepon Bapak bentar ya, Mamak disini aja dulu
dengarkan pembicaraan kami ” kata Usman.
Usman
pun mengambil HP, di saku celananya.
“
Hallo Pak, ini Aku Usman. Mamak mau pulang hari rabu ”
Pak
Umarpun menjawab, “ Si Habsyi, bagaimana ?”
“
Habsyi tetap di sini Pak, Mamak aja yang pulang ” jawab Usman.
“ Ingat ya, Usman. Jangan kamu biarkan Habsyi pulang kekampung, karena ambisi Habsyi
selanjutnya akan menghancurkan rumah kakekmu. Jika Habsyi tidak mau di obati setelah Mamakmu pulang,
Kamu bawa aja Dia kemana gitu, lalu kamu tinggalkan aja di situ, mudah-mudahan
Dia tidak pulang, dan bisa mencari nafkah sendiri, Aceh kan luas. Yang perlu di
ingat Usman, bahwa sebelum Dia berangkat
ke Aceh, Hasbyi menyerang Bapak dan kakekmu dengan cangkul, karena kami
haling-halangi untuk merobohkan rumah kakekmu. Hampir aja Bapak mati, untung
langsung Bapak terjang Dia. Jika Bapak terlambat menerjang Dia maka Bapak akan
terluka. Kalau kamu biarkan Dia pulang, berarti kamu rela keluarga di sini,
terjadi pertumpahan darah ” tutur Pak Umar panjang lebar sambil menelan air
ludah.
“
Baik Pak. Usman akan berusaha sekuat tenaga untuk membimbingnya, agar Habsyi
mau berobat sampai sembuh di Aceh,
karena Usman juga nggak mau, sedikit-sedikit mendengar khabar, Si Habsyi
menghancurkan sesuatu di kampung, lalu Mamak menelepon Usman dengan menangis ”
balas Usman.
“Baiklah Usman, itu
pesan Bapak kepadamu. Sudah cukup lama kami di terror lahir dan bathin. Sudah
dulu ya pembicaraan kita, salam sama keluarga mu . Assalamualaikum ”
“
Wa alaikum salam ” balas Habsyi mengakhiri pembicararan.
“
Mamak sudah dengarkan tadi apa kata Bapak. Sehubungan Mamak tetap ingin pulang,
besok Usman belikan tiket ya. Jadi hari rabu Mamak berangkat ” terang Usman.
“Iya
lah Nak. Semoga Adikmu betah disini sampai sembuh, Amin.” tutur Mamak Usman.
Keesokan
harinya, Usmanpun pergi ke Loket bus, untuk membelikan tiket Mamaknya menuju
Medan. Di tiket tertulis, berangkat pada hari rabu jam 10 malam. Setelah
membelikan tiket, Usmanpun kembali kerumah.
“
Mak, ini tiket sudah Usman belikan ” tutur Usman.
“
Baik Nak, terima kasih ” balas Mamak Usman.
Waktu
berlalu, hari pun berganti. Hari menunjukkan jam 9 malam, hari rabu. Mamak
Usman sudah menyiapkan tas yang berisikan pakaian untuk di bawa pulang ke
kampung. Usman dan Istri, Mertua perempuan Usman , Adik istri Usman, Uwak Istri
Usman, Ibu Yola, Ibu Dewi ngumpul di ruang tamu untuk berbincang-bincang,
sehubungan Mamak Habsyi akan pulang.
Sementara
Habsyi masih nongkrong di bawa pohon mangga, ngobrol dengan anak perempuan Ibu
Dewi.
“ Ibu-ibu dan keluarga
besar istri Usman, malam inikan saya berangkat ke Medan, pulang kampung. Bila
selama saya tinggal di sini, ada kata-kata, tingkah laku saya, tingkah laku si
Habsyi, yang membuat keluarga besar disini merasa sakit hati, kesal, kecewa,
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Apalagi Saya dan Habsyi sudah terlalu
lama di sini. Sebenarnya saya merasa malu, berat hati, untuk tinggal lebih dari
3 hari di rumah ini, apalagi saya membawa orang sakit. Tapi saya harus
menguatkan hati, menebalkan muka, Demi anak yang pernah saya kandung selama
9 bulan, demi anak yang pernah saya susui selama 2 tahun, demi amanah Tuhan yang di titipkan kepada saya.
Hanya Tuhanlah yang membalas kebaikan Ibu-ibu dan keluarga besar istri Usman”
tutur Mamak Usman sambil mengeluarakan air mata.
Mendengar
kata-kata perpisahan yang di ungkapkan Mamak Usman, orang yang berada di
ruangan tamu baik laki-laki maupun perempuan tanpa di sadari, semua meneteskan
air mata. Satu-persatu, Ibu-ibu yang ada di ruangan itu, memeluk Mamak Habsyi.
Jampun sudah menunjukkan 21:30. Usman
pun memanggil Habsyi untuk masuk kerumah, sehubungan Mamaknya akan diantar ke terminal.
“Nak, Mamak pulang
dulu, kamu batah-betahkan disini, sampai kamu sembuh, nanti Mamak kirim uang
tiap bulan untuk kamu, jadi jangan khwatir kamu kekurang rokok setiap harinya
ya ” tutur Mamak Usman ke Habsyi sambil memeluk Habsyi.
“
Oke Mak, tenang aja ” balas Habsyi seakan siap dengan kepulangan Mamaknya.
“
Oh ya Bang. Apa Aku ikut ke terminal ?” tanya Habsyi.
“
Nggak usah, Habsyi tunggu di rumah aja” balas Usman.
Mamak
Habsyipun berangkat ke terminal dengan Becak motor milik orang tua laki-laki
istri Usman didampingi oleh Mertua
perempuan Usman. Adapun Becak motor di
bawa oleh adik Istri Usman. Sedangkan Usman, anak dan istrinya naik Sepeda
motor. Begitu sampai di terminal, Habsyipun langsung melapor ke Loket bus, setelah
itu Mamak Habsyi naik ke bus di dampingi Usman.
Setelah Mamak Habsyi menemukan tempat
duduknya, Habsyipun memeluk Mamaknya. Sehubungan sudah waktunya bus berangkat.
Supir bus membuyikan klaksonnya, sebagai tanda bus akan berangkat. Usmanpun
turun dari bus, lalu kernet menutup pintu bus. Bus mulai bergerak, Mamak Habsyi
melambaikan tangan, lalu dibalas dengan lambai tangan oleh keluarga Usman.
Setelah itu Keluarga Usmanpun kembali ke rumah. Di ruang tamu masih kelihatan
Habsyi lagi menonton TV. Melihat Usman sudah kembali, Habsyipun langsung
bertanya kepada Usman.
“
Sudah berangkat Mamak Bang ”
“
Sudah ” jawab Usman.
“
Aku minta uanglah Bang, mau beli rokok.” pinta Habsyi.
Usmanpun
memberikan uang Rp 3.000,-
“
Setelah beli rokok, Habsyi langsung pulang, jangan keman-mana lagi ” tutur
Usman.
“
Oke Bang ” jawab Habsyi santai.
Setelah
beli rokok, Habsyipun langsung masuk ke rumah Uwak. Setelah memastikan Habsyi
masuk ke rumah Uwak, Usman pun menutup pintu rumahnya dan masuk kedalam kamar
untuk istirahat.
Malampun berganti pagi.
Usman pergi kerja seperti biasa. Habsyi memulai bangun pagi di Aceh tanpa ada
pelayanan dari Bu Umar. Biasanya begitu bangun langsung teriak “Mak, minta
rokok, Mak makan, Mak ambilkan handuk”
Semenjak
kepulangan Bu Umar. Pelayanan yang di berikan keluarga istri Usman kepada
Habsyi hanya sekedar saja. Dimana jika Habsyi mau rokok, tinggal minta ke istri
Usman. Jika Habsyi mau makan, tinggal mengambil di dapur.
Pada
siang hari, Usman pulang untuk istirahat dan memastikan Habsyi minum obat. Hari
pertama Habsyi di tinggalkan Bu Umar, Habsyi bersikap biasa saja, tidak ada
tanda –tanda minta pulang.
Masuk
hari kedua, Habsyi menjumpai Abangnya yang akan berangkat kerja.
“
Bang. Aku pulang ajalah ke kampung !” ucap Habsyi.
“ Apa kata Kau Habsyi.
Kau kan harus terus minum obat. Lalu seminggu sekali harus kontrol ke Rumah
sakit. Katanya Kau mau sembuh. Kok malah mau pulang. Di kampung mau jadi apa
Kau. Siapa yang memperhatikan Kau untuk minum obat. Siapa yang bisa membawa Kau
ke Rumah sakit” tutur Usman terbawa emosi.
“
Aku sudah sembuh. Pokoknya Aku mau pulang” jawab Habsyi dengan cepat.
“
Abang belum ada uang. Tunggu Abang ada uanglah, baru Kau pulang” ucap Usman.
“ Mau ada, nggak ada
uang. Pokoknya nanti malam antar Aku ke SPBU ( station pengisian bahan bakar
umum ). Kau kasih uang Rp. 20.000,- pun nggak masalah. Pokoknya Aku mau pulang
! ” balas Habsyi ketus.
Mendengar
hal ini, Usmanpun semangkin membathin. Lalu Usman berkata, “ Ya udalah, Abang pergi
kerja dulu ”
Terlintas
dalam pemikiran Usman selama dalam perjalanan ke kantor.
“ Mungkin ini yang di
katakan suratan Takdir. Padahal keluarga besar kami, berharap Habsyi segera
sembuh. Berbagai pengobatan telah dilakukan. Baru kali ini, Habsyi di obati
secara medis oleh Dokter Spesialis kejiwaan. Jika usaha ini gagal, dan Habsyi
tetap ngotot ingin pulang. Maka, kemungkinan seumur hidup Habsyi akan menjadi
Monster bagi keluarga besar kami. Jika sampai nanti malam, masih kuat keinginan
Habsyi untuk pulang. Maka suka, tidak suka. Aku akan mengantarkannya ke SPBU.
Mau Aku lihat aja, apa betul dengan uang Rp. 20.000,- yang Ku kasih nantinya,
Habsyi bisa tiba di kampung ”
Haripun
menunjukkan jam 5 sore. Usman pulang dari kantornya. Terlihat Habsyi sudah
rapi, memakai celana panjang dan sepatu, mondar-mandir di sekitar rumah. Tas
Habsyi juga terlihat di ruang tamu. Rupanya niat Habsyi pulang kampung
benar-benar kuat.
“
Mau kemana Habsyi ? “ Usman pura-pura bertanya.
“ Ya pulang lah. Kok
malah tanya, memang Kau pikir, Aku main – main apa ? “ jawab Habsyi semangkin ketus.
Setelah
berbicara dengan Usman, Habsyi keluar dari rumah untuk pamit dengan Ibu-ibu
sekitar rumah yang telah mengenal Habsyi. Habsyipun terlihat menyalami Ibu-Ibu
sekitar rumah dan terlihat ada yang memberi Habsyi uang.
Setelah
selesai Magrib, Habsyi mengetuk pintu kamar Usman.
“
Bang, cepatlah keluar, antar Aku SPBU” ujar Habsyi.
“ Nggak mau Aku,
ngantar Kau. Kalau mau pergi, pergilah !” ujar Usman emosi.
“Oke,
Kau pikir Aku bodoh. Aku bisa naik becak ke SPBU. Kasilah Aku uang
Rp.20.000,-“ tutur Habsyi meneguhkan
pendiriannya.
“
Ini uangnya” tegas Usman.
Setelah
menerima uang Rp. 20.000,- , Habsyi langsung pergi. Tanpa sepengetahuan Habsyi,
Usman mengikuti dari belakang. Begitu didepan gang, terlihat Habsyi menyetop
Becak motor. Usmanpun mengikuti Becak motor itu. Dan benar arah Becak motor itu
ke SPBU Cunda Lhokseumawe. Setelah Habsyi sampai di SPBU, Usmanpun kembali ke
rumah.
“
Mana mungkin, Habsyi bisa pulang dengan uang alah-kadarnya. Besok pagi akan Ku
check ke SPBU. Jika Habsyi tidak ada , berarti benar, Habsyi nekat pulang
kampung dengan menumpang Truk-Truk yang singgah di SPBU”guman Usman dalam hati
selama dalam perjalanan ke rumah.
Besok
paginya, Usman sambil pergi kerja, mutar ke SPBU Cunda Lhokseumawe. Di
periksanya kamar mandi dan Musollah. Di luar dugaan, Habsyi sudah tidak ada di
sekitaran SPBU.
Usmanpun
langsung menelepon Mamaknya, memberitahu bahwa Habsyi dalam perjalanan pulang
ke kampung dengan Truk.
Satu hari setelah itu,
terdengar khabar, Habsyi sudah sampai di kampung. Beberapa bulan Habsyi di
kampung, belum terdengar khabar Hasbyi merusak atau meresahkan orang tuanya.
Ber-iringan dengan itu, Usman mengirim obat Habsyi yang tertinggal di
Lhokseumawe. Usman menyarankan kepada Mamaknya agar di paksa Hasbyi untuk
meminum obat. Dalam kondisi Habsyi rutin meminum obat, kehidupan keluarga Pak
Umar Saragih, aman dan tenang.
Ternyata ketenangan yang
di rasakan keluarga Pak Umar Saragih, tidak selamanya. Pada tanggal 15 Januari
2018, Pak Umar menelepon Usman, menyatakan bahwa Habsyi baru merusak pagar
tetangga.
Penghancuran
pagar tetangga di lakukan di malam hari, dimana semua orang lagi tertidur,
paginya tetangga Pak Umar teriak-teriak melihat pagar yang baru di buat telah
hancur. Habsyi mulai menunjukan sifat Monsternya setelah obat dari Dokter
Spesialis habis.
Baru
kali ini orang kampung rame-rame untuk melihat dan menanggapi yang di hancurkan Habsyi, banyak orang
kampung berkumpul di sekitar kediaman keluarga Pak Umar. Orang kampung merespon
kejadian ini karena yang di hancurkan milik orang lain, ketika Habsyi
mengahancurkan rumah Pak Umar sampai rata menjadi tanah, lalu pada bulan Juli 2017 Habsyi menghancurkan
teras rumah kakeknya, seakan-akan warga kampung tidak perduli dan tidak mau
ambil pusing, ketika barang orang lain di hancurkan baru mereka perduli dengan
tetangga itu.
Pada kejadian itu, salah seorang Polisi menelepon Usman.
“Hallo
Usman, ini Bapak, ada yang mau ngomong sama Usman ” tutur Pak Umar.
“Siapa
yang mau ngomong Pak ?” tanya Usman penasaran.
“Polisi, disini sudah
rame orang, gara-gara Adikmu menghancurkan pagar tetangga, adapun Polisi yang
sekarang, cepat merespon laporan masyarakat, khabarnya aparat Polisi sebelumnya
pada di mutasi ” tutur Pak Umar.
Si
Usmanpun bertanya, “ Loh kenapa baru kali ini Habsyi merusak barang orang
ya Pak ? ”
“
Bapak pun kaget, karena selama ini Habsyi tidak pernah merusak barang orang
lain, tetapi setelah di tanya kepada Habsyi, alasan Dia membongkar karena di
dalam tanah itu masih ada bekas batu-batu pondasi rumah , yang Dia bangun dulu ”
terang Pak Umar.
“Gitu
alasannya, baiklah Pak, mana Pak Polisinya ” sambung Usman.
“Hallo
Bang, saya mau tanya, apa ada surat
keterangan dari Dokter yang menyatakan Habsyi Gila ?” tanya Pak Polisi.
“Sewaktu Habsyi di
Lhokseumawe Mei 2016, Saya bawa Dia ke Dokter Speialis Jiwa, dan di nyatakan
bahwa penyakit Habsyi karena Narkoba,
dan belum bisa di nyatakan gila ” ungkap Usman.
“
Terus, kanapa tidak di obati sampai sembuh Bang ?” tanya Pak Polisi.
“ Keinginan saya cukup
kuat untuk mengobati Adik saya. Saya takut, Habsyi di kampung selain merusak
rumah dan bangunan di sekitarnya, Dia akan membunuh orang tua saya, karena
halusinasinya cukup tinggi. Untuk Bapak ketahui, Mamak saya pernah di ancam mau
di gonikan, karena melarang apa yang Dia lakukan. Setelah pengobatan berjalan,
dan Habsyi sudah mulai rutin minum obat, yang terjadi lain lagi Pak ” terang
Usman, lirih.
“Yang
terjadi lain lagi,maksudnya apa Bang ” Pak Polisi bertanya penasaran.
“Si
Habsyi berontak minta pulang kekampung, ambisinya tetap mau menghancurkan.
Belum puas Dia, sebelum menghancurkan apa yang ada di pikirannya. Lalu Dia pun
nekat pulang dengan Truk dari Aceh ke Medan. Tiba-tiba besoknya sudah terdengar
khabar , Habsyi sudah sampai kampung. Kalau gila, Dia tidak bakalan sampai
kampung Pak. Dan terkadang ada Doa yang tidak pantas terucap oleh kami
keluarganya. Diman Dia pernah kami Doa kan kesasar, tetapi tetap aja Dia
sampai ke kampung Pak ” tutur Habsyi
mengenang.
“
Terus Bang ” sambung Pak Polisi penasaran.
“
Kalau Bapak tanya surat keterangan gila, tidak ada Pak, yang ada sama saya
sekarang, resep dari Dokter, resep ini sengaja saya simpan ” sambung Usman.
“Oke-lah
Bang kalau begitu, terima kasih keterangannya ” balas Pak Polisi.
“Iya Pak, sama-sama.
Saya harap Aparat Kepolisian yang sekarang bisa membantu keluarga saya di
kampung karena Habsyi takutnya cuma sama Polisi. Kalau sama kami, Dia tidak ada
rasa takut lagi. Pikiran rasionalnya sudah hilang, sudah seperti Monster Dia
Pak. Tolonglah keluarga saya di kampung ” Usmanpun menutup telepon sambil
menarik nafas panjang.
Usman
sedikit kecewa, kenapa baru sekarang mereka perduli. Kenapa tidak dari dulu.
Sebagaimana
Usman ketahui bahwa Aparat Desa berfungsi membuat peraturan, menjaga, melakukan
pembinaan serta menjalankan Desa supaya kehidupan warganya menjadi teratur dan
tertib.
Ketika Habsyi mau di
bawa ke Rumah sakit jiwa, lalu keluarga Pak Umar sudah berusaha berteriak di
kampung itu, lalu keluarga Pak Umar juga sudah berkali-kali mengadu, memohon,
menangis, meratap kepada Aparat Desa. Minta tolong di bantu membawa Habsyi ke Rumah sakit jiwa Tuntungan Medan dengan
Mobil Pukesmas atau dengan Mobil orang kampung. Ironisnya ada tanggapan yang
menusuk hati.
“
Mobil itukan perlu minyak, supir perlu makan dan rokok. Terus, jika Habsyi
mengamuk, dan Mobil di rusaknya. Siapa yang ganti ???”
Ketika
keluarga Pak Umar minta tolong memasung Habsyi, tanggapan dari warga dan
Aparat, takut di salahakan “ Melanggar
HAM ??? ”
Keluaraga
Pak Umar di kampung tidak sanggup untuk memasung Habsyi tanpa bantuan dari
orang lain,“ Bayangkan aja dalam hitungan jam, Kolam Ikan adiknya, hancur di
buat Habsyi ”. Keluaga Pak Umar berpikir, jika Habsyi di Pasung setelah pulang
dari Aceh, maka akan mudah untuk mengobati Habsyi dan untuk menghindari
kerusakan yang lebih banyak lagi.
Pada waktu itu,
Keluarga Pak Umar melapor ke kantor Polisi, minta tolong di penjarakan Habsyi,
karena telah merusak rumah Mamak dan kakeknya. Polisi tidak bersedia, karena
katanya Polisi tidak bisa menahan orang yang terindikasi ganguan jiwa. Padahal
belum di Check kebenaran oleh Aparat, apakah Habsyi benar-benar terindikasi
Gila.
Menurut Usman, apakah bisa di katakana Habsyi
gila, jika di ajak bicara nyambung. Apakah bisa di katakana Habsyi gila, ketika
Ia berangkat ke Jakarta dari Padang, beberapa hari kemudian bisa kembali lagi
ke kampungnya dengan meminta keterangan
“anak terlantar” supaya bisa naik Bus gratis.
Apakah
bisa di katakana Habsyi gila, dengan uang pas-pasan Habsyi bisa pulang dari
Lhokseumawe Aceh ke Medan. Dengan uang pas-pasan, Habsyi pergi ke terminal
pengisian BBM, lalu Ia meminta tolong kepada Sopir Truk, agar Habsyi di beri
tumpangan.
Apakah bisa di katakan
Habsyi gila, dimana Dia mengerti ketika
Polisi mengancam akan menembaknya, jika
kembali kekampung. Polisi mengancam karena Habsyi baru mengancurkan teras
rumah kakeknya.
Setelah Habsyi berhasil
menghancurkan teras rumah kakeknya. Maka hasil dari musyawarah Aparat Desa. Habsyi di suruh
bertempat tinggal didekat kantor Kepala Desa, agar tidak mengganggu kehidupan
keluarga Pak Umar saragih.
Namun cukup di
sayangkan, pada malam hari Habsyi tetap pulang ke kampung, dengan alasan minta
makan. Setelah makan, Habsyipun mulai
bereaksi, tetap mencangkul –cangkul tanah disekitaran rumah. Keluarga Pak
Umar, juga tidak bisa berbuat banyak untuk melarang Habsyi. Akhirnya berujung
pada penghancuran pagar tetangga.
Dari berbagai informasi
yang Usman peroleh baik itu dari Media elektronik,maupun media cetak bahwa dampak
buruk Narkoba yaitu :
1. Hilangnya
berpikir logis.
2. Hilangnya
rasa takut.
3. Banyak
bicara.
4. Agresif.
5. Susah
di sembuhkan.
6. Mempengaruhi
cara kerja system saraf pusat dan system saraf tepi otak.
Pernah
juga Usman melihat, daging segar yang di siram dengan salah satu jenis Narkoba,
daging tersebut seperti “meleleh”
akibat racun yang terkandang didalam Narkoba. Lalu Usman juga pernah mendengar
bahwa bahan sabu, demi mengejar keuntungan lebih, Si Produsen menggunakan “ pupuk urea” sebagai bahan
tambahannya.
Dan Usman juga pernah mendengar di
Televisi, ada 2 kemungkinan yang akan
terjadi pada pecandu Narkoba “ Sembuh
atau Gila”.
Namun generasi sekarang
ada yang mengangap Narkoba sejenis suplemen kesehatan yang bisa
membuatnya sehat, tidak mudah capek, rajin bekerja, bisa membuatnya tenang dari Stress, mudah
bergaul dan banyak relasi. Mereka mengkosumsi Narkoba seperti minum susu atau
jamu.
Usman
dan keluarganya pernah berpikir, “lebih
baik Habsyi Gila”, jelas tindakan apa yang akan diambil, dari pada
Habsyi seperti “Monster”.
Jika Habsyi di bunuh atau di butakan
matanya, atau di racun atau di buang di tengah hutan di Aceh oleh keluarganya,
yang di takutkan oleh Usman dan keluarganya, akan ada penyesalan nantinya, yang akan terus menghantui keluarga Bapak
Umar Saragih seumur hidup.
Dalam
kebingungan ini, timbul beberapa pertanyaan yang sampai hari ini belum di
temukan jawabannya oleh Usman. “Siapa
yang harus di salahkan ???. Akibat Narkoba, Habsyi berubah menjadi Monster ”
1. Apakah
Produsen Narkoba ?, Apakah Pengedar Narkoba ?, Apakah Ketua RT ?, Apakah Ketua
RW ?, Apakah Kepala Desa ?, Apakah Camat ?, Apakah Kepolisian Setempat ?,
Apakah BNN ?, Apakah Bupati ?, Apakah Walikota ?, Apakah Gubernur ?, Apakah
Menteri ?, Apakah Presiden ? .
2. Apakah
Orang tua Habsyi yang di salahkan karena tetap sayang sama Anaknya walau
anaknya telah menjadi “Monster”.
Dimana kerjaanya hanya merusak lalu membangunnya lagi, lalu merusak lagi.
3. Apakah
Orang tua Habsyi yang di salahkan, karena siap
di caci-maki, di hina, di gosipi, karena tetap memelihara anaknya
“Habsyi ”.
4. Apakah
Orang tua Habsyi yang di salahkan karena tidak mengusir Habsyi, ketika Ia
datang lagi setiap malam, untuk minta makan. Dikarenakan selama Habsyi tinggal
di samping kantor Kepala Desa, Ia selalu datang untuk meminta makan, setelah
itu, bukannya langsung pulang, tetapi masih aja melakukan kegiatan yang tidak
masuk akal di sekitaran tanah yang di miliki Keluarga Bu Umar.
Setelah Habsyi tinggal
di samping kantor Kepala Desa, sebenarnya bisa di jadikan alasan Keluarga Pak
Umar untuk mengusir Habsyi, tetapi karena rasa kasih sayang seorang Ibu dan
Bapak, hal itu tidak di lakukan oleh mereka.
Dikampung Usman,
perihal peredaran Narkoba cukup mengkhwatirkan, seperti ada, Dekingan
yang men-support. Sehingga Bandar Narkoba dengan leluasa mengedarkannya.
Pernah terdengar oleh
Usman melalui Mamaknya, ada seorang cucu yang memukuli Neneknya, karena minta
Uang tidak di beri.Lalu anak tersebut terlihat sakau, ketika dibawa kekamar
mandi dan di siram lalu di rendam dengan air, baru kelihatan normal anak itu.
Ada juga Anak yang bawaannya emosi aja, dimana barang-barang Keluarganya habis
di banting.
Menurut Usman,
kampungnya sudah Darurat Narkoba. DibutuhkanSosok Pemimpin yang perduli sama
Masyarakat. Pemimpin
yang Amanah, Pemimpin yang mengetahui keadaan Masyakakatnya, Pemimpin yang tau,
apa yang harus dilakukan untuk Masyarakatnya yang butuh bantuan. Pemimpin yang
berani, Pemimpin yang kreatif, Pemimpin yang tidak mau di tutup mulutnya karena
Uang, Sehingga peredaran Narkoba tidak terus merajalela.
Dibutuhkan
sosok pemimpin seperti ini, sehingga anak-anak
Bangsa yang telah berubah “menjadi Monster karena Narkoba, dapat segera di
ambil tindakan nyata. Agar tidak melakukan kerusakan yang merugikan
keluarganya dan Masyarakat Sekitar.
Menurut
Usman, di butuhkan sejenis papan informasi di setiap sudut kampung yang terbuat
dari besi atau alumunium. Dimana di papan informasi itu di sebutkan nomor
telepon BNN atau Aparat Kepolisian setempat yang bertuliskan “ Segera laporkan melalui SMS ke nomor
HP atau Wa, jika terdapat kegiatan yang meresakan Masyarakat khususnya
Narkoba”.
Setelah mendapat laporan, Aparat segera
menindak lanjuti dalam waktu 1 x 24 Jam. Sehingga Masyarakat merasa
terlindungi.
Terkadang
terlintas dalam pikiran Usman, “kenapa
bisa berton-ton Narkoba Masuk ke Indonesia ?. Tidak sanggupkan Negara
kita Indonesia, mempersiapkan anggaran untuk mengatasi Darurat Narkoba ?.
Sehingga Aparat kita bisa bekerja secara maksimal dan sepenuh hati menjaga
pesisir pantai Indonesia dari Sabang Sampai Merauke.”
Dan
terlintas dalam pikiran Usman,“ Apa betul, Negara asal barang haram tersebut
“Narkoba”, tidak mengetahui bahwa Negaranya menjadi Produsen Berton-ton Narkoba
?”
Jika Negara asal,
barang haram tersebut, mengetahui lalu membiarkan barang haram tersebut masuk
ke Indonesia untuk merubah anak-anak bangsa menjadi “Monster”, tidak ada
rasa takut dan tidak dapat berpikir normal.
Memang salah apakah,
anak-anak Bangsa Indonesia ?,
Padahal bangsa Indonesia dalam sejarahnya tidak pernah
menindas,menjajah,membantai Bangsa lain di Dunia !.
Pada
tahun 2018 inilah komunikasi antara Aparat Polisi dan Kepala Desa cukup baik
untuk membantu keluarga Pak Umar Saragih, di karenakan kepala Polsek setempat
baru diganti. Ketika terjadi keributan di kampung , Habsyi menghancurkan pagar
tetangga, Habsyi di penjara. Ketika Habsyi di jenguk oleh Mamaknya, maka salah
satu Polisi bertanya ,
“Kapan
Habsyi di bawa pulang Bu , sudah tiga hari dia disini ?”
“Biar
kan ajalah Pak , Habsyi sementara di sini ” ujar Bu Umar.
“Jangan begitulah Bu,
bawa aja Dia pulang, Karena Dia cerita ke kami ada yang menyuruhnya bunuh
diri. Kalau Dia bunuh diri benaran,
kan jadi repot Bu.” Ungkap Pak Polisi.
Setelah mendengar keluahan dari Aparat
Kepolisian, Habsyi pun di keluarkan dari penjara, dan terdengar Habsyi masih
tinggal di sekitaran kantor Kepala Desa.
Lalu
tetangga yang dihancurkan pagarnya, mencoba menelepon Usman, tetapi tidak
berhasil, lalu tetangga tersebut
mengirim SMS yang berbunyi, “ Tolong bawa keluarga dikampung semuanya,
keluarlah dari kampung, karena kami
tidak bisa tidur dan tidak nyaman jadinya kami disini ”
Keluarga Usmanpun mengerti dengan
perasaan tetangganya, dan sudah mengumumkan akan menjual tanah dan rumah
seharga Rp.150.000.000,- baik
secara orang perorang maupun melalui media sosial.
Adapun isi iklannya “ Di jual cepat rumah (3
kamar ) dan tanah dengan ukuran panjang 17M, lebar 14M. Lokasi di dekat Wisata
Batu Nongol Kecamatan: Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Tebing Tinggi Sumut,
Seharaga Rp. 150.000.000,-. Namun sampai Bulan Mei 2018, rumah tersebut belum
ter jual. Adapun tetangga Bu Umar, menawar harga Rumah dan tanah Rp.
50.000.000,- Terkesan mau mengambil untung lebih, karena peminat tanah di
kampung Ladangan ini cukup banyak,
khususnya Pensiunan dari
perkebunanan .
Begitulah
Faktanya yang dialami keluarga Umar Saragih sampai Bulan Juni 2018 . Belum tau
kapan cerita ini akan berakhir, dimana keluarga Pak Umar Saragih bisa menjalani
kehidupan dengan normal tanpa ada rasa takut yang membayangi selama 24 jam
setiap harinya. Habsyi seperti bom waktu, yang tanpa di duga-duga akan
meledak dengan sendirinya.
Jika
tanah warisan yang seharusnya menjadi milik Pak Umar, di serahkan dengan penuh
Ikhlas, tanpa ada niat untuk memiliki, tanpa ada niat membuat Pak Umar lupa
dengan tanah yang di miliki. Mungkin kejadiannya ini, tidak akan terjadi. Untuk
mengganti Pagar tetangga sebesar Rp. 700.000,- Bu Umar meminta waktu sampai
Habis lebaran di tahun 2018.
Keluarga
Pak Umar saragih mempunyai Ladang dengan luas 1 hektar, warisan dari Mamaknya
Pak Umar atau sering di panggil Opung Oleh anak-anak Pak Umar. Letak Ladang ini
di kemiringan. Ladang ini pun , di biarkan menjadi semak belukar, sebagai
bentuk protes Pak Umar, terhadap Mamak dan Abangnya.
Pak
Umar kesal, kenapa bagiannya diberi di daerah yang tidak menguntungkan untuk
bercocok tanam. Dengan kondisi tanah yang miring seperti jurang, tentunya akan
sulit orang untuk beraktifitas di Ladang tersebut, baik untuk menanam atau memanen yang di tanam.
Pengakuan
Pak Umar ke Istri dan anak-anaknya, bahwa tanahnya cukup banyak di kampung
kelahirannya, yaitu di kampung bangun
jawa. Dimana jarak dari kampung Ladangan ke kampung bangun jawa
menghabiskan waktu 15 menit dengan Sepeda Motor dan harus melalui sungai. Untuk
melalui sungai ini, harus menggunakan rakit yang terbuat dari bambu.
Anak dari Opungnya Habsyi hanya 2 orang.
Adapun Pak Umar semenjak tamat SMP, tidak berminat untuk menjadi Petani. Pak
umar lebih suka merantau, mencari pekerjaan di daerah lain. Pak Umar pun, mulai
bekerja pada sebuah bengkel Sepeda Motor. Maka tanah yang menjadi hak miliknya
di percayakan kepada Abangnya untuk mengelolahnya.
Sebelum Pak Umar tamat SMP, Pak Umar dan
Abangnya secara bersama-sama menanam pohon karet, pohon durian dan rambutan.
Lalu mereka merawatnya dengan memupuk dan menyiramnya. Adapun air yang di
gunakan untuk merawat tanaman, di ambil dari sungai dengan berjalan kaki. Seiring waktu berjalan di perantauan , Pak
Umar pun ketemu dengan belahan jiwanya. Namun sayang, belahan jiwanya bersuku Jawa, sedangkan pak Umar bersuku Batak Simalungun.
Perbedaan suku inilah yang membuat
pernikahannya kurang di restui . Setelah Usia pernikahan Pak Umar 8 tahun, dan
anak pertama Pak Umar sudah kelas 2 SD. Pohon-pohon durian dan rambutan mulai
berbuah , dan buahnya sangat lebat. Seminggu sekali, Pak Umar dan keluarganya
pergi ke kampung untuk menikmati buah durian dan rambutan. Begitu waktunya
pulang , Abangnya Pak Umar , mempersiapkan satu Karung Beras berisi rambutan
dan Satu lagi berisi durian untuk di bawa pulang.
Abangnya
Pak Umar yang giat dalam memanen rambutan. Malam harinya , menunggui buah
durian yang jatuh. Buah rambutan dan durian sebagian di jual ke orang lain.
Yang menjual, Istrinya Abang Pak Umar dan Opungnya Habsyi. Uang hasil jualan,
di bagi sedikit ke Pak Umar. Begitu harmonisnya hubungan mereka sewaktu
anak-anak mereka belum tamat SMP.
Pada
waktu itu Pak Umar tidak mau ambil pusing, perihal tanah warisan. Semua di
serahkan kepada Abangnya, yang penting begitu buah-buahan berbuah, keluarga Pak
Umar mendapat bagian.
Ada
tradisi kebersamaan yang di lakukan Opungnya Habsyi. Tradisi tersebut yaitu
dengan memotongkan ayam,setelah Cucunya menerima Rapor (Nilai) dari sekolah .
Dimana masing-masing cucu akan
mendapatkan 1 ayam yang telah di potong dan di masak.Untuk di ketahui, Orang
tua Pak umar, hanya tinggal satu. Dimana Ayah Pak Umar sudah meninggal dunia
semenjak Pak Umar masih dalam kandungan.
Jumlah
Cucu dari Mamaknya Pak Umar , “ Sembilan”.
Lima orang dari Abangnya Pak Umar
dan empat orang dari Pak Umar sendiri. Sebelum anak-anak mereka tamat SMP,
terlihat hubungan kakak- beradik ini, cukup harmonis. Mereka saling, kunjung
mengunjungi untuk bersilaturahmi. Ketika anak-anak mereka mulai ada yang tamat
SMP, maka terlihatlah kerenggangan antara mereka.
Puncaknya
ketika anak pertama Pak Umar yaitu Usman tamat SMP. Dimana Usman di tawari
untuk sekolah di Padang Oleh Pakleknya. Paklek disini merupakan adik dari
Istrinya Pak Umar. Pakleknya Usman ada tiga orang di Padang, ketiganya bekerja di Airport sebagai karyawan biasa.
“
Usman, kamu Mau sekolah Pelayaran di Padang ?, Seragam sekolah seperti Angkatan
Laut. Jika sudah tamat kamu bisa menjadi Pelaut, Membawa Kapal Barang atau
Kapal Penumpang. Pelaut itu gajinya besar loh, kamu bisa membeli apa yang kamu
mau, Kamu bisa menyekolahkan adik-adikmu ke Universitas yang mereka sukai. Kamu
bisa membangun rumah bagus untuk kamu dan orang tuamu, kamu bisa membuka usaha
bengkel untuk Bapakmu, Kamu bisa meng-umrohkan dan meng-hajikan orang tuamu.
Kamu bisa membantu orang yang memerlukan.. Pokoknya , semua bisa, asal kau
punya Uang. Salah satu caranya, dengan menjadi pelaut. Kamu masih muda,setiap
peristiwa yang kamu jalani, harus bisa mendatangkan pelajaran ”. Penjelasan
dari salah satu Paklek Usman pada tahun 1998, memotivasi Usman untuk menjadi
Orang kaya yang berkah.
Usman
menganguk, Dia berusaha mengerti apa yang di sampaikan Pakleknya.
Sejujurnya,
Usman lebih mengharapakan tidak bersekolah di Padang. Usman terlalu mencintai
kedekatan dengan keluarga, dan bagi Usman, itu keindahan yang tak bisa diukur
dengan uang.
Tetapi
dengan keadaan yang selama ini di jalani bersama orang tuanya, dimana untuk
membeli sepatu yang telah sobek , mengganti seragam sekolah yang sudah tidak
layak pakai tidak bisa.
Untuk
itu, Usman berusaha berpikir positif dan menyakinkan diri sendiri walau
sebetulnya hatinya gemetar dan galau luar biasa. Guyuran cerita Pakleknya
Usman, seperti mimpi yang akan terwujud dalam 3 tahun kedepan. Klop sekali
dengan gairah yang ada di kepala Usman, untuk membantu perekonomian orang
tuanya.
“Biaya sekolahnya pasti mahal, apalagi
sekolah swasta, dari mana uang kami ? Tau sendiri, gaji Pak Umar Pas-Pasan, untuk makan aja cukup, sudah
syukur. ” sambung Mamak Habsyi singkat .
Perasaan Mamak Habsyi benar-benar getir saat
mengucapkan ini.
“Untuk
makan, tempat tinggal, dan uang SPP bulanan, jangan Khwatir Kak. Kami yang
menanggungnya sampai tamat. Kakak dan Abang, persiapkan aja, uang pendaftaran
sekolah Usman, lebih kurang sebesar 1 juta. Dari uang pendaftaran itu, sudah
dapat seragam. Setelah itu Kakak dan Abang, persiapakan aja dana lebih kurang 5
juta untuk menyelesaikan Sekolah Usman di pelayaran , karena harus ujian Negara
di Jakarta. Uang 5 juta ini di perlukan untuk 3 tahun kedepan,” ujar
Paklek Usman.
“Iya
Kak, cukup disayangkan , jika Usman cuma sekolah menengah atas, apalagi , Dia
selalu mendapat juara di sekolahnya,” ungkap Paklek Usman, menyakinkan.
“Baiklah
kalau begitu, nanti malam kakak bicarakan sama Abangmu, apa tanggapannya.” sambung
Mamak Usman.
Haripun
menunjukkan jam 17: 30 WIB, terlihat Pak Umar baru pulang dari bengkel..
Biasanya pak umar begitu sampai rumah, langsung pergi ke sungai untuk mandi.
Setelah
Pak Umar selesai mandi, sholat dan makan. Mamak Habsyi pun mulai bercerita .
“
Bang, tadi siang, Paklek-Pakleknya Usman, menyarankan Usman sekolah di Padang,
berhubung 3 bulan lagi Usman tamat dari SMP. Sekolah Pelayaran Padang, namanya.
Untuk biaya pendaftarannya di butuhkan uang 1 juta. Setelah 3 tahun Sekolah ,
Usman Harus mengikuti Ujian Negara di Jakarta dan di butuhkan Uang sekitar 5
Juta. Bagaimana menurut Abang ?
Si
Pak Umar pun menjawab, “ Itu nggak masalah, Abangkan ada tanah warisan dari
almarhum Bapak di kampung. Nanti tanah itu aja yang kita jual. Untuk penjualan
tanah kita minta tolong, Mamak dan Abang di Kampung.”
“Apa
nggak sebaiknya kita aja yang menjualnya, jadi jelas berapa yang kita dapat ? ”
saran Mamak Usman.
Si
Pak Umar pun menyakinkan dengan berkata, “ Tenang aja, ngapai kita repot-repot
, serahkan aja sama mereka, percayakan aja, toh merekakan, saudara kita.”
“
Baiklah kalo begitu Bang, mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancer. Ingat
Bang mental anak kita yang kita pertaruhkan disini. Menurut saya Bang,
sehubungan kita memang tidak ada tabungan, lebih baik Usman, sekolahkan aja di
SMA.” tutur Mamak Habsyi dengan nada
prihatin.
“
Tenang aja, untuk apa, tanah di kampung luas, tapi tidak di manfaatkan untuk
kesuksesan anak.” jawab Pak Umar, dengan
wajah menyiratkan keseriusan.
Keesokkan
Harinya, Pak Umar, pergi ke kampung , berdua bersama Usman untuk membicarakan
rancana penjualan tanah.
Dalam
hal tanah, Pak Umar tidak pernah terbuka kepada istrinya, berapa luas tanah
yang di miliki, surat-surat tanahnya siapa
yang menyimpan. Dan kebetulan Istri Pak Umar juga tidak pernah ada rasa ingin memiliki tanah warisan Pak
Umar. Terpikir pun tidak pernah oleh istri Pak Umar, agar surat-surat tanah
yang dimiliki Pak Umar di simpan di rumah.
Sepengetahuan
Bu Umar, tanah yang dimikili keluarga Pak Umar banyak dan luas. Ada yang
ditananami pohon Karet, pohon sawit, pohon durian, pohon rambutan, pohon jagung
dan sebagainya. Dalam pemikiran Bu Umar, Semua tanah yang ada, di bagi dua
kepemilikannya. Hanya untuk sementara ini, tanah-tanah itu di percayakan
pengelolaanya ke Abangnya Pak Umar.
Sehubungan anak Opungnya Usman, cuma dua.
Maka pengurusan ladang, baik penanaman, pemupukan, penyiraman selama ini di
kerjakan secara bersama-sama sampai Pak Umar memutuskan meninggalkan kampung
halamannya untuk merantau. Sekarang tumbuh-tumbuhan itu telah tumbuh besar dan
bisa di ambil manfaatnya, baik untuk di makan maupun untuk di jual.
Memang
kelihatan Abangnya Pak Umar cukup rajin dalam mengelolah tanah di kampung, di
bantu oleh istri dan Opung perempuannya Usman. Sekitar Jam 08 Pagi, Abangnya
Pak Umar dan istrinya menderes karet, siangnya melepas kambing-kambing yang di
miliki agar bisa mencari makan sendiri, setelah itu mereka memupuk tanaman.
Usman pun mendapat kambing dari Opungnya, dan Opungnya bersedia merawat kambing
itu sampai besar. Setelah kambing itu besar, terserah Usman, mau di apakan
kambing itu.
“Mak,
mana Abang dan kakak ? ” tanya Pak Umar ke Mamaknya.
“Mereka
masih di Ladang, Sebentar lagi juga pulang.” jawab Mamak Pak Umar dengan suara
lembutnya.
Tidak
berapa lama menunggu, kelihatan Abang Pak Umar dan Istrinya pulang dari Ladang.
“
Eh, Kau Mar, ada apa ? , tumben hari senin begini Kau datang kesini .” sambut
Abangnya Pak Umar.
“Begini
Bang, Usman mau sekolah ke Padang, butuh dana, jadi Aku minta tolong , jualkan
saja tanahku.” tutur Pak Umar.
“
Memangnya kapan Usman berangkat ke Padang ? ” tanya Abangnya, memastikan.
“
Sekitar satu bulan lagi .” jawab Pak Umar tanpa beban
“
Bagaimana menurut Mamak ?” sambung,
Abangnya Pak Umar.
“Mamak
,sangat setuju, yang penting , Cucu Opung bisa belajar di sekolah yang terbaik.
Kitakan sama-sama tau, Usman , anaknya cerdas, selalu dapat juara di sekolah.
Ngomong-Ngomong, apa nama sekolahnya ? ” tutur Opungnya Usman memberi semangat.
“
Nama sekolahnya, SPM (Sekolah menengah pelayaran) Padang Opung. Info dari
Paklek, seragam sekolahnya seperti Angkatan Laut, lalu di sekolah itu kita di
ajarkan kedisiplinan seperti militer. Tamat dari situ, Usman bisa jadi Pelaut ,
gajinya Dollar.” Usman berusaha menjawab dengan positif dan menguatkan hati.
“Wah,
hebat Usman nanti, bisa berlayar keliling Dunia. Uangmu pasti banyak. Jika
berhasil jangan lupa bawa Opung naik kapal Ya.” tutur Opung Usman dengan sejuk.
“
Iyya Opung, kalau Usman berhasil, akan Ku Umroh dan Hajikan Opung.” Ungkap
Usman berusaha menyakinkan diri sendiri walau sebetulnya hatinya gemetar.
“
Amin-amin. Mulia kali cita-cita mu Nak. Semoga Usman sukses di Padang, belajar
yang betul. Masalah biaya jangan Usman pikirkan. Fokus aja belajar. Opung yakin
kamu berani, kamu anak yang pintar.” papar Opung Usman.
“Baik
Opung , terima kasih atas dukungannya.” ujar Usman sambil beranjak dan memeluk
Opungnya.
“
Ya, udah, mulai besok, tawarkanlah tanah itu , semoga cepat terjual.” Saran
Opung kepada anak-anaknya.
“
Opung harap, Usman tetap semangat dalam belajar. Opung akan berdoa terus untuk
Usman.” Opung Usman berkata-kata lagi dengan lirih.
Lalu Usman dan Pak Umarpun pulang ke rumah. Namun
dalam penjualan tanah, Istri Pak Umar tidak tau, tanah yang mana yang mau di
jual, harganya berapa dan sebagainya. Dalam hal ini , istri Pak Umar tidak mau
ikut campur, yang penting anaknya bisa sekolah.
Lima
belas hari berjalan, terdengar bahwa tanah telah terjual. Pak Umarpun pergi
kekampung untuk mengambil uang hasil penjualan tanah. Di luar dugaan, uang yang
di bawa pulang Pak Umar hanya 2 juta. 1
juta di berikan ke Kakeknya Usman, dimana nanti Kakeknya yang akan menemani
Usman berangkat ke Padang. 1 Juta lagi di serahkan ke Istri Pak Umar.
Setelah
serah terima uang, Usman dan kakeknya berangkat ke Padang. Sesampainya Usman di
Padang terdengar khabar bahwa uang yang
di pegang oleh Istri Pak Umar, di kembalikan lagi Ke Abangnya Pak Umar.
“Maksudnya apa ini Bang. Tanah yang terjual
tidak tau berapa harganya, eh sekarang, Uang yang cuma 1 juta di minta lagi
oleh mereka ” curhat Mamak Usman dimana matanya kelihatan merebak basah.
“Udalah,
ikuti aja kemauan mereka. Jika Usman mau tamat kita minta lagi uangnya” jawab
Pak Umar.
Istri
Pak Umar pun, cukup bingung dengan keputusan suaminya. Selalu menurut dengan
apa yang di bilang Abang dan Mamaknya. Sifat Pak Umar seperti Orang bingung,
seperti orang yang kena guna-guna jika berurusan masalah Harta dengan
Keluarganya.
Padahal kehidupan Pak
Umar belum sejahtera. Apa tidak terpikir oleh Abangnya , untuk membantu Adiknya
atau memberi saran kepada adik satu-satunya supaya punya bengkel sepeda motor
sendiri, dari pada bertahun-tahun bekerja sama orang.
Tanah
Adiknya kan ada, bisa dijual untuk modal. Dengan adiknya sejahtera, merekan
ikut senang. Kenapa tidak terpikirkan dari dulu oleh keluarga Pak Umar untuk
mensukseskan suaminya.
Bu Umar pun berpikir,
jika saja Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Mau
mengobati anaknya Habsyi saja susah. Bahkan terkesan di abaikan anaknya sakit,
lebih berharap kepada adik-adiknya istrinya Pak Umar,agar mau membantu
pengobatan Habsyi.
Mau
bawa Habsyi berobat ke Dokter aja tidak ada waktu. Jika Pak Umar tidak bekerja
sehari saja, maka tidak ada penghasilan. Dimana uang Rp.50.000,- perhari itu
sangat di butuhkan istri Pak Umar. Dan Pak Umar juga rela dan ikhlas hari
minggu tetap bekerja.
Jika Pak Umar
sejahtera, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Dimana mau membawa
anaknya Habsyi ke Rumah sakit jiwa aja susah. Jika ada uang , mobil siapa aja
bisa di rental dan siapa aja bisa di minta-i tolong untuk memgawal pengantaran
Habsyi ke Rumah sakit jiwa Tuntungan di Medan.
Jika
Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan terjadi penghancuran Rumah sampai rata
menjadi tanah oleh Habsyi.
Jika Pak Umar
sejahtera, mungkin tidak akan terjadi, “Dimana Bu Umar, teriak-teriak sambil
menangis minta tolong,” agar tetangga membantunya, tetapi tetangga seperti
tidak mau tau.
Jika
Pak Umar sejahtera, mungkin Istri Pak Umar, anak Pak Umar, mertua Pak Umar yang
masih tinggal di kampung tidak akan mengalami rasa cemas yang berlebihan dan
tidak bisa tidur selama bertahun-tahun, karena Habsyi seperti bom waktu, yang suatu saat akan menghancurkan dan
membangun yang Ia suka, dan biasanya di lakukan Habsyi diatas jam 12 Malam.
Hal
ini membuat keluarga Pak Umar sedikit kehilangan semangat untuk menjalani hidup.
Dalam
ketidak-pastian, Usman berangkat ke Padang bersama kakeknya. Sesampai di
Padang, Usman pun mengikuti proses untuk masuk SPM ( Sekolah Pelayaran Padang).
Adapun alamat Sekolah Usman yaitu di Jl Bandar purus, di belakang kantor
Gubernur Sumatera Barat. Akhirnya Usman di terima di SPM Padang pada tahun
1998.
Ketika di suruh menentukan jurusan apa yang
mau di ambil, Usman sangat bingung,. Jurusan Nautika Atau Teknika. Lalu Usman
pun mendapat informasi dari kepala Sekolah sewaktu upacara, bahwa untuk menjadi
Kapten Kapal, jurusan yang di pilih adalah Nautika. Setelah mendengar
penjelasan dari Kepala Sekolah. Usman pun, memutuskan untuk mengambil jurusan
Nautika.
Hari demi hari, di
lalui Usman Di SPM Padang, untuk mewujudkan impiannya menjadi Kapten Kapal. Sewaktu
pengambilan rapor atau nilai, tidak di sangka, Usman di umumkan sebagai Juara 1
umum. Dari Prestasi ini, Usman mendapat Beasiswa dari sekolah berupa pembebasan
pembayaran SPP (sumbangan pembinaan pendidikan).
Adapun
yang di lakukan Usman untuk mendapatkan Juara di sekolahnya, yaitu setelah
Habis Sholat Isya, Usman mulai mengulangi pelajaran-pelajarannya sampai jam 11
malam. Paginya Usman mengikuti kegiatan olah raga , berenang dan karate.
Jam
12 siang ,Usman mulai berangkat ke sekolahnya menggunakan Bus Kota. Selama
perjalanan di Bus kota, Usman masih mengulang pelajarannya, dengan cara
menghafal di dalam hati. Begitulah yang selalu di lakukan Usman untuk
mendapatkan nilai terbaik di SPM Padang.
Pada
Tahun 2001, Usman dinyatakan tamat menempuh pendidikan di SPM Padang. Setelah
itu Usman harus menyelesaikan Ujian Negara, agar mendapatkan Gelar kepelautan .
Ujian Negara tahap awal dilaksanakan di
SPM Padang. Tahap selanjutnya dilaksanakan di Jakarta.
Pada tahun 2001 , yang namanya orang memiliki
telepon genggam atau HP sangat jarang, apalagi yang namanya Media sosial
seperti What Ups, BBM, Line, Face Book, Instagram , Twiter dan sebagainya,
belum ada. Komunikasi pada tahun ini, di lakukan melalui telepon rumah , warung
telepon (WARTEL) dan surat.
Lalu
untuk mempersiapkan biaya ujian Negara di Padang dan Jakarta, Usman pun Pulang
ke Kampungnya.
“Pak,
Mak ! Sekolahku sudah selesai, 2 bulan lagi Aku harus ikut ujian Negara. Ujian
Negara pertama di laksanakan di Padang , dibutuhkan biaya lebih kurang 1 juta.
Setelah ujian Negara di Padang, Usman harus ke Jakarta, bagaimana perihal
biayanya Pak ?” tanya Usman sambil garuk-garuk dahi.
“Ya
udah, jangan khwatir. Besok , kita pergi ke kampung, jumpai Opung dan Uwakmu” jawab Pak Umar.
Jam
09 pagi , Usman dan Bapaknya tiba di kampung. Kebetulan , Opung dan Abangnya
Pak Umar ada di rumah. Usman pun, menyalami dan mencium tangan orang yang ada
di rumah itu. Terjadilah pembicaraan dengan bahasa Batak Simalungun antara pak
Umar dengan Abangnya. Dan di dengarkan langsung oleh Opung dan istrinya
Abangnya Pak Umar. Pada waktu itu Usman
hanya diam dan memperhatikan pembicaraan, sehubungan Usman tidak mengerti
Bahasa Batak Simalungun.
Usman
di besarkankan di lingkungan Orang Jawa. Mamak Usman, Jawa. Bapak Batak
simalungun. Pada waktu itu, Usman belum bisa berkomunikasi atau untuk
menyampaikan maksudnya kepada orang lain
dengan baik.
Hari
pun menunjukkan jam 11 siang. Usman dan Pak Umar, pamit pulang. Sesampainya di
rumah, Ibu Umar langsung bertanya.
“Bagaimana
hasilnya Bang ? ”
“Ini,
Abang ada bawa Uang 1 Juta .” jawab Pak Umar santai.
“Kok,
hanya 1 juta. Usmankan membutuhkan biaya paling sedikit 5 juta, kenapa di
gantung-gantung begitu uangnya ???”
tanya Bu Umar.
“Sudahlah
, tidak usah ribut, nanti sisanya kita minta lagi ” tutur Pak Umar.
“
Jeda waktu Usman ujian Negara di Padang dan Jakarta kan cuma 1 bulan Bang !”
tutur
Bu
Umar dengan nada prihatin.
“
Tadi Abang, sudah ceritakan kepada
mereka, 1 bulan lagi di suruh ambil uangnya ” jawab Pak Umar kesal.
“ Baiklah Bang kalo
begitu, mudah-mudahan semua berjalan lancer. Abangkan tau begitu rajinnya Usman
Untuk belajar. Hingga Dia selalu mendapat juara umum. Itu Dia lakukan supaya
Dia berhasil dan sukses menjadi Kapten kapal, sehingga bisa membantu
perekonomian kita, menyekolahkan adik-adiknya. Dia juga punya keinginan untuk
membuatkan Abang bengkel. Sehingga Abang punya bengkel sendiri, tidak lagi
bekerja sama orang lain. Dengan Abang punya bengkel sendiri, Abangkan bisa
membuka lapangan pekerjaan , untuk satu-dua orang.” tutur Bu Umar panjang lebar
berusaha menyakinkan suaminya .
“
Iyya, Abang mengerti kerja keras Usman dalam belajar dan mau tinggal sama
Pakleknya di Padang, tapi memang Abang akui , terkadang ada perasaan takut dan
perasaan malas yang cukup kuat untuk meminta hak Abang kepada mereka. Tapi kita
lihat aja nanti, apa betul mereka akan memberikan sisanya.” ujar Pak Umar
sedikit khwatir.
“Saya
ragu Bang, jika mereka akan memberikan sisanya , karena anak-anak mereka
kedengarannya akan kuliah. Nanti jangan mereka berpikir , Paklek-paklek Usman
kaya, lalu mereka mempersulit. Sebutannya aja kerja di Bandara tetapi gajinya
juga pas-pasan”. ujar Bu Umar seperti bisa membaca pikiran keluarga Pak Umar di
kampung.
Si Pak Umar pun menjawab, “ Ya sudahlah kita
lihat aja nanti ”
Setelah
Usman seminggu di kampung, hari seninnya, Usman berangkat kembali ke Padang
dengan menggunakan Bus. Sesampainya di Padang, Usman mendaftar Ujian Negara di
sekolahnya. Setelah ujian Negara di laksanakan di Padang, Usman harus menunggu
hasilnya, sebulan lagi. Baik hasilnya bagus atau tidak , Usman tetap harus
berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan
persyaratan mengambil gelar Kepelautan dan Sertifikat yang di butuhkan untuk
membawa Kapal.
15
hari berlalu tidak ada khabar dari kampungnya perihal sisa uang yang harus di
bawa Usman ke Jakarta. Dihari ke 16 Usman menelepon tetangga orang tuanya di
kampung untuk di sambungkan ke Pak Umar atau Bu Umar. Pada waktu itu Usman
menelepon harus melalui Wartel (warung telepon). Telepon pun tersambung.
“Pak
Uwo, minta tolong di sambungkan ke orang tua Saya ”
“Oh,
Kamu Usman, tunggu bentar ya” jawab Pak Uwo.
“Usman,
ini Mamakmu ya” sambung Pak Uwo.
“Oke
Pak Uwo, terima Kasih ” balas Usman.
“
Hallo Mak, bagaimana mengenai sisa uang untuk ujian Negaraku ?” tanya Usman.
“
Mamakpun bingung Nak, dari Bapakmu juga tidak ada jawaban pasti. Kata Bapakmu,
Kamu aja Nak yang datang lagi ke kampung, jumpai Opung dan Uwakmu ” balas Bu
Umar.
“Kayak mana ni Mak, kok
Usman pulak yang harus ke kampung lagi, kalau Usman tahu bakalan seperti ini
jadinya. Bagus , Usman dari dulu sekolah
di SMA aja. Jika Usman gagal menjadi Pelaut,Usman malu dan streslah Mak. Beban
mental , sekolah di Pelayaran cukup berat Mak. Di mana setiap Harinya Usman
berpakaian seperti Angkatan Laut lagi. Minimal agar tidak terlalu terbebani
tamat di sekolah ini, jika tidak jadi Pelaut, Jadi Polisi atau TNI. Semua orang
di kampung, di Padang, tempat Usman tinggal, sudah tau, Usman sekolah di
Pelayaran. Jadi Taruna terbaik lagi. Photo Usman juga sudah di pajang di rumah
Mamak dan Paklek, tau-tau Usman jadi pengangguran, bisa stress berat Mak. Jika
Usman gagal menjadi Pelaut , butuh waktu lama Usman untuk menerima kenyataan
ini Mak. Apalagi Usman tinggal sama Paklek. Mereka ingin, Usman menyelesaikan
ujian Negara. Segan, Usman sama
istri-istrinya Paklek, kalau Usman tetap tinggal sama mereka dan tidak
menyelesaikan ujian Negara. Jika Usman tamat,
lalu pulang kampung dengan status penganguran tambah berat beban mental
Usman Mak. Apa Mamak, Bapak, keluarga Opung, memang suka ya, jika Usman Stres,
tega kali !” curhat Usman sambil mengeluarkan air mata.
“Ya
gimana lagi Anakku, dari dulu hidup kita kan memang pas-pasan. Untung aja,
ketika kamu sekolah di Padang, mau tinggal sama Paklekmu. Mamak-kan sudah
menyarankan, Kamu sekolah di SMA aja di
kampung, tapi keluarga Opungmu memberikan harapan, sekarang mereka lepas
tangan.” ujar Mamak Usman.
Si
Usman pun menjawab, “ Jadi, Usman harus balik ke kampung lagi Mak . Apa tidak
bisa, Bapak aja yang ke kampung ! ”
“O,
alah. Jangan harapkan Bapakmu yang ke Kampung, sudah capek Mamak menyuruh
Bapakmu, tapi seperti orang malas gitu, nggak ada semangatnya. Nggak taulah
Bapakmu itu, seperti kena guna-guna gitu. Bawaannya nurut aja , apa yang di
omongi oleh keluaraga Opungmu ”terang Mamak Usman, timbul prasangka.
“
Cukup sedih , Usman mendengarnya Mak. Jika Usman tidak menyelesaikan ujian
Negara,, banyak orang yang Usman kecewakan Mak. Terutama adik-adik Mamak di
Padang. Mereka begitu Ikhlas membiayai sekolahku, terkadang juga bajuku di cuci
dan gosokkan. Mereka berharap , Aku tidak mengikuti jejak mereka kerja di
Bandara, dengan Aku menjadi Pelaut, akan menjadi kebanggakan tersendiri bagi
mereka.” ungkap Usman dengan lirih.
“ Mamak juga bingung
Nak. Mamak harap Usman sabar menerima kenyataan ini. Mamak nggak bisa berbuat
apa-apa, karena harta Mamak juga tidak ada. Begitu juga dengan Paklek-Paklekmu
di Padang. Tidak mungkin kita mengharapakan mereka lagi , anak-anak mereka juga
sudah mulai sekolah. Sudah syukur kita kepada Tuhan, Paklek-Paklekmu tidak
pernah keberatan, apalagi marah, karena Mamak tidak pernah mengirim uang
sedikitpun, selama Usman sekolah di Padang.” tutur Mamak Usman dengan mata
merebak basah.
“
Baiklah Mak, Usman jalani aja dulu kenyataan ini. Sebelum Usman berangkat,
Usman akan mengirim surat ke Kampung. Begitu suratnya sampai, tolong suruh
Bapak sampaikan ke Uwak dan Opung ya Mak. Di surat itu Usman mau mengingatkan
ke mereka, bahwa 3 tahun yang lalu, mereka pernah memberi harapan , membantu
Usman sebagai cucu pertamanya untuk menyelesesaikan ujian Negara. Kenapa
sekarang mereka berubah 360 derajat.” terang Usman.
“
Baiklah Nak. Mamak tunggu ya suratmu, salam sama Paklek-Paklekmu di Padang.”
sambung Mamak Usman.
“ Baik Mak, salam juga sama Bapak dan Kakek. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ” balas Usman mengakhiri
pembicaraan.
Besoknya Usman mulai menulis surat , lalu surat itu dikirimkan
ke kampung melalui Pos 4 hari berlalu, surat itupun tiba di kampung.
“Bang, antarlah surat ini kekampung, kasian Anakmu.
Mudah-mudahan dengan surat ini, mereka ingat, apa yang mereka janjikan, dan
terbuka pintu hati mereka ” bujuk Bu Umar ke Suaminya.
“Kenapa ya Mak,
perasaan dan tubuhku terasa berat untuk pergi kekampung, ada juga perasaan
takut ” balas Pak Umar.
“Bismillah aja
Bang, demi Anak ” balas Bu Umar menyakinkan.
“Baiklah, kalau
begitu, hari ini Abang akan berangkat ke Kampung.” tutur Pak Umar.
Surat itu pun
sudah di terima oleh Uwaknya Usman. Tanpa menunggu surat itu di baca, Pak Umar
langsung permisi pulang. Setelah 2 hari surat itu sampai, Usman pun berangkat
ke Kampung. Maksud Usman menulis surat supaya keluarga Opungnya langsung tau
maksud hati Usman dan terbuka hati mereka untuk membantu menyelesaikan biaya
ujian Negara Usman.
Namun di luar
dugaan , begitu Usman menjumpai Uwaknya. Uwaknya langsung marah.
“ Berani-beraninya Kau menuntut yang
bukan hakmu. Bapakmu aja, diam saja. Kok Kau pula yang lancang , minta sisa
uang untuk ujian Negara ”
Perasaan Usman
seperti tersambar petir di pagi bolong, mendengar pernyataan Uwaknya. Usmanpun
hanya terdiam sambil mengeluarkan air mata. Tanpa permisi, Usman lari pulang
meninggalkan rumah Uwaknya. Sesampainya di rumah, Usman Hanya mengurung diri di
kamar, tidak mau keluar. Usman bingung, takut, stress. Apa yang harus
dikerjakannya jika tidak menyelesaikan ujian Negara.
SPM Padang sama dengan sederajat SMA. Untuk keluar rumah aja
Usman takut. Malu sama Masyarakat Kampung. Mau mencoba masuk Polisi atau TNI,
rasanya tidak mungkin. Untuk Biaya ujian Negara saja tidak ada.
Pak Umar sebagai Orang tua, juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Menasehati, memotivasi Usman untuk bangkit dan menerima kenyataan juga tidak
dilakukan. Pak Umar hanya bekerja, pergi pagi, pulang sore. Seakan-akan tidak
ada kejadian yang membuat anaknya stress dan terpukul.
Ditengah
ketidak pastian ini, Usmanpun memberanikan diri berangkat lagi ke Padang.
Padahal, Paklek nya berpesan, jangan kembali dulu ke Padang. Jika uang untuk
ujian Negara belum di dapatkan. Ngapai juga di Padang, kalau belum ada
pekerjaan pasti.
Sangat kacau pemikiran Usman, Dimana Paklek-Pakleknya juga
sudah lepas tangan, sehubungan anak-anak mereka juga sudah mulai membutuhkan
biaya untuk sekolah. Paklek-Paklek Usman , berpikiran “ Kamikan sudah membantu
menyelesaikan sekolah Usman, sekarang giliran keluarga Pak Umar yang membantu
Usman menyelesaikan ujian Negaranya,” Sementara keluarga Abangnya Pak Umar dan
Opungnya, berpikiran, “Usman tidak perlu di bantu, Paklek-Pakleknya kan kerja
di Pesawat, otomatis gajinya besar ”
Sesampainya di
Padang, Usman bingung harus berbuat apa. Setelah bangun tidur, bingung mau
kemana, bingung mau berbuat apa. Yang ada Usman hanya tidur dan tidur lagi.
Sangking bosannya, melihat Usman hanya tidur dan tidur lagi. Pakleknya pun
menyuruh Usman, untuk belajar bekerja dengan ikut Kapal Nelayan , mencari ikan
hias ke Pulau Mentawai Sumatera barat.
. Usman di suruh
menjadi tukang Masak. Padahal, sedikitpun Usman tidak ada keahlian memasak.
Usmanpun memberanikan diri untuk ikut, dari pada stress dirumah. Ditambah lagi
selalu ada pertanyaan dari lingkungan sekitar, kenapa kok belum bekerja.
Ketika Usman Stres, ada juga keinginan untuk
bunuh diri. Lalu Usman terpaksa ikut Kapal Nelayan. Anggota Kapal Nelayan
terdiri dari beberapa nelayan dari Madura dan satu orang nelayan dari Mentawai.
Orang Madura, terkenal ahli menangkap ikan hias. Pakaian yang di gunakan selama
di Kapal Nelayan jauh berbeda dengan pakain yang di bayangkan Usman jika
menjadi Kapten Kapal. Untuk alat pembantu navigasi saja tidak ada di kapal itu,
seperti peta, apalagi radar dan GPS. Kapten kapal merangkap sebagai juru mudi
dan Ahli mesin jika kapal tiba-tiba rusak.
Untuk berangkat ke pulau Mentawai, di lakukan di malam hari
sekitar jam 10. Lalu tiba di Pulau Sikakap Mentawai sekitar
jam 8 pagi. Setelah 3 bulan, Usman ikut Kapal penangkap ikan hias ke Mentawai,
apa yang di masak Usman , tidak termakan oleh anggota kapal. Karena rasanya
sangat berbeda, tidak sanggup para anggota Kapal untuk menelan makanan yang di
masak Usman. Akhirnya Kapten Kapal , memutuskan untuk juga memasak, Usman hanya
membantu.
Dengan kondisi
ini, maka Usman tidak mendapat gaji. Hanya mendapatkan uang terima kasih
sebesar Rp.50.000,-. Usman semangkin bingung dengan kenyataan hidup ini.
Mengapa apa yang di cita-citakannya kandas. Apa salah dan dosanya. Perasaan
Usman selama di Padang selalu beribadah dengan baik, nurut perintah Pakleknya,
fokus belajar, tidak pernah pacaran. Tidak seperti Taruna-Taruni seangkatannya,
yang kedengaran berpacaran kesani-kesini. Usman semangkin tertekan, lalu Usman
berusaha mencari informasi, agar Ia dapat bekerja di tempat yang lebih baik.
Usmanpun memutuskan untuk turun dari Kapal
penangkap ikan hias. Tidak berapa lama kemudian, Usman mendapat informasi bahwa
ada Kapal Pemda Mentawai yang menerima Taruna SPM Padang untuk magang.
Kebetulan ada Senior SPM Padang yang bekerja sebagai juru mudi dan Taruna
seangkatan Usman yang bekerja sebagai ahli mesin.
Usmanpun mencoba menjumpai Seniornya. Lalu
Seniornya mengarahkan Usman untuk berbicara kepada Kapten Kapal Pemda Mentawai,
agar di izinkan magang. Dan Kapten Kapal tidak keberatan , tetapi Kapten
Kapal mengingatkan dari awal, bahwa Usman tidak di gaji. Perihal makan, tidak
perlu khawatir, karena stok makanan cukup banyak di Kapal itu.
Adapun
jenis kapal Pemda Mentawai ini adalah Kapal penumpang, fungsinya untuk membawa
Pejabat-Pejabat Pemda Mentawai seperti Bupati, wakil Bupati, Sekretaris Daerah
dan sebagainya. Ketika Kapten Kapal mendapatkan tips dari Pejabat Pemda Mentawai,
barulah Usman mendapatkan uang saku.
Fasilitas di
kapal ini, terbilang mewah. Begitu juga dengan alat navigasi yang di miliki,
seperti Radar, GPS dan Peta. Pekerjaan Usman di kapal ini cukup santai, hanya
bersih-bersih kapal, membantu memasak, terkadang belajar membawa Kapal atau
menjadi Juru mudi.
Jika tidak
terjadi Badai, perjalanan ke Mentawai cukup mengasikkan. Jika bosan di dalam
Kapal, maka Usman pergi ke Haluan Kapal atau ke Buritan kapal melihat
pemandangan selama Kapal berlayar. Begitu sampai di Pulau Mentawai, maka Kapal
akan bersandar di Pelabuhan sampai
seminggu, begitu ada informasi Pejabat Mentawai akan berangkat, maka anak buah
Kapal mempersiapkan Kapalnya untuk membawa pejabat ke tujuan yang di
inginkannya.
Usman
ikut Kapal Pemda Mentawai lebih kurang 6 bulan, tanpa gaji. Itulah keputusan
yang Usman lakukan untuk mengalihkan kesetresan yang selama ini membayangi
kehidupannya. Ia rela bekerja tanpa di gaji. Hingga Usman mendapat tawaran dari
Paklenya untuk bekerja di Bandara Tabing Padang, sebagai Petugas
Loading-UnLoading (Bongkar muat).
Sehubungan
Pesawat Jatayu Airline membuka penerbangan di Kota Padang. Kebetulan yang
menghandle Ground Handlingnya adalah PT. Gapura Angkasa. Adapun, Status Usman dari Mulai bekerja sampai memutuskan
keluar dari Bandara Internasional Minangkabau setelah 7 tahun bekerja adalah
Outsourching.
Karena
kedisiplinan, kesungguhan bekerja, mau belajar dan mau mengajari karyawan baru,
untuk belajar check-in di Counter Garuda, belajar menghadle penumpang komplain
di Custumer Garuda. Mau mengajari karyawan baru untuk menghandle bagasi Hilang
di Unit Lost and Found. Mau dan ikhlas, mengajari karyawan baru untuk
menghitung jumlah penumpang di Pesawat. Mau mengajari karyawan baru
mengantarkan manifest penumpang. Mau mengajari karyawan Baru menghandle Crew
cabin Pesawat Haji yang akan berangkat dan yang baru turun dari Tanah suci.
Bisa menempatkan diri kepada pegawai-pegawai
Gapura yang lebih tua Usianya dari Usman. Bisa bersosilisasi dengan baik dengan
para mitra kerja PT. Gapura Angkasa khususnya Jajaran manajemen Garuda di
Bandara Internasional Minang Kabau. Usman cukup baik menguasai SOP (standar
operasional procedure) di bagian Pasasi ( Passanger handling ), sehingga bisa
mengajari karyawan Baru.
Adapun
pekerjaan awal yang di lakukan Usman pertama kali kerja di Bandara yaitu mempersipakan Wheel cock atau pengganjal roda Pesawat. Setelah Pesawat
benar-benar berhenti maka wheelcock di ganjalkan ke roda Pesawat. Setelah itu
Usman dan rekan kerjanya memasang tangga Pesawat agar penumpang bisa turun.
Selanjutnya Usman dan rekan kerjanya menurunkan Tas Penumpang, Suffboard, dan
Cargo ( muatan yang ada di dalam kompartemen/perut Pesawat). Setelah itu
Usman dan rekan kerjanya, menaikan kedalam kompartemen pesawat , barang-barang
yang akan di bawa ke Bandara tujuan.
Perkerjaan
Loading-Unloading ini di lakukan tidak boleh melebihi waktu dari 30 menit.
Tentunya pekerjaan ini sangat menguras tenaga, karena berat muatan yang di
naikan dan turunkan beratnya dalam ukuran ton.
Setelah
Pintu Pesawat ditutup, maka pekerjaan selanjutnya yaitu menarik tangga Pesawat,
mencabut whellcock, lalu mengiringi Pesawat yang di dorong, dengan membawa alat
pemadam kebakaran. Begitu alat pendorong Pesawat di lepas maka alat pemadam
kebakaran di bawa kembali ke tempat penyimpanan.
Pekerjaan
di Bandara dilakukan Usman dengan Ikhlas dan penuh Syukur, walau gaji kecil,
dan pakaian tidak serapi dan segagah jika Usman menjadi Kapten Kapal. Dengan
bekerja di Bandara, telah menghilangkan rasa tertekan yang selama ini
menyelimuti pikirannya. Dengan bekerja di Bandara , ada rasa bangga ketika
ditanya orang.
“Usman,
Kamu bekerja dimana ?, di Bandara. Tentu hal ini sedikit manaikkan derajat
Usman, yang selama ini status pekerjaannya tidak jelas.
Memang tidak nyambung, anatara pelajaran yang
selama ini Usman tekuni dengan Dunia pekerjaannya sekarang. Sangat berbeda 360
derajat. Dari sekolah belajar tentang Kapal Laut, dapat pekerjaan yang
berhubungan dengan Kapal Terbang.
Pekerjaan Loading-Unloading ini, di rasakan
Usman selama 6 bulan. Loading-Unloading yang paling berat, ketika menghandle
Pesawat Garuda, muatannya selalu penuh, baik turun dan naik. Setelah itu Usman
bekerja di bagian melabel dan checklist Bagasi.
Beberapa bulan kemudian bekerja di bagian Lost
and Found, yaitu menghandle bagasi penumpang yang hilang di terminal
kedatangan. Lalu beberapa bulan kemudian Usman bekerja di bagian Custumer
service Garuda, menghandle penumpang yang komplain karena terlambat, karena
over booking, karena tiketnya bermasalah dan membantu penumpang yang ingin
konfirmasi tiketnya untuk penerbangan selanjutnya.
Beberapa
bulan kemudian, Usman bekerja di bagian Check-in Counter yaitu mendafatarkan
penumpang yang mempunyai tiket untuk mempunyai Boarding Pass sehingga penumpang
bisa memasuki ruang tunggu dan berangkat dengan Pesawat. Beberapa bulan
kemudian, Usman bekerja di Boarding Gate, yaitu ruangan tempat berkumpulnya
penumpang yang akan berangkat. Di ruangan inilah Usman, mulai mengumumkan
kepada Penumpang agar segera naik ke Pesawat dengan menunjukkan Boarding pas.
Setelah
penumpang komplet atau cukup berdasarkan hitungan system. Maka Usman
mengantarkan Manifest atau daftar penumpang untuk di serahkan kepada kepala
Pramugari. Setelah manifest di serahakan, Usman mengecek lagi penumpang di
dalam pesawat dengan menghitungnya ulang. Setelah cocok, maka Usmanpun turun
dari Pesawat.
Sewaktu
bekerja di bagian Passanger Handling, Penampilan dan Pakaian Usman cukup rapi
dan memakai dasi. Penampilan cukup keren tetapi tidak sesuai dengan isi
dompetnya. Yang di handle Pesawat Garuda, Malaysia airline, Singapore airline,
Tiger airways, Pesawat khusus Haji dan Pesawat yang mempunyai kontrak langsung
untuk di handle oleh PT. Gapura angkasa.
7 tahun Usman berkarir di Bandara, dari
Bandara Tabing sampai Bandara Internasional Minang Kabau. Namun tidak ada
perhatian dari perusahaan untuk mensejahterkan karyawan yang stastusnya
Outsourcing. Untuk terbang dengan Pesawat Garuda saja, Usman tidak pernah. Yang
sering Cuma naik turun Pesawat Garuda ketika Loading-Unloading atau ketika
menghitung jumlah penumpang dan mengantar Manifest penumpang. Hal ini yang
terkadang menyebabkan kecemburuan sosial.
Selama
7 tahun bekerja, untuk membeli sepeda motor, tunai aja tidak bisa. Untuk
memiliki sepeda motor, Usman harus kredit selama 3 tahun dengan angsuran 400
ribuan. Belum lagi biaya makan dan sewa rumah. Hal inilah yang membuat Usman,
belum menikah ketika bekerja di Bandara.
Adapun
hasil keringat Usman yang masih tertinggal yaitu sepeda motor. Sepeda motor
tersebut yang masih di gunakan Usman sampai Saat ini untuk bekerja dan untuk
jalan-jalan bersama keluarganya. Namun kemampuan sepeda motor yang di miliki
Usman sekarang berkurang, untuk menaiki tanjakan beberapa menit, sering tidak
sanggup atau mati mendadak. Namun sepeda motor ini tetap di pakai Usman, karena
belum ada rezeki untuk mengganti dengan sepeda motor yang baru.
Sepertinya
suatu yang mustahil, untuk mewujudkan Impian Usman sewaktu masih bekerja di
Bandara. Seperti membangun rumah yang layak untuk orang tuanya, menyekolahkan
adik-adiknya di Universitas terbaik, membangun bengkel sepeda motor untuk
Bapaknya, meng-Umrohkan dan menaikan Haji orang tuanya dan sebagainya.
Seiring
waktu berjalan, Usman pun mendapat tawaran untuk bergabung di bisnis Multi
level marketing , produknya berupa suplemen kesehatan dari cina. Berbeda- beda
orang yang menawari Usman untuk ikut bisnis ini. Ada yang mempresentasikan
bahwa dengan ikut bisnis ini bisa berpenghasilan Milyaran, bisa dapat Mersi,
Vila, dan Pesawat gratis. Lalu bisa pasif income. Pasif income maksudnya,
walaupun kita tidak bekerja, penghasilan tetap ada. Bisa dapat bonus sharing
Internasional dan sebagainya.
Beberapa
kali di tawari, Usman menolak. Sehingga pada suatu saat, ada seorang mahasiswa
dari salah satu Universitas Negeri di Padang, datang ke Kos-kosannya Usman.
Mahasiswa ini, tidak pandai menjelaskan. Namun Usman tetap menghargai Mahasiswa
tersebut. Tiba-tiba , Mahasiswa tersebut mengeluar CD pembagian dan road show
mobil BMW dan Mersi di Gelora Bung Karno yang di hadiri ribuan Orang dan di
hadiri oleh pemilik perusahaan tersebut. Dari CD inilah, Usman mulai
Bergabung dan merasa pasti bisa
memperoleh Mersi gratis dan berpengasilan pasif.
Usman pun mulai mengikuti presentasi dan
sosilisasi bisnis ini dari satu Hotel ke Hotel yang lain. Sewaktu presentasi
ada Leader yang mengatakan :
1. Untuk
sukses di bisnis ini, berpengasilan 40juta per bulan hanya di butuhkan 1-2
tahun.
2. Semua
penyakit bisa di sembuhkan dengan suplemen ini, jika pemakaiannya dikontrol
secara ketat dan baik . Contoh Penyakit
– Penyakit kronis yang bisa sembuh adalah Diabetes, Cuci darah, Jantung,
Keropos tulang dan sebagainya. Dan menurut pengalaman Usman, hal ini terbukti,
bahwa suplemen kesehatan ini bisa meyembuhkan penyakit kronis, pada tahun 2018
Usman, juga masih mendengar ada yang tidak cuci darah lagi setelah memakai
suplemen kesehatan ini dengan baik. Dan Nenek yang sembuh itu adalah salah satu
nasabah Usman di tempat Usman bekerja. Memang Suplemen ini di bilang mahal
harganya. Sehubungan nenek ini suaminya Pensiunan, sehingga pemakaian
Suplemennya bisa di kontrol Sesuai anjuran, dimana pemakaiannya terus
dilanjutkan sampai ada perubahan. Kebanyakan masyarakat yang mengenal produk
ini, memakainya separuh jalan, di karenakan harganya mahal dan mau cepat
sembuh, seperti iklan obat di Televisi, “begitu di minum langsung sembuh pada
saat itu juga.” Fakta juga pernah di
alami Usman, dimana adiknya yang paling kecil, sangat malas belajar dan susah
membaca, ketika di berikan kalsiun dari suplemen ini, adiknya menjadi rajin dan
cepat menangkap pelajaran di sekolahnya. Namun ada juga , yang tidak ada nampak
perubahannya walau sudah mengkosumsi suplemen kesehatan ini cukup lama, yaitu
metuanya Usman sendiri, mengalami penyakit lambung yang akut. Di berikan produk
ini, tidak sembuh-sembuh, akhirnya ajal menjemput. Begitu juga dengan salah
satu Pakleknya Usman, terkena Diabetes. Kalau Pakleknya Usman, beda kasus,
dimana Pakleknya tidak percaya dengan suplemen ini bisa menyembuhkan
penyakitnya. Sudah letih Usman, memotivasi Pakleknya untuk rutin mengkosumsi
Suplemennya, tetapi tidak di indahkan, akhirnya ajal menjemput meninggalkan 1
orang istri dan 2 orang anak. Padahal Suplemen yang di berikan Usman gratis.
Menurut Usman, suplemen kesehatan ini, cukup bagus, sehingga terbesit di dalam hati Usman, nantinya
mempunyai rumah kesehatan untuk mengenalkan suplemen kesehatan ini, dimana di
rumah kesehatan itu, Orang yang datang bisa terapi menggunakan matras yang di
produksi oleh perusahaan suplemen tersebut, lalu di buatkan papan infomasi
mengenai pengobatan penyakit kronis dengan menggunakan suplemen ini, mana tau
memang ada orang-orang belum sembuh dari penyakit kronisnya dan sudah mengeluarkan
uang banyak untuk pengobatannya. Dimana orang yang menggunakan matras, tidak di
tentukan berapa biaya yang harus di bayar. Seikhlasnya saja. Itulah konsep yang
terpikir oleh Usman untuk mengenal Suplemen kesehatan,namun untuk mewujudkan
hal ini di butuhkan biaya yang cukup besar. Dan Usman berani menjalankan konsep
ini, jika ada pengasilan tetap perbulannya minimal 3 jutaan dari pekerjaan atau
usaha lain. Konsep rumah kesehatan ini dijalankan bukan untuk mengejar
keuntungan, hanya untuk berbagi info kesehatan menangani penyakit kronis.
Adapun cara yang di ajarkan sponsornya untuk mempromosikan Suplemen kesehatan
ini melalui system memprosfek orang, lalu membawa prosfek kepertemuan, lalu
mengarahkan prosfek join dan membeli produk. Tidak sanggup Usman Untuk
melakukan hal ini, karena dulunya pernah di lakukan seperti ini, didampingi
juga oleh Leader yang katanya berdasarkan peringkat berpenghasilan 20-40 jutaan
. Namun secara omset yang dihasilkan Usman, untuk menghasilkan bonus 100 ribuan
saja cukup susah. Dulu sangking semangatnya, Usman mengundang Leadernya ke
Bandara Internasional Minang Kabau untuk mem-follow up temannya di Bandara.
Dari yang di follow-up tidak ada yang menunjukkan antusianya untuk mengejar
peringkat di bisnis ini. Teman-teman Usman yang bergabung juga hasil sedikit
paksaan, ada 5 orang yang bergabung dengan cara sedikit di paksa, dan ada yang
berhagabung karena mengikuti seminar di salah satu Hotel di Padang lalu melihat
mobil Mersi langsung yang di pamerkan di depan Hotel. Setelah pulang kerja dari
Bandara, Usman juga menyempatkan presentasi door to door kepada orang yang
dikenalnya. Setelah dijalani ternyata tidak bisa menghasilkan bonus sebesar gaji di
Bandara.
3. Dalam
presentasinya, seorang Leader menjelaskan,” Sehubungan Bisnis ini tanpa Iklan,
maka biaya iklannya di berikan kepada Distributornya, jika distribotornya
mempunyai jaringan yang banyak , maka 1-5 tahun kedepan, akan menjadi manusia
yang berkualitas dan mempunyai asset, atau mempunyai pohon uang sehingga bisa
bebas uang, waktu dan pikiran. Karena percuma punya uang Milyaran, mempunyai
Pesawat, mempunyai Vila tetapi sakit-sakitan atau Jauh dari keluarga karena
sibuk mencari uang tanpa mempunyai waktu untuk menikmatinya.
4. Impian
bersama-sama sikap positif akan menghasilkan sesuatu dengan kemungkinan dan
potensi tanpa batas.
5. Peluang
usaha di masa krisis , membangun entrepneurship, mencetak pengusaha baru dari
berbagai latar belakang, berpeluang mendapatkan Umrah dan jalan-jalan gratis
keliling dunia.
6. Bisnis
ini mencetak 20 % orang kaya di Dunia.
7. Sukses
memang susah tapi lebih susah kalau tidak sukses yang akhirnya menjadi sampah
masyarakat dan menyusahkan temannya yang telah sukses dengan berhutang. Manusia
di ciptakan untuk berubah . belajar dari orang sukses, bukan bertanya dan
belajar dari orang gagal. Orang gagal selalu membunuh impian orang lain. Mereka
trauma, padahal tidak ada untungnya trauma, bayangkan saja, kalau kita trauma
sewaktu belajar jalan sewaktu kecil, apa jadinya Dunia ini. Orang sukses ,
orang yang mau belajar dan banyak melakukan.
8. Informasi
bisnis ini, tidak mungkin datangnya langsung dari Tuhan, Informasi ini
datangnya dari manusia yang di kirim Tuhan untuk datang kepada kita. Maka
bersikap positiflah kepada sesama manusia , mungkin itu jawaban atas doa keluarga
anda selama ini.
9. Jangan
jadi pecundang, dengan membanggakan kemiskinan kita kepada orang lain, sudah
miskin, kok milih, di tawari bisnis ini, nggak mau. Berbuatlah, berubalah ,
dimana jika orang lain melihat anda , mereka tersenyum dan berkata, terima
kasih Teman, atas informasi bisnis ini keluarga kami bahagia dan sejahtera.
10. Dengan
kerendahan hati, buka paradigma anda, jangan menutup diri dengan informasi,
jalankan bisnis ini sekarang juga, karena suatu saat anda akan membutuhkannya.
Ingat , apakah dengan pertimbangan bisa membiayai , biaya kebutuhan hidup anda.
Membiayai biaya rumah sakit orang tua anda.
11. Bisnis
ini, merupakan bisnis yang penuh cinta kasih, biarkan cinta kita berkembang,
sampai ke semua pelosok, agar cinta kita setiap saat bisa di rasakan ,
cintailah downline , upline dan seluruh jaringan kita. Marilah kita
berpengangan tangan , hati yang menyatu, saling bahu-membahu bersama mencapai
kesuksesan. Agar keluarga kita , orang-orang dalam grup kita , dapat berubah
menjadi orang yang di hormati.
12. Tidak
ada orang gagal di bisnis ini, tetapi berhenti terlalu cepat. Karena bisnis
ini, omset terakumulasi tanpa batas waktu, berlaku seumur hidup dan bisa di
wariskan.
Dari
motivasi-motivasi yang di sampaikan oleh Leader , terkadang disalah artikan. Orang beranggapan jika menjalankan bisnis ini
bisa sukses secara instan. Padahal semua bisnis, mrmbutuhkan kerja keras ,
keringat dan pengobanan.
Berdasarkan pengalaman
Usman, ada yang begitu semangatnya mendengar motivasi dari Leadernya, lalu
berhenti bekerja. Padahal di bisnisnya belum menghasilkan pendapatan.
Seharusnya kerja terlebih dahulu, jika sudah ada penghasilan tetap, baru resign
atau mengundurkan diri.
Ada
juga yang terpancing membeli produk banyak-banyak karena terpancing emosi
sewaktu ikut Seminar, dimana mobil BMW dan Mersi di Pamerkan di luar Gedung
pertemuan. Beli produk banyak-banyak, lalu mendaftarkan kelurga terdekat untuk
jadi downlinenya, supaya peringkatnya naik, untuk gengsi-gensian, ketika naik
ke panggung sudah peringkat sekian. Padahal dibawanya adalah keluarganya. Hal
ini di lakukan untuk memancing prospek-kannya, bahwa Dia baru sebentar
bergabung di bisnis ini, sudah bisa peringkat sekian, dan mempunyai potensi
penghasilan puluhan juta.
Banyak orang yang salah
paradigma seperti ini, Dia berpikir, dengan konsep seperti ini, orang akan
mudah tertarik join di bisnis ini, ternyata tidak semudah membalikkan telapak
tangan dalam menjalankan bisnis ini karena untuk membuat orang yakin dan percaya, butuh waktu, keringat dan kesabaran tingkat
tinggi. Dan orang-orang yang memakai cara ini, umumnya gagal di bisnis ini.
Yang katanya
pengahasilan puluhan juta setiap bulannya, itu hanya omong kosong belaka.
Bagaimana kita mau berpenghasilan di bisnis ini jika kita tidak mempunyai omset
di jaringan kita. Bonus yang kita peroleh di awal besar karena omset kita pada
waktu itu ada. Mana ada, perusahaan yang bodoh, memberikan bonus atau
penghasilan kepada distributornya jika tidak mempunyai omset atau tidak berjualan . Walaupun posisi kita pada
perusahaan itu , peringkat tertinggi. Tidak ada omset ya tidak ada Bonus.
Menurut
Usman, Hal Ini harus di ungkapkan bukan untuk menjelek-jelekkan , tetapi hal
ini di ungkapkan untuk menjadi pembelajaran, karena suatu saat nanti kita akan
ketemu dengan orang yang menawari kita bisnis MLM.
Contoh
Leadernya Usman di Padang, yang terlebih dahulu join di bisnis ini,
peraih BMW gratis , yang katanya berpenghasilan puluhan juta dan secara
marketing plan mendapat bonus sharing internasional , akhirnya berhenti juga
dibisnis ini.
Karena
di bisnis ini, tidak ada omset ya tidak ada bonus, tidak ada yang di jual ya
tidak ada pendapatan. Masak bodoh sih, orang yang sudah berpenghasilan puluhan
juta perbulannya lalu berhenti di bisnis ini. Di kota Lhokseumawe Aceh,
Distributornya salah menjelaskan marketing plan dari bisnis ini, dimana dengan
beli produk sekitar 4 jutaan , akan mendapatkan pengahasilan 40 jutaan, tanpa
di jelaskan harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan itu. Lalu dengan system promosi seperti itu, banyak orang
yang tergiur dengan program perusahaan ini. Lalu oleh manajemen
perusahaan program ini di cabut atau di
tarik dari pasaran. Akibat dari ini, Distributornya ada yang dituntut sampai ke
pengadilan karena orang yang di pengaruhi untuk join di program bisnis ini, ada
yang sampai menjual sapinya. Tetapi tak kunjung mendapatkan pengahasilan 40
jutaan.
Lalu
sebelumnya Usman di presentasikan untuk menjadi agen penjualan barang-barang
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan presentasi dari perusahaan ini, bila di
jalankan akan sangat menguntungkan, karena yang di jual barang kebutuhan
sehari-hari. Syaratnya untuk menjadi agen, harus menjadi peringkat tertentu
atau membeli produk kesehatan seharga Rp.50 jutaan. Banyak juga orang yang
percaya akan program ini, khusunya yang baru bergabung. Mereka berpikir
perusahaan MLM ini tidak mungkin asal-asalan, bekerja sama dengan perusahaan
lain dalam mengembangkan bisnisnya. Dan Distributornya berpikir perusahaan MLM
ini, tidak akan mengingkari program yang telah di sosialisaikan dan potensi
pendapatan yang akan di berikan.
Logika
Distributornya, perusahaan MLM ini sanggup membagikan ratusan Mersi dan BWM,
masak program seperti itu gagal. Ternyata, tidak ada perusahaan yang sempurna,
program tersebut dinyatakan di cabut. Ada juga Leader yang telah menduduki
peringkat tertinggi, yang sudah mendapatkan semua reward, baik BMW, Pesawat
terbang pribadi, Vila. Namun Ending ceritanya membawa grupnya ke perusahaan MLM
lain.
Usman
juga pernah mencoba fokus beberapa bulan di bisnis ini, setelah berhenti bekerja di Bandara, ternyata
setelah di fokusi, tidak semudah yang di bayangkan. Padahal telah dibantu oleh
Leader yang katanya penghasilan puluhan juta, tetapi tetap saja susah closing
di bisnis ini. Untuk berpengsilan Rp100 ribu saja dalam sebulan sangat susah.
Pada tahun 2018 ini, Usman masih di follow up oleh Leader lain yang sudah
mendapatkan Kapal pesiar, supaya Usman aktif lagi bersama kepemimpinannya.
Usman di follow up sejak di Lhokseumawe Aceh sampai Usman berada di Padang,
masih di follow up melalui what ups.
Usman mencoba membagi pengalamannya bersama
Leader sebelumnya, namun Leader tersebut menyatakan, mereka bukan gagal tetapi
berhenti terlalu cepat. Padahal sudah jelas mereka berhenti karena tidak ada
lagi penghasilan di bisnis itu, karena
tidak ada nya omset.
Positifnya
bisnis ini, salah satunya mengembangkan kepribadian, belajar berkomuikasi,
belajar mem-follow up dan sebagainya. Tetapi jika pintar berkominukasi lalu
tidak ada penghasilan, ya tidak mungkin
juga bertahan di bisnis ini, “Ada Omset
ada Bonus”.
Dibilang
trauma dengan Bisnis MLM, tidak juga. Karena Usman masih kagum dengan system
bisnis MLM, dimana jika Distributornya menjalankannya dengan benar, dengan
bekerja keras, dan mau belajar, ada juga yang sukses di bisnis ini, namun
selalu ada oknum-oknum yang salah dalam menjalankan bisnis MLM ini, sehingga
merusak nama MLM itu sendiri.
MLM
, konsep bisnis tanpa iklan, dimana Distributornya sebagai pengiklannya. Suatu
yang wajar Distributor mendapatkan bonus karena berhasil mengiklankan produk
dari perusahaan tersebut. Ikut MLM,
dengan maksud untuk mewujudkan impian Usman, ternyata kandas di tengah Jalan.
Selama 7 tahun Usman
bekerja di Bandara, statusnya masih
Outsourcing, tidak ada jenjang karir, tidak ada pengangkatan sebagai pegawai
tetap. Gaji berdasarkan UMP (upah minimum Provinsi ). Dikarenakan hal itu
Usman, memutuskan untuk keluar dari Pekerjaannya dan bekerja di lembaga
keuangan.
Sampai
tanggal Mei 2018, status Usman masih karyawan di salah satu lembaga keuangan.
Dua tahun Usman bekerja di lembaga keuangan ini, Usman diangkat menjadi Pegawai
tetap. 5 tahun berkarir di kota Lhokseumawe Aceh. Usman di amanahkan menjadi
penanggung jawab di Kota Padang Sumatera Barat.
Dengan
status penanggung jawab, gaji Usman tidak langsung berubah total. Walau sudah
setahun lebih Usman menjadi menjadi penanggung jawab, gajinya hanya di tambah
200 ribu dari gaji Usman di Lhokseumawe. Kelebihannya, Usman dan keluarga di
beri fasilitas rumah. Listrik rumah di biayai
kantor maksimal Rp.200.000,- per bulannya.
Dengan
keadaan ini, dimana penghasilan Usman masih pas-pasan dan tidak bisa mewujudkan
Impiannya. Usman mempunyai Prinsip dan Motivasi ” Lebih baik banyak – banyak
memperbaiki diri, sehingga Tuhan Yang Maha Esa, memberikan Rezeki yang berkah
dan tanpa batas, bisa bermanfaat kepada sesama sehingga tidak banyak menuntut
kepada perusahaan yang hanya bisa memberikan penghasilan pas-pasan.”
Usman
terus berusaha mencari cara-cara berdasarkan ajaran agama yang di yakininya.
Kira-kita amalan apa sih, yang harus di lakukan agar pengahasilan keluarganya
sesuai yang di harapkan, agar Usman bisa punya usaha sendiri, agar Usman bisa
punya Asset, dimana Asset tersebut tiap bulannya bisa menghasilkan Rp 3 Juta
bersih. Terus Usman bisa meng-Umrohkan dan meng-Hajikan keluarganya dan
keluarga istrinya. Usman bisa punya tiga ruko, dimana satu ruko di hibahkan ke
panti asuhan atau yang menbutuhkan. Punya sawah 4 petak, yang satu petak juga
di hibahkan.
Usman
juga Punya Impian, anaknya belajar di Darul Qur’an, supaya motivasinya kuat untuk
Sholat tepat pada waktunya dan sudah berada di Masjid, minimal 5 menit sebelum
Adzan berkumandang.
Menurut
Usman, ini amalan yang berat, tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi
amalan ini harus di latih dan di perjuangkan. Agar keluarga Usman tidak masuk Golongan “fawailullil mushalin,
Alladzina hum an shalaatihim saahuun”, maka celakalah golongan yang sholat,
yakni orang-orang yang menanggap remeh sholat mereka (QS Al-maun ).
Usman berpikir “ Yang sholat aja celaka Dunia
akhirat karena lalai, apalagi yang tidak Sholat.”
Usmna
berprinsip, dengan penghasilan 1-3 Juta, mewujudkan impian suatu yang mustahil,
tetapi tidak ada yang mustahil jika bersama Allah SWT. “Kata siapa Orang beriman miskin?,”
Kunci pertama, bagaimana kita di kenal dulu sama Allah SWT. Berubah
bersama Allah SWT, berat tetapi kita bisa,bila kita latih dari sekarang.
Ingat “Nothing free,
tidak ada yang gratis.” Kita harus Mujahadah, Bangun Malam
“Tahajud”, Sholat Subuh di Masjid, Dhuha, Sedekah setiap bulan minimal 10 %
dari penghasilan, Puasa Senin, kamis, shalawat minimal 100x setuap hari kepada
Nabi, Sholat tepat waktu, sayangi orang tua dan istri, lalu minta Doanya.
Baca
Surah Al-wa-qiah, Al-mulk, Ar-rahman, Al-kafh, Yasin, lakukan terus menerus.
datang ke Allah SWT, sampai Allah SWT mengenal kita. Ada yang melakukan sampai
6-7 Tahun, baru Dia menjadi pengusaha Sukses, memiliki Pabrik pengelolah Batu
Bara, dan beliau juga salah satu orang terkaya di Indonesia. Sholat Dhuhanya
rutin, minimal 8 rakaat, dimana setiap dua rakaat salam. Puasa sunahnya tetap
Jalan.
Jika
kita bertaqwa kepada Allah maka akan di beri 3 jaminan (Qs Al-Thalaq 2-3) :
1. Diberi
solusi atau jalan keluar dari setiap masalah.
2. Diberi
rezeki yang tidak di sangka-sangka
3. Di
cukupkan keperluannya.
Jika Engkau bersama Allah, Semua akan
tunduk Padamu !
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api !
jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim !”
(QS. Al-Anbiya’ (21):69
Ayat ini mengingatkan pada kisah Nabi
Ibrahim as. Ketika Namrud memerintahkan pasukannya untuk meletakkan Ibrahim
ditengah api yang menyala-nyala, namun seketika api itu menjadi sejuk atas
kehendak Allah SWT.
Ayat ini dan banyak contoh dalam
ayat-ayat yang lain memberi pelajaran kepada kita bahwa apabila kita bersama
Allah maka segala sesuatu akan Allah tundukkan dihadapan kita.
Jangan
pernah melihat seberapa besar masalah kita, jangan pernah khawatir dengan
rumitnyaProblem yang kita hadapi, tapi ingatlah kita sedang bersama siapa !
Ketika
kita bersama Allah, maka segala permasalahan akan terselesaikan. Maka tidak ada
kata cemas dan takut bila kita selalu bersama Sang Pemilik Alam Semesta.
Ada yang bilang, “Ibadah - Ibadah Aja, jangan minta –minta sama Allah, itu namanya tidak
ikhlas. Logika Usmanpun berpikir seperti ini, Apakah orang baru mabuk lalu memperkosa orang, setelah memperkosa Ia
membunuhnya. Setelah itu orang tersebut berdoa, meminta kepada Allah.
Pertanyaannya apakah Orang tersebut boleh meminta atau berdoa ?. Jawabannya
pasti Boleh. Terus kenapa yang beribadah lalu berdoa, meminta kepada Allah
di katakana tidak ikhlas ?.
Semangkin kita banyak meminta,semangkin
Senang Allah. Itu tandanya kita percaya atau beriman. Semua Ibadah yang kita
lalukan tentunya karena Allah, setelah itu kita berdoa, meminta kepada Allah ,
karena begitu banyak fadhilah yang di janjikan oleh Allah jika kita melakukan
amalan-amalan tersebut.
Jika kita tidak mememinta kepada Allah,
terus kepada siapa kita mengadu dan meminta ?
Kalau kita tidak memikirkan bagaimana
menjadi pengusaha,bagaimana menjadi pemimpin, baik pemimpin perusahaan swasta
atau pemerintah. Maka orang lain akan memikirkan ini. Jangan memusuhi Impian,
Jangan memusuhi keinginan, bersahabatlah dengan keinginan dan impian, bawa ke
Allah dan teruslah bergerak. Allah ada, kita harus mengandalkan Allah, hingga
Allah memberikan jalannya.
Motivasi inilah yang
membuat Usman, mau berlatih dan memperjuangkan sholat tepat waktu. Dari pada
hidup di Dunia selalu banyak masalah,
yang tidak cepat mendapat solusinya. Dari pada hidup di Dunia selalu kurang dan Rugi. Dari pada hidup di Dunia,
selalu ter-zalimi dengan aturan-aturan yang ada, baik aturan dari perusahaan
dan sebagainya.
Sehubungan
Usman mempunyai prinsip, “ Bahwa seorang
Pempimpin itu, bukan hanya sekedar menggerakkan team mengejar target. Bahwa
seorang Pemimpin itu, bukan hanya
sekedar adil dan bijaksana. Tetapi seorang Pemimpin, di amanahkan juga
bagaimana nilai-nilai ajaran agama di sampaikan dan di tegakkan. Bagaimana nilai-nilai ajaran
agama di perjuangkan untuk di amalkan. Maka Usman mencoba mencoba
men-sosialisasikan kepada Teamnya, apa itu Sholat tepat waktu, apa itu fadhilah
sholat Dhuha, Apa itu fadhilah sedekah ekstrim, fadhilah ikut majelis taklim
dan sebagainya.
Sebelumnya,
Sewaktu Usman masih di Lhokseumawe Aceh, dimana posisinya masih sebagai staff,
Usman tetap menghimbau, memotivasi Pemimpin dan teman-temannya untuk sholat tepat pada waktunya. Ada yang mau
mengamalkan, ada yang tidak sanggup. Ada yang mengamalkan hanya 3 hari,
hari ke 4 tidak mengamalkan.
Usmanpun
memutar Otak mencari cara agar teman-temannya termotivasi beribadah. Maka Usman
mendatangkan Ustad kekantornya. Sehubungan setiap bulannya, ada program
pengajian, dan Usman di tunjuk sebagai Ketua Pengajian. Namun cara ini juga belum mampu membuat teman-temannya sanggup dan
termotivasi untuk segera sholat begitu masuk waktunya.
Sewaktu Usman menjadi Penanggung jawab atau
Pimpinan di Padang, setiap hari Jum’at , mengimbau karyawannya untuk
bersedekah. Di ambilah plastik berwarna hitam, lalu di mintakan sedekah per
karyawan se-iklasnya.
.
Setelah sedekah ini terkumpul minimal Rp. 200.000,- Usman dan teamnya akan
pergi ke panti asuhan di sekitar kota Padang. Di beli beras dan bahan makanan
lalu di serahkan ke panti asuhan. Adapun motivasi yang selalu Usman ingatkankan
kepada karyawan agar bersedekah yaitu:
1.
Jika
ingin hidup berubah, baik Muslim maupun non Muslim. Ingin usahanya lancar, ingin menikah, ingin punya
anak keturunan. Praktekkan sedekah ekstrim. Maksudnya sedekah minimal satu
bulan gaji. Contoh , ingin dapat jodoh, lalu sedekah Rp.100 ribu. Ya susah,
lambat dapat jodohnya keburu umur 40 tahun, apalagi umurnya sudah tua atau
sudah diatas 30an. Hitung-hitungan dong,
Jodoh kitakan harganya tidak terhingga , masak Cuma di pancing sedekah Rp.100
Ribu ?. Kita harus tega, kata Usman, Jika kita tidak tega sedekah ekstrim, maka
hidup kita tidak akan berubah. Banyak buktinya, sekarang tinggal kita yang
mempraktekkan dan jadilah bukti untuk memotivasi sesama. Dengan program sedekah ini, Usman berhasil
memotivasi karyawannya yang belum dapat jodoh untuk bersedekah satu bulan gaji
karena Allah SWT, lalu berdoa meminta Jodoh. Dan allhamdulilah, karyawannya
mau, lalu mereka ke panti asuhan membeli bahan makanan. Sebulan setelah itu ,
karyawannya menemukan Jodohnya, tiga bulan kemudian mereka menikah.
2.
Orang islam itu wajib kaya. Orang miskin bisa
berdzikir, tetapi tidak bisa membiayai majelis dzikir. Orang miskin bisa haji,
tetapi tidak bisa menaikkan haji orang Lain. Jangan takut menjadi Kaya, jadikan
kekayaan itu ,sebab kita cepat masuk kedalam surga. Pendahulu kita juga seorang
triliuner seperti Nabi Muhammad SAW. Pada usia 25 Tahun, sudah mempunyai asset,
mencapai Triliunan dari hasil berdagangnya semenjak usia 12 tahun. Saat melamar
khadijah, Mas kawinnya 25 ekor Unta setara 200 jutaan. Sahabat Nabi lainnya pun
juga seorang Milyader , Usman Bin Affan, Thalhah ibn Ubaydillah, Az- Zubayr ibn
al-Awwam, Abdurrahman ibn Awf, Sa’d ibn Waqqash dan sebagainya. Mereka
bersedekah ekstrim, mereka bersedekah sampai tubuh bergetar, sampai malaikat
pun gemetar mencatat sedekah mereka.
3.
Tidaklah
seorang mayit menyebutkan “sedekah” kecuali karena Dia melihat besarnya pahala
dan imbas baiknya setelah Dia meninggal.”
4.
Bersedekahlah,
atas nama orang-orang yang sudah meninggal Dunia diantara kalian, karena
sesungguhnya mereka sangat berharap kembali ke Dunia untuk bisa bersedekah dan
beramal sholeh, maka wujudkannya harapan mereka.
5.
Kesempatan
terbaiknya dan pahalanya sangat besar yaitu sedekah ketika kita lagi sehat,
ketika posisi kita lagi kekurangan atau takut Miskin .
Amalan-amalan
yang di lakukan Usman di lakukan karena Allah SWT, lalu Usman berdoa, memohon,
meminta kepada-Nya. Menurut Gurunya USman, “Bahwa
Impian itu dengan Izin Allah , Ga ada Limit/Batas”. “ Jangan Memusuhi impian,
Jangan Memusuhi keinginan, Bersahabatlah dengan keinginan dan impian. Bawa ke
Allah dan teruslah bergerak Jika kita tidak memikirkan, bagaimana menjadi
Pengusaha,maka orang lain yang akan memikirkan ini .”
Ketika
Usman berusaha memotivasi sesama melakukan yang baik-baik , agar di berkahi
yang Maha kuasa. Bukan berarti dalam perjalanan itu tidak ada hambatan. Tetapi
Usman yakin selalu ada keberkahan bagi yang percaya akan Kuasa-Nya.
Contohnya
, Usman telah bersosilisasi manfaat sholat Dhuha, lalu mencoba mengarahkan
karyawannya sholat Dhuha dengan membuatkan
absen sholat Dhuha. Ketika di kontrol terus menerus, mereka mau sholat
Dhuha. Ketika tidak di kontrol, merekapun meninggal amalan sholat Dhuha yang
cuma 5 menit di pagi hari.
Padahal mereka sanggup
berjam-jam melototi HP mereka. Tetapi untuk sholat
Dhuha yang hanya 5 menit, dimana Usman menyarankan untuk sholat Dhuha setelah
briefing. Itu pun mereka tidak sanggup.
Ketika mereka duduk-duduk di belakang, lalu
Usman pergi kebelakang dan masuk ke kamar mandi. “Mereka berpikir, Pasti Si Bos
akan mengajak sholat Dhuha”, Lalu ketika keluar dari kamar mandi hanya satu-dua
orang yang bertahan di belakang yang lainnya lari kedepan, menghindari disuruh
sholat Dhuha.
Begitu
juga ketika Adzan berkumandang, lalu Usman masuk kekamar mandi, maka ada saja karyawan
yang hilang. Yang lebih parahnya lagi. Ketika berada di depan kantor, lalu di
panggil karyawan tersebut oleh Usman, untuk menemani Sholat berjamaah. Setelah di tunggu-tunggu,
tenyata tetap bertahan di depan kantor.
Dalam
hal ini , Usman tidak marah, dan tetap melaksanakan sholat walau sendiri. Karena Usman tau, bahwa tugas manusia
hanya mengajak, sedangkan yang memberi Hidayah adalah Allah SWT.
Menurut fakta
dilapangan, ada orang yang ketika di
ajak , di nasehati untuk sholat , Dia merasa Mual seperti mau muntah, merasa
benci kepada yang menasehatinya.
Beradasarkan
pengalaman ini, Usman berpikir, lebih baik banyak-banyak memperbaiki diri saja,
sehingga bisa tetap istiqomah mengamalkan ajaran agamanya dengan baik. Kita mengajak orang, bukan untuk merubah
orang itu. Kita mengajak sesama, agar hidup kita , amal kita lebih baik.
Usman berprinsip dalam
men-sosialisasikan program sholat tepat waktu, Dhuha, Sedekah dan amalan
lainnya tidak boleh kecewa. Karena tidak semua orang yang mampu memperjuangkan
dan melatih amalan tersebut untuk di terapkan di kehidupan di Dunia yang
sementara ini.
Ketika memimpin, terkadang ada
perasaan lelah, perasaan ingin menyerah. Perasaan ingin keluar dari perusahaan.
Motivasi
ini yang terkadang di baca Usman ketika dirinya lemah :
1. Jika
Anda di titipakn Amanah, itu artinya Allah masih percaya kepada Anda. Karena
persoalan itu hanya Anda yang mempu menuntaskannya, orang lain tidak sanggup.
2. Hidup
tanpa tantangan berarti hidup Anda, tidak di persiapkan oleh Tuhan, untuk besar,
untuk bermanfaat bagi sesama. Agar sukses bersama tantangan, kuncinya ,
dekatkanlah diri dengan permberi tantangan “Tuhan”.
3. Jangan
tertekan dengan pikiran. Dengan pekerjaan. Harus pandai-pandai membahagiakan
diri. Jangan lupa bahagia. Kita harus mendampingi anak dan istri liburan,
bermain dan sebagainya. Masak kita tertekan dengan pekerjaan , memang kita di
gaji berapa.
4. Yang
lagi berjuang bukan Anda saja. Semua orang lagi berjuang mencari nafkah, lihat
tukang becak, tukang sampah , dan sebagainya.
5. Semangkin
tinggi jabatannya, semangkin tinggi masalah yang di hadapi. Usman merasa kagum
terhadap Pemimpin yang telah melalui masa kepemimpinannya dengan amanah.
6. Suara
hati yang baik itu adalah suara Tuhan. Jika kita memiliki impian kecil, lalu
ada suara yang berkata, berpikir besar dan bercita-cita tinggilah. Itu adalah
suara Tuhan.
7. Ketika
ada rasa lelah dan malas, pikiran mengganggu. Tidak kuat bangun untuk sholat
subuh di Masjid, selalu ucapkan dalam
hati ” istiqfar (astaqfirullah hal Adzim) , sholawat (Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa’ala ali Muhammad) dan mengucapkan laa haula wala quwwata illa
billah.”
8. Nothing
imposible with Allah.
9. Harus
merasa di rahmati, diberi kekuatan dan di beri kelimpahan oleh Allah.
10. Coba
katakana pada diri Anda “ Bagaimana jika doa Anda, terkabul.”
11. Harus
punya Asset yang berkah, sebelum Dunia berserta isinya mendzalimi Anda.
12. Kita
sedang bermain dalam kompetisi, untuk mendapatkan hadiah. Jika kita menyerah
hadiah itu akan di ambil orang lain.
13. Tidak
selayaknya Anda mengharapkan Surga dengan cara menghindarkan diri atau
melarikan diri dari sebuah tugas dan perjuangan.
14. Harapan
sang Khalik , Anda Berhasil.
15. Agar
Team sukses, Buat rencana kerja esok hari. Pada pagi hari rencana kerja
tersebut dikerjakan sebaik-baiknya. Ketika senja tiba setiap orang,
mengevaluasi kembali apa yang sudah dan belum di kerjakan.
16. Tugas
manusia sebagai khalifah untuk mencapai misi, rahmatan lil alamin.
Inilah
yang dilakukan Usman untuk menyemangati dirinya ketika menjadi Pimpinan.
Menurut Usman, dalam memimpin tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.
Apalagi metode yang di gunakan dalam
memimpin dengan pendekatan dari hati ke hati. Yang tentunya perlu proses. Dan
dalam proses ini ada karyawan yang langsung mengerti suara hati dari pimpinannya,
sehingga tidak perlu di bimbing terus menerus dalam mengerjakan pekerjaanya.
Tidak perlu terus menerus di nasehati agar datang dan pulang sesuai jadwal. Tidak
perlu terus menerus di motivasi, agar beribadah yang benar. Sehingga karyawan
tersebut bisa menunjukkan kinerja yang positif dan hasil yang memuaskan sesuai
harapan manajemen.
Ada karyawan yang terkesan menguji
kesabaran Pemimpinnya. Sudah di nasehati, di motivasi tetapi tetap tidak
menunjukkan perubahan. Dalam hal ini Usman berpikir, inilah kehidupan, tidak
semua yang kita anggap baik dapat di terima dan di jalankan oleh setiap
Manusia.
Untuk
itu Usman berkesimpulan, Hidayah dan Taufiq datangnya dari Allah SWT, tugas Manusia
hanya menyampaikan. Sehingga Manusia tidak boleh kecewa jika yang di sampaikan
tidak dilaksanakan dan di ikuti dengan baik. Sehubung kita yang memberi nasehat
dan motivasi, maka seharusnyalah kita yang lebih banyak memperbaiki diri.
Duka yang di alami keluarga Pak Umar
Saragih masih terasa sampai di bulan Juni 2018, sehubungan Habsyi anak kedua
dari Keluarga Pak Umar Saragih telah berubah menjadi Monter karena Narkoba.
Sampai bulan Juni 2018 , Habsyi masih berada di sekitaran Kampung Ladangan
tanpa pengobatan yang intensif atau di rehabilitasi.
Kabar
terbaru Habsyi tidak tinggal lagi di sekitaran kantor Kepala Desa. Habsyi di
usir. Dan pada bulan Juni 2018 , terdengar Habsyi tinggal di sekitaran Rumah Keluarga Pak Umar
Saragih. Habsyi tinggal di luar. Dengan modal beberapa seng, Habsyi membuat
tempat tinggalnya sendiri. Cukup sedih melihat keadaan Habsyi seperti ini, tapi
tidak ada pilihan lain. Terpaksa Habsyi di larang tinggal di dalam rumah, di
khawatirkan akan timbul di pemikiran Hasbyi untuk menghancurkan rumah. Adapun
sebelumnya, sebab Hasbyi diputuskan untuk tinggal di sekitaran kantor Kepala
Desa karena Habsyi membongkar teras rumah Kakeknya.
Keluarga Pak Umar Saragih tetap tidak
tega mengusir anaknya “Habsyi”. Tetap di biarkan anaknya melakukan aktifitas di
sekitaran rumah. Dan tetap anaknya” Habsyi” di beri makan tanpa ada perasaan
dendam dan benci.
Usman sebagai anak pertama, sampai di
bulan Juni 2018 masih tetap berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membantu
perekonomian orang tuanya, sehingga bisa mengobati Habsyi lebih fokus dan
sungguh-sungguh. Walau posisi Usman masih sebagai Pemimpin di Lembaga keuangan
Swasta, pengahasilan masih terbilang Pas-Pasan. Dari penghasilan ini Usman,
masih bisa berbagi rezeki dengan tetap mengirim ke orang tuanya, maksimal Rp.300.000,-
per bulan.
Padahal
semenjak Usman tamat Sekolah Pelayaran Padang, Usman berharap segera
menyelesaikan ujian Negaranya lalu menjadi Pelaut. Dengan menjadi Pelaut Usman
berharap menjadi orang kaya yang berkah untuk membantu perekonomian keluarga
dan Masyarakat yang membutuhkan.Namun Impian ini gagal.
Usmanpun bekerja di Bandara Tabing lalu
pindah ke Bandara Internasional Minang kabau Padang.Usman berpikiran dengan
bekerja di sini pengahasilannya bisa mewujudkan Impiannya, ternyata setelah 7
tahun mengabdi, status Usman masih Outsourcing . Namun Usman tetap beryukur dan
semangat. Di tengah – tengah kesibukkan Usman sebagai Karyawan Bandara untuk
mewujudkan impiannya, Usman ikut Bisnis
MLM, ternyata untuk mendapatkan penghasilan tambahan Rp.100.000,- perbulan
cukup susah. Prinsip pengashilan di Bisnis MLM, ada omset ada penghasilan.
Walau penghasilan Usman sekedar cukup
untuk hidup sederhana. Usman masih mempunyai Impian menjadi salah satu Jutawan
di Indonesia. Sehingga Usman bisa mewujudkan daftar impiannya, yang sudah di
tulis sejak beberapa tahun yang lalu. Dan bisa mengobati Hasbyi dengan
Intensif.
Adapun Impian Usman sebagai berikut :
1. Menikah
( Sudah terwujud)
2. Umrah
dan Haji, kedua orang tua dan orang tua istri ( Belum terwujud)
3. Punya
Usaha Sendiri.Punya supermarket, punya ruko, punya sawah, punya kebun kelapa
sawit dan karet. Hasilnya bagi dua sama
Allah SWT. Contoh Hasil kebun sawit 8 juta perbulan, maka separuhnya untuk
sesama yang membutuhkan.Amin ( Belum terwujud)
Untuk
itu wahai generasi muda Bangsa, baik dari keluarga Kaya atau Miskin. Jangan coba-coba
mengkonsumsi Narkoba. Dari cerita keluarga Pak Umar Saragih, bahwa akibat
Narkoba bukan hanya sekedar masuk penjara. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita
akan berubah menjadi Monster karena
Narkoba. Untuk itu nyatakan , “PERANG MELAWAN NARKOBA”. Saling perduli,
saling mendukung, saling melaporkan. Jika ada di lingkungan kita yang memakai Narkoba,apalagi
sebagai pengedar. Ayo Kita jaga Indonesia dari pengaruh Narkoba.
6 Komentar
Jika kita mengalami ini dikehidupan kita, bagaimana kira-kira psilogi kita. Dimana Anak kita sendiri,setiap waktu bisa berubah menakutkan.
BalasHapusjika Keluarga kita berada dalam kondisi ini , bagaimana ya ? tentunta hidup kita 24 jam dalam ketakutan. untuk wahai saudara ku, janganlah terpengaruh untuk menjadi kaki tangan pengedaran narkoba. di tahun 2020 terungkap, keuntungan dari pengedaran narkoba untuk pembiayaan terorisme. sadar dan waspadalah.
BalasHapusmasyallah, sungguh memperihatinkan dan membahayakan akibat dari narkoba, benar-benar merusak otak atau akal sehat, yang ada imajinasi menghancurkan yang terjadi dalam cerita nyata ini. mari nyatakan perang terhadap Narkoba, agar anak bangsa tidak ada lagi yang menjadi korban.
BalasHapuskutipan yang menarik dari tulisan ini
BalasHapusUntuk itu wahai generasi muda Bangsa, baik dari keluarga Kaya atau Miskin. Jangan coba-coba mengkonsumsi Narkoba. Dari cerita keluarga Pak Umar Saragih, bahwa akibat Narkoba bukan hanya sekedar masuk penjara. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita akan berubah menjadi Monster karena Narkoba. Untuk itu nyatakan , “PERANG MELAWAN NARKOBA”. Saling perduli, saling mendukung, saling melaporkan. Jika ada di lingkungan kita yang memakai Narkoba,apalagi sebagai pengedar. Ayo Kita jaga Indonesia dari pengaruh Narkoba.
Narkoba akibat yang di timbulkan cukup merusak keluarga
BalasHapusKetika membaca kisah nyata ini, kembali ikut prihatin dan sedih. Semoga yang bersangkutan bisa di bantu di rehabilitasi.
BalasHapus