Advertisement

Responsive Advertisement

NARKOBA MENJADIKAN PENGGUNANYA MONSTER YANG MENCEKAM " KISAH NYATA"

 NONFIKSI

---------------TRUE STORY----------------------------

NARKOBA MENJADIKAN PENGGUNANYA

  MONSTER

YANG 

MENCEKAM

 

 

 

 

 

 

 

 



  ----------------------------------------------------------------------


“CATATAN KECIL”

 

Ada Pernyataan “ Dari Sisi Pasar, Buku-Buku Bertema Narkoba, Kurang Di Minati Pasar”

Hanya Sekedar Curhat, Dimana Menurut Saya Hal Ini Bertolak Belakang Dengan Misi Saya Menyelesaikan Naskah/Buku/Novel Non-Fiksi ini.

Adapun Harapan Saya Jika Buku Ini Terbit , Dapat Meng-Edukasi Masyarakat/Aparat Pemerintah/Bangsa Indonesia Khususnya. Bahwa Akibat Dari Memakai Narkoba Bukan Hanya Masuk Penjara Atau Di Rehabilitasi. Namun Lebih Dari Itu, Dalam Arti Kata Narkoba Membuat Pemakai Menjadi Monster yang mencekam Di Keluarga Dan Lingkungannya.

Dengan Membaca Cerita Buku Ini, Masyarakat/Aparat Pemerintah/Bangsa Indonesia Khususnya, Menjadi Paham, Akibat Buruk Dari Memasarkan Atau Memakai Narkoba. Bisa Memiskinkan Keluarga Dan Negara, Bisa Membuat Kekacauan Di Masyarakat Karena Hilangnya Rasa Takut, Rasa Mengerti, Rasa Kasih Sayang. Dapat Merusak Keharmonisan, Ketenangan Keluarga.

Baru-Baru Ini Terungkap Anak Bangsa Memakai Dan Mengedarkan Narkoba. Seakan-Akan Mereka Tidak Mengetahui , Menganggap sepele, Apa Yang Mereka Edarkan Atau Yang Mereka Konsumsi. Dan Bulan Maret 2019 di Padang TV, juga di informasikan, Anak di bawah umur di jadikan jaringan untuk menjual Narkoba.

Mereka Mengedarkan Dan Memakai Narkoba Begitu Semangat. Seakan-Akan Mereka Mengedarkan Suplemen Kesehatan.

Dengan Adanya Buku Ini Semoga Paradigma Bangsa Kita Indonesia Dan Dunia Berubah, Bahwa Narkoba Adalah Ancaman Serius.

Adapun Naskah ini selesai di buat oleh Penulis pada 23 Januari 2019 Di Padang, Sumatera Barat.

Di putuskan tanggal 07 November 2020  di Posting di Blogger.

Terima kasih

Penulis

 

 

Dani Jahari Saragih


  ----------------------------------------------------------------------


Terlampir Chating dan Photo-Photo Penghancuran Rumah









































MASJID AGUNG BAITURRAHMAN LHOKSEUMAWE






















TERAS RUMAH SEBELUM  DI HANCURKAN











 




Lokasi RukyahPertama di Tebing Tinggi   dan  Rukyah ke Dua dengan Ustad berbeda



      Tidur di Masjid menuju  Medan Setelah di Rukyah




Asrama Haji Medan menuju Rumah Sakit Jiwa. Begitu tiba dan mengisi administrasi, yang bersangkutan kabur. Besok paginya sudah sampai Kampung halaman, dan siap-siap menghancurkan kamar mandi






                            RUMAH YANG DIHANCURKAN RATA DENGAN TANAH 









    









Untuk itu wahai generasi muda Bangsa, baik dari keluarga Kaya atau Miskin. Jangan coba-coba mengkonsumsi Narkoba. Dari cerita keluarga Pak Umar Saragih, bahwa akibat Narkoba bukan hanya sekedar masuk penjara. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita akan berubah  menjadi Monster karena Narkoba. Untuk itu nyatakan , “PERANG MELAWAN NARKOBA”. Saling perduli, saling mendukung, saling melaporkan. Jika ada di lingkungan kita yang memakai Narkoba,apalagi sebagai pengedar. Ayo Kita jaga Indonesia dari pengaruh Narkoba.

 Dan Usman juga pernah mendengar di Televisi,  ada 2 kemungkinan yang akan terjadi pada pecandu Narkoba “ Sembuh atau Gila”.

Namun generasi sekarang ada yang mengangap Narkoba sejenis suplemen kesehatan yang bisa membuatnya sehat, tidak mudah capek, rajin bekerja,  bisa membuatnya tenang dari Stress, mudah bergaul dan banyak relasi. Mereka mengkosumsi Narkoba seperti minum susu atau jamu. 



Bulan Nopember 2015, Usman sebagai anak pertama dari empat bersaudara, keluarga Bapak Umar Saragih mendapat informasi melalui BBM ( Blackberry massanger), dari Al yang merupakan anak ketiga. Bahwa kolam ikan lele yang baru di buat oleh Al dengan uang pinjaman di hancurkan oleh Habsyi. Proses penghancurannya dari jam 12 malam sampai dengan jam 03 pagi.

Adapun alat yang di gunakan untuk menghancurkan adalah anak batu dari gilingan cabe.

“ Habsyi, apa yang kamu lakukan Nak ?” tanya Mamak Habsyi dengan suara lembutnya, sambil menangis .

“Diam Kau, Setan gundul !” teriak Habsyi dari dalam kolam sambil melotot dan memegang batu.

“Habsyi sadar Nak, itu kolam Adikmu yang sebentar lagi panen, jangan Kau hancurkan !” teriak Pak Umar bantu sadarkan Habsyi.

“Kau lagi, baru saja  meninggal Dunia sudah berani melarang Aku, pergi sana!” teriak Habsyi tanpa beban.

Mendengar itu, Pak Umar sempat menelan ludah dan berusaha memberanikan diri melarang anaknya, walau sebetulnya hatinya  gemetar takut.

“ Bang, setelah  ikannya panen, Aku janji akan pergi dari kampung ini, cari kerjaan ” sambung Al menyakinkan, agar Abangnya tidak merusak kolamnya.

“Abang sakit apa sih, kasiani-lah kami ” teriak Yani geram.

Yani merupakan anak ke empat dari keluarga Bapak Umar Saragih.

“ Diam ! Ku tumbokkan nanti Kau, anak kecil ikut campur pula ” jawab Habsyi berang sambil melotot matanya.

Mata Yani merebak basah, rasanya Dia ingin lompat menerkam lalu mengikat Abangnya. Tapi apa daya, Yani hanya seorang gadis kecil yang tidak mempunyai tenaga seperti lelaki pemberani.

Pembujukan terus di lakukan, agar Habsyi terketuk hatinya. Keluarga Bapak Umar Saragih pun tidak bisa berbuat apa-apa karena takut. Merekapun mencoba meminta bantuan Keplor (kepala lorong) yang rumahnya hanya berjarak 7 meter.

“Ilham tolonglah kami. Si Habsyi ngamuk, sekarang lagi ngancurkan kolam adiknya ” tutur Pak Umar dengan mata berkaca-kaca.

“Coba Bapak pikir sendiri, bagaimana caranya kita  menghentikan  Habsyi  ?”  Keplor malah bertanya dengan pandangan bingung.

“ Tali sudah Saya siapkan, nanti Saya yang menerkamnya. Setelah itu tolong bantu ikat ” ungkap Pak Umar.

“ Ah, nggak berani Aku Pak Umar. Nanti kalau Habsyi memukul Aku gimana.  Nanti kalau Dia dendam sama Aku gimana. Ini urusan keluarga Pak Umar lah, minta tolong aja sama Adik istri Pak Umar , yang ada di Padang, diskusikan sama mereka.”  tutur Keplor dengan wajah menyiratkan keseriusan.

Lidah Pak Umar langsung kelu, rencana yang di susun untuk mengikat Anaknya, mendadak rontok. Tidak ada satupun warga kampung yang mau membantu menghentikan Habsyi. Pak Umar jadi beranggapan bahwa warga kampung, khususnya tetangganya senang jika Anaknya mengahancurkan rumah dan hartanya.

Apa salahnya membantu mengikat Habsyi, setelah di ikat berarti membantu keluarga Pak Umar untuk mengobati anaknya. Anaknya bisa di suruh minum obat dengan rutin, karena posisinya terikat. Karena Habsyi, jika di ajak ngomong, masih bisa berbicara dengan normal dan terkadang lebih pandai dari pada lawan bicaranya. Jika diajak bicara maka Habsyi sanggup untuk terus-menerus bercerita tanpa henti dan tanpa mengenal waktu.

Reaksi penduduk di  kampung Ladangan, bisa di bilang sama seperti respon dari Keplor. Mereka takut yang tidak beralasan kepada Habsyi. Takut kalau ikut campur penghancuran yang di lakukan Habsyi akan di terror, seperti di lempari batu dan lain-lain.

Padahal mereka belum mencoba  membantu keluarga Pak Umar Saragih untuk mengikat si Habsyi ketika ngamuk. Tetapi mereka sudah berpikiran seperti itu. Lagi pula penduduk di kampung tersebut bukan cuma satu atau dua orang. Penduduk di kampung tersebut cukup ramai, karena umumnya pensiunan dari PTPN (PT. Perkebunan Nusantara ) .

Ada yang beranggapan kalau Habsyi itu di guna-gunai orang, sehingga didalam diri Habsyi ada pekong yang bersemayam. Sehingga kerjaan nya membangun sesuatu, lalu tidak berapa lama di hancurkan.

Dan ada juga yang beranggapan Habsyi seperti orang yang terkena ganguan system syaraf, sehingga kesadarannya tidak stabil. Setiap jam 12 malam selalu keluar rumah untuk, menghancurkan, membersihkan apa yang menurutnya harus di hancurkan dan di bersihkan.Padahal yang dihancurkan , dibangun dengan biaya yang mahal.

Sebelum melakukan, apa yang Habsyi inginkan. Habsyi terlebih dahulu membeli rokok sebatang dengan menggunakan Sepeda Motor. Dimana Sepeda motor  di serahkan sepenuhnya ke Habsyi , karena Keluarga Pak Umar,  nggak mau ribut-ribut.

Dalam hal ini Pak Umar “ mengalah”,  kalau mau pergi kerja selalu naik sepeda. Pekerjaan Pak Umar adalah montir di bengkel sepeda motor milik orang lain.Bergaji Rp 50.000,- per hari. Sedangkan pekerjaan Bu Umar selain sebagai Ibu rumah tangga, Bu Umar juga bekerja di Sungai dengan memecahkan batu dengan Martil.

Rumah keluarga Pak Umar Saragih berada di dataran tinggi. Lebih kurang 7 meter dari permukaan Sungai. Untuk menuju Sungai bisa di tempuh dengan berjalan kaki dalam waktu 5 menit. Penduduk asli Desa Ladangan, sebagian mencari nafkah di Sungai. Ada  yang bekerja mengambil batu-batu dari dalam Sungai, lalu di letakkan ke dalam Sampan. Setelah penuh, batu-batu itu, di bawa kedaratan. Ada juga yang bekerja, mengangkat batu-batu itu ke dalam Truk.

 Sehubungan ada permintaan dari konsumen “batu yang telah di pecahkan”, maka Bu Umar mengambil bagian untuk memecahkan batu dengan Martil. Kedengarannya pekerjaan ini sederhana, namun pekerjaan ini cukup menguras tenaga. Hal ini di lakukan Bu Umar, demi membatu keuangan keluarga. Apalagi Anaknya yang ke 4 masih bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ). Di tambah lagi, Habsyi yang penyakitnya belum diketahui pasti apa penyebabnya.

Nama Sungai, tempat Bu Umar bekerja adalah Batu Nongol. Dimana pada hari Libur , Sungai ini cukup ramai di kunjungi Masyarakat. Baik Masyarakat di sekitaran kecamatan Sipispis maupun dari Masyarakat dari luar. Sungai ini bisa di bilang tidak terlalu dalam karena batu dan pasirnya sudah sering di ambil untuk di jual.

Seiring mangkin ramainya Masyarakat berkunjung di Sungai ini. Maka Sungai ini di buat seindah mungkin. Ada Pondok khusus untuk grup musik dan penyanyinya, sehingga dapat memberikan hiburan dengan baik kepada pengunjung. Ada juga Pondok–Pondok untuk berteduh Wisatawan.

Untuk Wisatawan dari Kota yang ingin bertamasya ke Pemandian Sungai Batu Nongol, maka akan melalui kebun-kebun sawit dan karet yang begitu luas.

Kesan yang di dapat ketika menuju lokasi Pemandian Natu Nongol, “Sejuk, Nyaman, Aman, dan Jauh dari keributan”. Dilokasi Pemandian ini juga ada petugas khusus untuk mengawasi wisatawan yang lagi mandi. Jika wisatawan yang lagi mandi kelihatan di bawa arus atau tenggelam maka akan segera di tolong.

Dilokasi ini Pemandian ini, juga ada  Polisi yang di perbantukan untuk memberi keamanan dan kenyamanan Wisatawan yang sedang berwisata. Di setiap sudut pemandian Sungai Batu Nongol, ada tulisan yang menghimbau agar tidak mengkosumsi minuman keras, obat-obatan terlarang dan berbuat mesum. Dampak positif dengan adanya lokasi wisata Pemandian Sungai Batu Nongol ini, dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat di sekitaran Desa Ladangan. Apalagi sebagian Penduduk Desa Ladangan adalah pensiunan dari PTPN.

 Jalan menuju lokasi Pemandian Batu nongol, sudah ber-aspal. Terkadang jalan menuju Pemandian ini rusak, sehubungan banyak di lalui Truk-Truk pengangkut batu, sawit, cokelat maupun karet. Setelah rusak , tidak berapa lama, Jalan ini akan di aspal kembali.

Di Sungai inilah Bu Umar mencari penghasilan tambahan. Walau penghasilan yang di dapat tidak sebanding dengan tenaga yang di keluarkan. Dan Bu Umar dalam menjalani kehidupan ini, banyak sabarnya dari pada banyak menuntut.

 Pernah Sepeda Motor sudah di perbaiki bodinya dengan uang pinjaman, nggak berapa lama di hancurkan oleh Habsyi. Tetapi orang tua Habsyi tetap sabar. Dan Sepeda motor ini selalu di gunakan  Habsyi  ke Ladang.

          Kondisi Motor yang dipakai Habsyi

Sewaktu proses penghancuran kolam. Al pun mencoba meminta bantuan Polisi, tetapi usahanya gagal, karena polisi baru mau membantu jika ada intruksi dari Ibu Kepala Desa.

“Pak Polisi, tolong keluarga Saya. Abang Saya, Habsyi mengamuk. Tidak ada satu tetanggapun yang mau membantu menghalangi Habsyi menghancurkan kolam lele saya !” pinta Usman kepada Pak Polisi sambil mengeluarkan air mata.

“ Kami tidak bisa membantu sebelum ada intruksi dari Ibu Kepala Desa.” tutur Pak Polisi tenang tanpa beban.

“ Baiklah Pak. Saya akan segera ke Rumah Ibu Kepala Desa.” jawab Al.

 Perasaan Al benar-benar getir saat mendengar jawaban dari Pak Polisi.Rencananya menghalangi Habsyi menghancurkan kolam, mendadak rontok.

Al pun pergi ke rumah Ibu Kepala Desa yang jaraknya 8 Km dari kediaman keluarga Pak Umar Saragih. Sayangnya Ibu Kepala Desa tidak ada di rumah. Sesampainya Al ke rumah, kolam lelenya sudah hancur, ikan lelenya berserakan, orang tua Al sambil menangis mengutipi ikan lele yang berserakan. Tanpa ada merasa bersalah setelah misinya selesai, Habsyi pergi tidur dengan tenangnya.


Selama beberapa minggu orang tua Al, selalu  menangis mengingat kejadian ini. Tetapi keluarga Pak Umar Saragih  tetap dengan sabar merawat Habsyi dengan kasih sayang. Habsyi tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya, kakek yang sakit-sakitan, dan bersama Adik perempuan  yang masih sekolah di bangku SMK.

Bingung memang dengan gangguan yang di derita Habsyi. Kalau di katakana sakit jiwa, Dia masih mau pergi ke Ladang, membersihkan Ladang, dan memanen hasil sawit. Pernah Habsyi menanam pohon sawit di tanah rumah yang Habsyi hancurkan dulu. Setelah di tanam, Magribnya Habsyi bongkar dan dibawa lagi ke Ladang.

Terkadang timbul rasa kasihan di diri Habsyi ketika Mamaknya terlihat termenung. Dan malah menasehati Mamaknya supaya jangan banyak pikiran.

“ Untuk di ketahui ya Mak. Sejak saat ini, Aku tidak mau lagi mencuri dan main judi.” curhat Habsyi tenang.

“ Masak iya ?” jawab Mamak Habsyi antara percaya dan tidak.

“Iya, karena itu dosa dan bila Aku melakukannya, badanku sakit-sakit Mak.” jelas Habsyi.

“ Oh ya Mak, di Ladang banyak Jin. Ada Jin bodoh, yang mencabuti rumput untuk membersihkan Ladang. Ha…ha… sampai kapan Ladang itu bersih. Dasar Jin bodoh. Mak, kenapa ya, terkadang tangan dan kakiku putus , lalu meninggalkan Aku. rasanya sakit sekali. Begitu juga sewaktu Aku melihat kolam lele Al, dadaku sesak, susah bernafas, perutku seperti di isi  batu bata, tanganku seperti di lindas Traktor. Dan Aku melihat Nyiloro kidul berenang-berenang di kolam itu. Jin Langit teriak-teriak, menyuruh hancurkan kolam. Anak buah Jin langit menyerang Aku dengan bambu runcing. Setelah Ku hancurkan kolam itu , baru enakan badan Ku Mak.” cerita Habsyi dengan wajah menyiratkan keseriusan.



Mamak Habsyipun hanya bisa mendengarkan celotehan Anaknya dengan ikhlas tanpa membantah sedikitpun. Khawatir kalau di bantah, Habsyi akan mengamuk. Terkadang keluarga Pak Umar tidak sanggup untuk mendengarkan cerita Habsyi. Jika dilayani Habsyi bercerita, maka tidak akan diketahui kapan Habsyi akan mengakhiri ceritanya. Habsyi akan terus asik bercerita tanpa mengenal waktu.

                    


Jika Habsyi tidak ada uang, Habsyi pun berani menghutang untuk membeli rokok dan mengisi minyak Sepeda motornya. Dan yang di hutangi, anehnya percaya, karena  memang di bayar oleh Habsyi setelah  memanen hasil Ladangnya.

Terkadang habis memanen sawit, Habsyi juga men-traktir teman-temannya. Selain itu, Habsyi sering juga menelepon Pakleknya di Padang dan Abangnya di Lhokseumawe Aceh, meminta uang untuk membeli pupuk.


 Dalam pemikiran Usman, jika Habsyi  di gunai-gunai oleh orang.Seharusnya ganguan itu sudah hilang karena sudah berkali-kali di obati ke orang pintar  “Dukun”. Dan sudah  berobat juga  ke beberapa Ustad Ahli Rukyah. Dan Habsyi sendiri bisa membaca 3 ayat Al - quran yaitu surah Al-ikhlas, Al-falaq, An-nas. Lalu di hembuskan ke Air dan di minumnya atau setelah  membaca ayat tersebut di hembuskan ke telapak tangan dan di usapkan kedada  dan perut .

Seharusnya tubuh Habsyi bereaksi seperti orang kesakitan jika ada Jin yang bersarang di dalam tubuhnya. Seperti acara-acara pengenalan ilmu Rukyah di Televisi maupun di Youtube.

Pada akhir tahun 2015, Mamak Habsyi  memutuskan untuk  meminjam uang di Bank dengan menjaminkan surat tanah. Tanah tersebut luasnya 1 Hektar yang di tanami sawit. Pembayarannya lebih kurang Rp. 325.000,- perbulan. Hal ini dilakukan oleh Mamak Habsyi karena sayang dan perhatian sama anaknya “Habsyi”, dengan harapan anaknya sembuh.

“Mak, pinjamkanlah uang ke Bank untuk membangun kamar Ku, gantianlah ! Setahun yang lalu Bang Usman, Mamak izinkan meminjam uang untuk biaya pernikahannya. Aku janji membayar setiap bulannya dengan uang hasil panen sawit.” pinta Habsyi sambil mengisap sebatang rokok.

“Baiklah, minggu depan kita ke Bank.” jawab Mamak Habsyi.

Mamak Habsyi menyetujui, dikarenakan selama ini Habsyi  bicara juga normal, dan mau juga pergi ke Ladang. Tetapi ada keraguan dari Pak Umar, di khwatirkan si Habsyi cedera janji.

Adapun Lokasi pembangunan kamar yang di inginkan Habsyi yaitu di tanah bekas rumah keluarga Pak Umar Saragih yang telah di hancurkan Habsyi pada tahun 2006. Lokasi tanah ini , tepatnya di sebelah rumah kakeknya Habsyi. 

Adapun sejarah Habsyi mulai jiwanya tidak stabil, kelakuannya aneh, Dimulai  Pada tahun 2004. Habsyi merantau ke Medan, bekerja di pertenakan Ayam milik Mas Peno. Mas Peno cukup di kenal baik oleh Usman. Sehubungan Mas Peno dulunya bekerja di Bandara Internasional Minang Kabau, Padang.

Sudah cukup lama Mas Peno bekerja di Dunia penerbangan sebagai Staff Operation yang mengatur kesimbangan Pesawat. Statusnya di perusaahan sudah Pegawai tetap.

“ Usman. Mas mau resign ( keluar ) dari Bandara.” curhat Mas Peno kepada Usman.

“Loh Kenapa Mas. Posisi Mas kan sudah enak, bagaimana dengan Istri dan Anak-anak Mas nanti.” tanya  Usman bingung.

“Istri Sayakan juga kerja, di Bank lagi. Jadi Mas nggak khawatir.” jawab Mas Peno menyakinkan Usman.

“ Sayang loh Mas. Penghasilan Mas kan sudah besar. Di zaman sekarang ini ,untuk berpenghasilan 3-7 juta perbulan cukup susah Mas.” sambung Usman, agar Mas-nya tidak keluar dari Bandara.

“ Saya keluar dari Bandara, juga sudah restu istri. Saya di tawari menjadi Pimpinan perusahaan saudaranya di Medan, baru mau di buka. Usaha pertenakan Ayam mereka di Padang Sukses. Jadi mau buka cabang di Medan.” tutur Mas Peno menjelaskan.

“O, gitu ya Mas.” balas Usman ambil mengangguk.

“Yuk, ikut sama Mas, nanti Usman , Ku jadikan Asisten Mas.” bujuk Mas Peno ke Usman.

“ Wah, tapi Usman nggak berani Mas. Apalagi perusahaan ini baru di rintis di kota Medan. Tau lah kota Medan sangat ketat persaingannya, ” balas Usman ragu.

“Ah, apa yang di takuti. Kita coba aja dulu. Gajimu bisa 3 jutaan perbulannya.” seru Mas

 Peno memperngaruhi Usman.

“ Tetap nggak berani Aku Mas. Karena cari kerja susah. Sewaktu tamat sekolah, sudah Usman rasakan betapa sulitnya cari kerja.  Satu tahun Usman cari kerja, nggak dapat-dapat. Usman bisa kerja di Bandara sekarang karena Paklek Usman juga kerja di Bandara. Paklek-Usman  yang bantu.”  Usman mencurahkan pandangannya.

“ Ya udalah kalau Usman nggak mau. Nanti Mas cari yang lain aja.”balas Mas Peno kecewa.

“ Oh ya Mas. Kalau Adik Usman yang bekerja sama Mas, boleh ? ” tanya Usman berharap.

“ Dimana Adikmu sekarang ?” tanya Mas Peno.

“ Dia di Tebing Tinggi, Medan Mas. ” jawab Usman.

“ Wah, cocoklah itu. Bulan depan coba Usman telepon Dia. Kasih tau nomor telepon Mas, nanti kami jumpa aja di kota Medan.” ujar  Mas Peno.

“Oke lah Mas. Terima Kasih.” Balas Usman Semangat.



Setelah teras di hancurkan, Di sekitaran rumah di buat  perkarang seindah mungkin, tetapi cukup di sayangkan, tidak berapa lama  bangunan ini telah di hancurkan kembali.







Seiring waktu berjalan, ternyata usaha Mas Peno tidak bertahan lama. Lalu Habsyi pindah ke pekerjaan yang sama dimana pemiliknya adalah orang Cina. Setelah itu Habsyi berangkat ke Bengkulu bekerja di Hutan belantara untuk membuka lahan pekebunan. Ada indikasi Habsyi pindah kerja dari Medan ke Bengkulu karena berantam dengan pemilik pertenakan ayam.

“ Habsyi kenapa berhenti dari pekerjaan sebelumnya ?” tanya Usman, ketika Habsyi menelepon dan menyatakan tidak di Medan lagi.

“Aku merasa di zalimi oleh pemilik pertenakan ayam itu. Dan Aku melihat teman-temanku banyak juga mengeluh !” ujar Habsyi menyalahakan.

“ Entah siapa yang benar dan yang salah, hanya Tuhanlah yang tau.” guman Usman dalam Hati.

Sepulang nya Habsyi dari Bengkulu Pada tahun 2006 terlihat  tanda-tanda ketidak –normalannya. Habsyi dibawa pulang ke kampung oleh majikannya dengan mobil.


“ Bu, ini Habsyi kami kembalikan ! Adapun kondisinya sekarang seperti ini. Habsyi terkadang sering cerita tentang Jin, Surga dan Neraka. Sudah kami obati kemana-mana tetapi hasilnya belum kelihatan .” curhat Majikan Habsyi.

“ Mak, maafkan dosa-dosa Ku. Ada air sama baskom ?” tiba-tiba Habsyi ngomong ke Mamaknya sambil mencium tangan.

Lalu Bu Umar mengambilkan air yang telah di letakkan di dalam baskom (sejenis ember).

Setika itu juga, kaki  Bu Umar di basuh oleh Habsyi.

“ Iya Nak. Sudah Mamak maafkan ? ” jawab Bu Umar sambil mengeluarkan air mata dan ketika itu juga ada rasa takut yang timbul.

“ Sebenarnya Habsyi kenapa, apa Habsyi tidak berbahaya ?” tanya Bu Umar ke Majikan.

“ Habsyi tidak berbahaya Bu. Terkadang jika kita ajak bicara, Habsyi nyambung dan terkadang Habsyi lebih pintar dari kita. Jika di lihat dari kelakuannya seperti kemasukan Jin Islam, karena kerjaannya Sholat dan bersih-bersih.” jawab majikan Habsyi, menenangkan kekhawatiran Bu Umar.

Adapun kelakuan Habsyi setelah di rawat di rumah, sering memungut potongan rokok. Dikumpuli lalu dibuang ke jurang di samping rumah. Tidak mengenal siang atau malam, Habsyi selalu membawa sampah-sampah disekitar rumah di bawa ke Sungai untuk di buang.

Sering bersih-bersih rumah, ketika bersih-bersih rumah, semua yang di rumah di suruh keluar. Selalu mengajak orang sholat, jika tidak sholat di marahi.

“Habsyi, mau kau bawa kemana baju-baju itu !” teriak Bu Umar.

Dengan respon, mata melotot Habsyi tetap membawa baju-baju yang di bawanya ke atas loteng rumah.

Hari demi hari kelakuan Habsyi makin aneh. Keluarga Pak Umar, juga sudah berusaha mengobati tetapi tidak ada perubahan. Habsyi memulai membongkar rumah, siang malam di lakukan.


“Habsyi, apa yang kamu lakukan Nak. 

Jika Kamu hancurkan rumah ini, tinggal dimana kita Nak!” teriak Bu Umar dan Pak Umar.

“Diam kalian. Kalau ribut terus ! Ku gonikan Kalian ! ” seru Habsyi mengancam.

Keluarga Pak Umar pun, mencoba cerita ke tetangga sekitar, bahwa anaknya berkelakuan aneh.

“ Tolonglah kami, anak kami Habsyi akan menghancurkan rumah ?” curhat dan pinta keluarga Pak Umar jika ketemu sama tetangga dan Aparat Desa.

“ Kami juga takut, bagusnya biarkan aja. Namanya juga anak ! ”  respon dari salah satu tetanga Pak Umar. Mereka seakan tidak mau ambil pusing dengan musibah yang di alami keluarga Pak Umar.

Pengahancuran terus dilakukan Habsyi.

“ Nak, kenapa rumah ini,  Habsyi hancurkan ?” tanya Bu Umar ingin tau alasan Habsyi.

“ Rumah ini Ku hancurkan, karena Si Shinta meminta rumah besar !” jawab Habsyi , sambil terseyum.



 Rumah yang di hancurkan

“Siapa Si Shinta itu ?” tanya Bu Umar penasaran.

“ Pacarku, Dia maunya rumah besar, dan Nyiloro-kidul berserta suami dan pasukannya juga setuju” jawab Habsyi dengan semangat.

Akhirnya rumah keluarga Pak Umar Saragih rata dengan tanah. Lalu keluarga Pak Umar pun tinggal di rumah kakeknya Habsyi. Adapun rumah kakeknya Habsyi berada pas di sebelah rumah Bu Umar.

Habsyi tanpa merasa bersalah juga tinggal di rumah kakeknya. Di tanah inilah Habsyi meminta keadilan untuk di pinjamkan uang ke Bank. Untuk membangun kamarnya. Habsyi pun memulai membeli bahan-bahan bangunan seperti batu bata, pasir dan semen.

“Habsyi, Kau mau membangun apa ?” tanya tetangga kepada Habsyi.

“ Mau bangun kamarku. Jika adik-adik Mamak-ku datang dari Padang, kan Aku bisa tidur disini !” jawab Habsyi menyejukkan.

Habsyipun mengerjakan kamarnya dengan sendiri tanpa minta bantuan dari siapapun. Pekerjaan membangun kamarnya dilakukan siang malam. Tiap malam selalu ribut. Keluarga Pak   Umar Saragih pun tidak mau melarangnya, karena Habsyi selalu marah jika dilarang.

Dua minggu kemudian kamarnya pun siap.

“Wah, kok bisa ya Bu Umar, Habsyi bangun kamar sebagus itu padahal Habsyi sendirian.”  tanya salah satu tetangga, kagum.

 “ Itulah, Saya juga bingung, yang penting keinginan Habsyi sudah terwujud.” jawab Bu Umar.

Si Habsyipun selama 3 hari tidur di kamar yang telah dibangunnya. Aneh tapi nyata hari keempat, kamarnya dihancurkan.

“ Habsyi, kenapa kamu hancurkan kamarmu ?” tanya Bu Umar semangkin membathin.

“ Biar aja Mak, kamar ini jadi tempat tinggal Jin monyet, Nyiloro-kidul dan Jin Langit. Enak aja mereka, Aku yang membangun capek-capek, mereka pula yang tinggal di kamar ini.” ujar Habsyi santai sambil menyeruput kopinya.

Keluarga Pak Umar hanya bisa mengurut dada dan ikhlas melihat kelakukan Si Habsyi.

“ Waduh, kok dihancurkan lagi kamar yang baru Kamu bangun. Sekalian aja rumah kakekmu juga di hancuri.” saran dari tetangga yang memang tidak suka sama keluarga Pak Umar Saragih.

“Eh, jangan seperti itulah, kok malah menyarankan rumah kakeknya di hancurkan. Bukannnya di nasehati, malah di ajari yang bukan-bukan.” teriak Bu Umar ,geram.

Si Habsyipun memindahkan pecahan-pecahan batu kamarnya, sesegera mungkin ketempat lain.

“ Mantap ”  teriak Habsyi.

“ Mantap kenapa ?” tanya Bu Umar .

“ Lari Dia ke langit Mak. Suaminya Nyiloro-kidul, karena tanah ini sudah Ku bersihkan dari batu-batu, kesakitan Dia Mak. Mampus Dia. Kalau nggak Ku bersihkan maka badanku yang sakit-sakit.” ujar Habsyi senang.

Begitupula dengan bekas tanah galian kolam lele Al, sesegera mungkin di timbun kembali oleh Habsyi dengan tanah dan di tanami rumput.

“ Jadi kenapa Habsyi hancurkan kolam lele Al, padahal itu di buatnya dari uang mengutang, apa ada hubungannya dengan Nyiloro kidul ?”  tanya Bu Umar.

“ Iya Mak, bagus Ku hancurkan kolam itu, dari pada Mamak dan Al yang mati !” ujar Habsyi seakan benar apa yang di perbuatnya.

“Mati kenapa ?” tanya Bu Umar tambah bingung.

“Ada Jin Langit, tingginya melebihi pohon kelapa. Dia teriak, “ Hancurkan kolam itu”, dan Aku melihat Nyiloro-kidul berenang dikolam itu. Kalau tidak Ku hancurkan, maka tanganku seperti di lindas Traktor, perutku seperti di masuki batu bata, napasku sesak. Dari pada nanti Mamak seperti Aku, kan bisa mati. Bagus Ku hancurkan aja kolam itu. Sekarang sudah aman kan. Haaa….haaaa..”. terang Habsyi bangga dengan perbuatannya.

Keluarga Pak Umar Saragih, tidak tau harus berbuat apa untuk mengobati Habsyi. Mereka bingung, apa sebenarnya penyakit Habsyi. Sekilas kata orang pintar “Dukun”, didalam diri Habsyi ada Pampir atau Pekong. Dalam pemikiran keluarga Pak Umar Saragih. Kemungkinan dulunya Habsyi pernah berbuat kesalahan yang membuat majikannya sakit hati. Karena sebelum Habsyi sakit, pernah bekerja sama Orang Cina di Kota Medan.

Pengobatan secara medis belum pernah dilakukan, hanya pengobatan ke pada orang pintar “Dukun”, tetapi Habsyi tetap tidak ada perubahan.Kesimpulan sementara yang dipikirkan keluarga Pak Umar Saragih, bahwa Habsyi di guna-gunai sama orang. Belum ada terpikiran bahwa Narkoba dapat membuat pemakainya ber-halusinasi, agresif, marah tiba-tiba,hilangnya rasa takut, banyak bicara, dan hilangnya berpikir logis. Sehingga bisa merubah pemakai Narkoba menjadi “Monster”.

Di pemikiran  orang kampung , bahwa Habsyi di ganggu Pekong, jadi sifatnya di suruh menghancurkan, lalu di suruh membangun, begitu seterusnya.

Menurut pemikiran keluarga Pak Umar saragih, jika di hitung-hitung, biaya penghancuran, pembangunan dan pengobatan melebihi 100 juta.

Belum lagi, akibat gangguan ini, secara tidak langsung akan merusak Psikologi keluarga Pak Umar Saragih .

Badan Habsyi tidak terurus, pakaian asal-asalan, rambut botak, belum lagi membuat orang tua dan keluarga resah gelisah sejak tahun 2006 sampai sekarang.

Apa lagi terdengar berita pada tanggal 26 februari 2016. Seorang Brigadir Polisi, memutilasi dua anak kandungnya. Kejadian tersebut berlangsung di rumahnya yang terletak di Asrama Polres Melawi, Pontianak Kalimantan Barat.

Menurut keterangan istrinya, Suaminya kerap marah-marah selama sepekan terakhir, seperti ada makluk halus yang mendatanginya dan bercerita sering mendapat bisikan. Keluarga Pak Umar Saragih beranggapan kemungkinan Habsyi mengalami Skizofrenia, seperti yang di alami Brigadir Polisi tersebut.

Skizofrenia ini merupakan gangguan kejiwaan, dimana terjadi kesalahan persepsi terhadap Dunia luar. Skizofrenia dapat dideteksi dengan tes darah. Skizofrenia dapat menimbulkan halusinasi, delusi dan penyimpangan cara berpikir dan prilaku.

Mendengar berita ini, keluraga Pak Umar Saragih selalu was-was. Di khawatirkan Habsyi mendapatkan bisikan yang sama dan membunuh keluarga Pak Umar Saragih. Parang atau benda tajam lainnya dan batu gilingan cabe, selalu di sembunyikan oleh Bu Umar.

Masih, jadi tanda tanya di benak Usman, apa  sebenarnya penyakit adiknya, Habsyi. Paklek nya , yang jarak rumahnya lebih kurang 45 menit dari rumah Bu Umar , menceritakan kalau Habsyi sering datang kerumahnya, meminta beras, lalu malamnya pulang dengan Sepeda motor, tetapi pulangnya tidak kerumah Bu Umar, melainkan ke rumah Bu-leknya yang ada di Tebing tinggi. Terkadang sampe di rumah Bukleknya jam 12 malam. Beras yang di bawa Habsyi di berikan ke Buk-leknya. Menurut ceritanya, Habsyi memberikan beras ke Bukleknya karena kasihan. Dimana Bukleknya sekarang menjadi Janda, di karenakan ditinggalkan suaminya karena penyakit Diabetes.

Bukleknya Usman yang di Tebing-tinggi pernah bercerita, “ Habsyi, kalau pulang dari rumah Pakleknya yang beralamat di Gunung Para, selalu singgah ke rumahnya. Malamnya pernah melihat Habsyi  membakar celana dan bajunya.”

“ Habsyi, kenapa di bakar baju dan celanamu ?” tanya Buklek Habsyi bingung dan takut.

“ Banyak kumannya Bulek ” jawab Habsyi.

“ Aku minta celana dan bajulah  Buklek, bekas-pun nggak masalah.” pinta Habsyi.

Hal ini cukup sering di lakukan Oleh Habsyi.

Bulan Desember 2015 Usman pernah pulang kekampung. Sewaktu dalam perjalanan ke kampung. Habsyi menelepon Usman.

 “Bang, sudah sampai mana ? belikan sabun cair ya ”

“Baik, nanti Abang belikan” jawab Usman sambil tersirat, untuk apa sabun cair yang di minta Habsyi.

Ketika Usman sampai kampung kondisi rambut Habsyi botak.

“ Bang, mana sabun cairnya, mau Ku pakai.” tanya Habsyi.

“ Ini, sabun cair yang Habsyi pesan.” jawab Usman.

Tetapi setelah di perhatikan oleh Usman, Habsyi selalu memakai sabun cair itu. Sambil di gosok-gosokkan di kepala, pipi dan  dahinya sampai terjadi bekas luka, karena gosokannya begitu kuat.

“ Kenapa selalu Habsyi pakai sabun cair itu,  bukan seharusnya di pakai saat mandi aja” tanya Usman ,sambil geleng-geleng kepala.

“ Banyak kuman di kepala Ku Bang, terkadang kumannya sampai ke tangan, setelah Ku kasih sabun cair, mati kumannya.” tutur Habsyi polos.

Selama Usman di Kampung halaman, di perhatikanlah tingkah laku Adiknya Habsyi. Terkadang timbul emosi dan bawaannya mau di usir aja Adiknya itu. Sangat geram Usman atas kelakuan Adiknya, yang telah membuat keluarga susah dan serba-salah selama bertahun-tahun.

Jika tidak teringat apa yang disampaikan Bu Umar, tentu akan terjadi perkelahian antara Usman dan Habsyi. Adapun pesan Bu Umar sebelum Usman sampai di kampung.

“ Usman anakku, jika sesampainya di kampung, jangan ngomong kasar sama Adikmu Habsyi, takutnya nanti kalian berkelahi ”

            Begitu mulianya hati seorang Ibu, tetap melindungi Anaknya yang jelas-jelas beberapa tahun ini membuat kehidupannya tidak tenang, dan tidak bisa tidur  nyeyak.

Habsyi, tiap jam 12 malam selalu keluar rumah untuk membeli rokok sebatang, lalu menghancurkan dan membersihkan apa yang menurutnya harus di bersihkan dan di hancurkan, di sekitaran perkarangan rumah kakeknya dan perkarangan rumah yang telah Habsyi hancurkan.

Adapun sebelum keberangkatan Usman ke kampung pada bulan Desember 2015, Usman berkonsultasi dengan Ibu Kepala Desa melalui HP, untuk mengetahui perkembangan Habsyi melalui kaca mata seorang Kepala Desa.

“ Hallo Bu Kepala Desa. Saya Usman, Anaknya Pak Umar saragih di Lhokseumawe Aceh. Sepengetahuan Ibu,  setelah Habsyi menghancurkan kolam Adiknya, sebaiknya Habsyi, Saya bawa berobat kemana dulu ya Bu. Kalau dalam benak Usman, mau Usman obati ke Pengobatan rukyah.”

“ Kenapa harus ke Pengobatan rukyah dulu, apa tidak ada alternatif pilihan berobat ke Rumah sakit atau berobat ke Dokter Kejiwaan ?” sambung Ibu Kelapa Desa.

“Itulah Bu, saya masih penasaran. Apakah betul di dalam tubuh Habsyi ada Pekongnya . Kira-kira Bu, kalau pengobatan ke orang pintar, apa Ibu ada kenalan ?” tutur Usman.

“ Ada. Lokasinya di Besangu, Kecamatan Sipispis, tetapi Ibu mohon, jangan  beri tau ke orang pintar tersebut bahwa Ibu  yang memberi tahu alamatnya.” ujar Ibu Kepala Desa.

“ Kalo perihal itu, Ibu jangan khawatir.” jawab Usman.

“ Begini Usman. Sepengetahuan Ibu , ada pasien yang sudah berpuluh tahun gila karena gangguan sihir. Lalu di obati oleh Tuhan melalui Opung itu, Allhamdulilah sembuh. Opung itu tidak minta bayaran. Jika kita kasih uang selalu tidak mau. Jadi jangan khawatir perihal biaya. Dan seingat Ibu, ada Pasien yang berhasil di sembuhkan oleh Tuhan melalui Opung itu, sehubungan Opung itu tidak minta uang. Pasien itu  setelah sembuh, membawa hiasan dinding berupa ayat Al-quran.” terang Bu Kepala Desa mencurahkan pandangannya.

“Wah, Allhamdulilah masih ada orang seperti Opung, di Zaman Now ini ya Bu ” sambung Usman, “bangga”, dimana masih ada orang yang tulus ikhlas membantu pengobatan orang lain di Zaman Now ini.

“ Oh ya Bu. Kira-kira di kampung ada nggak ya,  pengobatan Rukyah seperti yang saya lihat di Televisi ?” tanya Usman sopan.

“Ada. Setelah ini,  Ibu SMS nomornya ya.” balas Ibu Kepala Desa.

“ Baik Bu, terima kasih banyak Bu.” tutur Usman menutup pembicaraan.

Setelah di SMS nomor Si Perukyah di kampung, Usmanpun langsung menelepon.

“ Pak. Saya anaknya Pak Umar saragih. Nama Saya Usman yang tinggal di Lhokseumawe, Aceh. Saya mau tanya, apakah Si Habsyi pernah berobat ke Bapak ?”

“ Oh, kamu yang bernama Usman. Pa Khabar ?”  jawab Si Perukyah.

“ Sehat Pak.”balas Usman.

“ Si Habsyi dulu sering berobat ke sini, tetapi menurut Bapak, Dia itu mengalami halusinasi yang berlebihan dan kemungkinan ada juga ganguan jiwanya. Bapak sudah lama tidak mendengar beritanya. Sekarang bagaimana keadaan Habsyi ?” tanya Si Perukyah penasaran.

“Baru-baru ini, Habsyi menghancurkan kolam adiknya Pak !” sambung Usman.

“ Segera diobati ketempat yang lain aja, mana tau sembuh.” tutur Si Perukyah.

“ Iyya Pak. Rencananya, begitu  sampai di kampung. Saya akan bawa berobat ke Rumah sakit, dan rehabilitasi di BNN (Badan Narkotika Nasional), mana tau ada indikasi pengaruh Narkoba.” ungkap Usman.

“ Itu rencana yang bagus, lebih cepat lebih baik.” tegas Si Perukyah.

“ Baiklah Pak, terima kasih atas informasinya. Saya tutup dulu ya Pak, telepon nya. Assalamu-alaikum” ujar Usman.

“Wa-alaikum salam,” jawab Si Perukyah.

Usmanpun menyiapkan keberangkatannya ke Kampung halaman, dengan membeli tiket Bus dari Lhokseumawe ke Medan. Setelah itu perjalanan di lanjutkan ke Tebing Tinggi. Sebelum keberangkatan, Usman menelepon Kembali Mamaknya.

“Mak, ngomong-ngomong, KTP Habsyi masih ada ? ”

“Nggak ada,  sudah hilang.” jawab Bu Umar.

“ Suruh ngurus Habsyi lah Mak. Bilang untuk persyaratan mancari kerja di Aceh. Karena Habsyi pernah ngomong ke Usman, kalau Habsyi sudah bosan di kampung.” kenang Usman.

“Kalau Mamak yang suruh. Pasti Habsyi nggak mau. Bagusnya, Usman aja yang menyuruh Habsyi.” jawab Bu Umar.

“ Sekarang, Habsyi ada  dirumah,  kalau ada, tolong panggilkan.” tutur Usman sopan.

“Ada” balas Bu Umar.

“ Habsyi, ini Abangmu mau ngomong ”

“Hallo Bang, ada apa ? ” tanya Habsyi.

“ Coba urus KTP Mu. Caranya minta dulu surat keterangan kehilangan dari Kepolisian, setelah itu pergi ke Kantor Lurah, karena untuk bekerja perlu KTP.” terang Usman.

“ Ah, Kau pikir gampang buat KTP. Kau kirim dululah uang untuk buat KTP !” respon Habsyi sedikit emosi ke Abangnya.

“Berapa ?” tanya Usman.

“ Kirim aja Rp  50.000,- .” jawab Habsyi.

“Oke, hari ini Abang transfer, besok Habsyi urus KTP nya ya.” ujar Usman.

“Oke, Don’t Worry.” balas Habsyi.

Cukup capek memang keluarga Pak Umar Saragih di buat Habsyi, karena berkali-kali mengurus KTP dan SIM, tetapi selalu hilang. Sebenarnya KTP Habsyi nantinya untuk melengkapi persyaratan berobat ke Dokter Spesialis Kejiwaan di Rumah sakit. Setelah sembuh, baru akan di carikan pekerjaan di Aceh. Agar Habsyi tidak terus menganggu ketenangan orang tua mereka yang sudah berumur lanjut.

Usman punya rencana jika tidak ada perubahan juga di obati sama orang pintar, maka akan di bawa ke Pukesmas atau Klinik terlebih dahulu, lalu minta surat rujukan ke Rumah sakit yang ada Dokter Spesialis jiwa.

Kebetulan Si Habsyi mempunyai BPJS Kesehatan dari Pemerintah. Jadi bisa mempermudah Habsyi untuk berobat.Yang penting Habsyi sembuh dahulu, baru di pikirkan untuk di carikan pekerjaan.

Itu niat Usman sejak awal agar beban dan cobaan Keluarganya agak berkurang. Keesokan harinya, Habsyipun mengurus KTP sendiri, tanpa pendampingan. Dia membawa Sepeda motor dengan pakaian seperti orang tidak waras, dengan menggunkan celana pendek 10 cm dari lutut, kepala botak tidak memakai Helm, menuju Kantor Polisi tanpa ada rasa takut.

“Ada urusan apa Kamu kesini ?” tanya salah satu Pak Polisi.

“Mau, ngurus surat kehilangan KTP Pak !” sambung Habsyi santai.

“ Balik Kamu sana. Pakai Helm, kalau mengendarai Sepeda motor.” gertak Pak Polisi.

Habsyipun bingung dan segera mau pulang, tiba-tiba ada seorang Polisi yang sudah mengenal  Habsyi.

“Eh, Habsyi, tidak perlu Kamu pulang, sini, biar Aku bantu urus !”

Sedikit banyak Pak Polisi tersebut sudah mengetahui kelakuan Habsyi. Orang yang pernah membongkar rumah orang tuanya sampai habis dan lain sebagainya.

Akhirnya KTP selesai di buat. Pada tanggal 24 Desember 2016, Usman tiba di Kota Tebing Tinggi. Al sudah menunggu di terminal. Usman dan Al  langsung mencari  alamat pengobatan Rukyah di kota tersebut. Setelah bertanya dari orang ke orang, akhirnya alamat Ustad Ahmad ketemu. Tetapi Ustad tidak ada di rumah.

“ Maaf Pak, ada Ustad Ahmad ?”  tanya Usman kepada Kakek yang berada di Rumah Ustad Ahmad.

“ Dari mana ?” tanya kakek tersebut.

“ Nama Saya Usman, dari Lhokseumawe Aceh, kebetulan lagi pulang kampung.  Kampung Saya di sini, di Desa Ladangan Batu Nongol Sipispis. Besok saya mau mengobati Adik saya melalui metode Rukyah.” tutur Usman.

“ Barusan aja, Ustad Ahmad keluar. Coba telepon aja.” balas si Kakek.

“ Baik Kek, berapa nomor teleponnya. ” tanya Usman.

Kemudian Usmanpun menelepon Ustad Ahmad.

“ Hallo Ustad Ahmad. Saya Usman dari Lhokseumawe Aceh. Mau buat janji sama Ustad, untuk merukyah Adik saya“ Habsyi.”

Si Ustadpun menjawab, “ Baik, tetapi Saya bisanya hari senin tanggal 29 Desember. Oh ya, apa sebelumnya Si Habsyi  pernah  di rukyah ?”

“ Pernah Ustad, dikampung tetapi belum ada perubahan.” jawab Usman.

“ Baiklah kalau begitu. Hari senin, insyaallah kita jumpa ya ” tutur Ustad.

“ Baik Ustad, Insyaallah. Kalo begitu sudah dulu ya Ustad, Assalamualaikum wr.wb.” jawab Usman menutup pembicaraan.

Kemudian Habsyi dan Al berangkat ke kampung. Begitu sampai di kampung, Usman memulai melakukan  pengamatan terhadap prilaku Habsyi. Pendekatan-pendekatan pun dilakukan dengan mendengarkan cerita dari Habsyi . Dimana Habsyi jika sudah di ajak ngobrol maka Dia sanggup untuk bercerita terus menerus tanpa ada jeda dan tanpa mengenal waktu. Jika lawan bicaranya mau mengakhiri obrolan, maka Habsyi berusaha menahan lawan bicaranya pergi.

Dalam Obrolan itu,sedikitpun Usman tidak membantah apa yang di bicarakan Habsyi, walau ceritanya tidak masuk akal. Ini dilakukan Usman agar Habsyi merasa nyaman dan mau di bawa berobat. Karena Selama ini Habsyi selalu melawan dan menolak  jika dibawa berobat. Habsyi merasa tidak sakit.

Selama ini, hanya Mamak Habsyi yang sanggup mendengarkan ketika Habsyi mulai mengajak bercerita.

Usmanpun “nggak habis pikir “, ternyata prilaku dan kesehatan Habsyi belum menunjukkan kesembuhan. Padahal Sebelumnya Habsyi sudah pernah di obati oleh keluarga Pakleknya di Padang. Oleh Keluarga Pakleknya, Habsyi di bawa berobat ke orang pintar “ Dukun”. Sebelum Habsyi di bawa ke Dukun, Buklek Ayu yang merupakan Istri Pakleknya Usman,  menelepon.

“Usman, ini Bulek Ayu di Padang. Rencananya Paklekmu mau mengobati Habsyi, tetapi biayanya 5 Juta.”

“Aduh, mahal juga ya, Buklek.” jawab Usman.

“ Iyya, karena di tubuh Habsyi ada Nyiloro - kidul, Keris dan Naga.” tutur Buklek dengan nada prihatin.

“Maaf Bulek, kondisi keuangan Usman lagi pas-pasan. Apalagi Saya baru saja menikah.  Jadi Usman tidak bisa membantu sama sekali, karena Usman masih punya hutang untuk biaya pernikahan, yang harus dibayar setiap bulannya. Maaf ya Bulek.” balas Usman.

Walaupun tidak mendapat bantuan dari Usman, Keluarga Pakleknya Usman di Padang tetap melakukan pengobatan ke Dukun tersebut. Pengobatan pun di lakukan di Rumah Paklek Usman.

 Dalam proses pengeluaran Nyiloro-kidul, Keris dan Naga, terdengar seng rumah berbunyi keras seperti ada yang melempar. Namun pengobatan dengan biaya mahal ini, belum bisa membuat Habsyi sembuh.

Setelah Pengobatan, Habsyi punya keinginan pergi ke Jakarta untuk menjumpai keluarga  angkatnya, lalu bekerja di Jakarta. Sebelum berangkat Habsyi menelepon Usman.

“Hallo Bang ! Kirimkan Aku uang. Aku Mau ke Bengkulu, tempat pekerjaanku yang lama.”

“ Kalau  uang , Abang tidak punya. Ke Jakarta aja dulu ngapain balik ke Bengkulu. Katanya Habsyi  punya Orang tua angkat, yang sayang sama Habsyi. Coba minta uang sama Paklek atau Mamak, mana tau mereka bisa membantu.” jawab Usman.

“ Ya sudah,  kalo tidak mau membantu.Percuma punya Abang !” balas Habsyi kecewa.

Dua hari setelah itu terdengar, Habsyi sudah berada di kampung bukannya ke Jakarta. Adapun biaya Habsyi pulang Kampung, di biayai oleh Mamaknya. Dimana Habsyi selalu menelepon ke Kampung , agar dikirim uang untuk ke Jakarta atau untuk pulang Kampung.

Orang tua Habsyi, berpikiran kalau Habsyi sudah sembuh. Karena sudah di obati dengan biaya mahal. Tetapi semua di luar dugaan, Habsyi tetap melakukan hal-hal yang aneh di Kampung .

Sebelumnya Keluarga Pak Umar saragih juga sudah sering mengobati Habsyi.

Pernah suatu ketika Habsyi mempunyai kelakuan yang aneh, dimana tatapan matanya kosong, tubuhnya di gerakkan kearah loteng, seakan ada yang menyuruh Habsyi untuk memanjat.

“Nak, ngapai Kamu mau manjat loteng, turun Nak !” bujuk Bu Umar.

Di siang hari , beberapa kali Habsyi berusaha memanjat loteng tetapi gagal. Di malam hari keinginan memanjat loteng terlaksana. Dan Habsyi pun jatuh dari atas loteng. Kakeknya Habsyi yang melihatnya langsung.

Keesokkan paginya, Pak Umar mencari pengobatan alternatif, dengan mendatangi seorang Dukun. Dengan membawa daun sirih, pinang ,kapur dan jeruk purut.

“ Siapa namamu Anakmu ?” tanya Dukun.

“ Habsyi Saragih” jawab Pak Umar.

Si Dukun mulai membaca mantra dengan mata tertutup, seakan sambil berbicara kepada Jin nya. Setelah beberapa menit, Si Dukun membuka mata dan memaparkan penerawangannya.

“ Anakmu, di masukki Jin peliharaan Opungnya. Dulu Almarhum orang tuamu, pernah memelihara Jin. Yang namanya Jin peliharaan, maka akan menggangu sampai 7 keturunan. Jin tersebut berusaha mencari anak keturunan yang memeliharanya, untuk di jadikan temannya. Ibaratnya , Jin itu seperti se-ekor Anjing, Ia akan mengendus bau darah dari keturunan yang memeliharanya. Seharusnya Almarhum orang tuamu sebelum meninggal, membuat perpisahan. Perpisahan yang menyatakan  hubungan antara Opungnya Habsyi dan Jinnya sampai disini. Dan hal ini biasanya dengan men-tumbalkan 1 ekor ayam. Lalu  dipotong sampai mengeluarkan darah . Darah itulah menjadi simbol perpisahan pemilik dengan peliharaannya. Dari pembicaraan Saya tadi, Opungnya Si Habsyi marah, karena kamu telah memusuhi istrinya.Yaitu Mamakmu sendiri. Kamu memusuhi istrinya di karenakan pembagian harta warisan yang Kau anggap tidak adil. Kau maafkan lah Mamak dan Abangmu di kampung. Mudah-mudahan dengan engkau memaaafkan maka akan berlipat ganda rezeki keluargamu. Besok pulanglah ke kampung minta maaf kepada Abang dan Mamakmu, lalu ber-ziarahlah ke makam orang tuamu, menangislah di sana. Minta maaf yang sungguh-sungguh. Almarhum Bapakmu akan mendengar, karena kamu masih sedarah”.

“ Tapi, aneh juga jadinya Bapak. Kenapa Saya yang di zalimi oleh mereka, Saya pula yang harus meminta maaf. Tanah yang merupakan hak Saya, mereka jual, tetapi uangnnya nggak jelas. Untuk menyelesaikan sekolahkan anak Saya yang pertama saja,  tidak terlaksana. Padahal anak Saya Usman telah bersusah payah belajar di Sekolah Pelayaran Padang sehingga menjadi Taruna terbaik yang selalu juara kelas dan juara umum. Ketika Usman mau ujian Negara gagal karena uangnnya tidak jelas. Kata mereka tanah sudah di jual, tetapi kami cuma di kasih 1 juta. Padahal Usman hanya membutuhkan biaya 5 Juta pada tahun 1998 untuk menyelesaikan ujian Negaranya. Usman pun sempat depresi, stress dan  takut kalau melihat dan di lihat Masyarakat kampung. Karena photo nya memakai baju menyerupai Angkatan Laut terpajang di ruang tamu kami dan ruang tamu Pakleknya baik di Padang maupun  Pakleknya di Gunung para.” tutur pak Umar mengenang.

“ Sudahlah ikhlaskan aja semuanya. Kalau tidak di ikhlaskan maka Al-marhum orang tuamu akan lebih marah dan akan menggangu adiknya Habsyi yaitu Al” ujar Si Dukun.

“ Loh, kok benarnya apa yang Bapak terangkan ya. Karena anak Saya Al, akhir-akhir ini seperti orang bingung. Dia sekarang di kampung dan berhenti dari pekerjaannya di Padang. Sewaktu di Padang bawaannya mau bunuh diri aja. Info yang Saya dengar, Al di guna-gunai orang yang cemburu dengan ketampanannya. Sehingga Al merebut cewek orang lain. Begitu informasinya Bapak.” ungkap Pak Umar sambil menelan ludah, kenapa yang di terawang Si Dukun benar sesuai kejadian yang di alaminya. Pak Umar pun semangkin takut jika Al-marhum orang tuanya tambah marah.

   “ Kau bawa sirih dan kapur ini. Sampai di rumah, Kau kunyah dan semburkan ke Habsyi. Adapun jeruk purut ini Kau gosokan ke kepala Habsyi. Lakukan Pagi dan Sore selama 3 hari” tegas si Dukun .

“ Jika dengan cara ini tidak bisa, apa yang kami lakukan agar Jin keturunan ini tidak mengganngu keturunan kami Bapak ? ” tanya Pak Umar Penasaran.

“ Jika kamu Muslim, dekatkan diri sama yang Maha Kuasa. Berhubung Jin telah mengganggu keluargamu, maka cari Ustad Rukyah Syariah. Di Televisi dan You tube, banyak di jabarkan apa itu Rukyah Syariah. Dan pengobatan Rukyah Syariah, sudah ada dimana-mana sekarang. Dan ingat juga, Jiwa yang kosong, suka melamun, apalagi Jiwa-jiwa yang sudah mengkosumsi Narkoba, maka Jin gampang mempermainkannya. Dan Pasukan Jin dan Rajanya suka kepada pengguna Narkoba. Pengguna Narkoba di pengaruhi oleh Jin untuk merusak. Dan ingat yang nama Jin tidak ada yang bisa di katakan Jin Baik atau Jin yang bisa membawa keberuntungan. Mereka ujung-ujungnya akan menyesatkan Manusia. Jadi memohon lah Hanya Kepada Sang pencipta bukan bersekutu dengan Jin” terang Si Dukun sambil menyeruput kopinya.

“Baiklah Bapak, terima kasih banyak obat dan nasehatnya, Saya permisi pulang dulu.” balas Pak Umar mengakhiri pembicaraan.

Ketika sampai di rumah, di kunyalah sirih dan kapur tadi. Lalu di semburkan ke Habsyi.Si Habsyi yang tadinya seperti orang bingung, tiba-tiba seperti orang kaget. Lalu masuk kekamar karena malu. Keluar kata-kata dari mulut Habsyi, “Kok Aku  nggak  pakai baju ya ?”

Keesokkan harinya, Pak Umar dan Istrinya pergi kekampung untuk ber-ziarah dan meminta maaf. Mamak dan Abang Pak Umar kaget, karena sudah 2 tahun Pak Umar tidak menjenguk mereka. Di ceritakanlah keadaan Habsyi beberapa tahun ini ke Opung perempuan Habsyi dan Abang Pak Umar.

Pak Umar menangis menceritakan keadaan Habsyi. Mendengar hal itu Opungnya Habsyi juga menangis. Mereka pun saling bermaaf -maaf pan. Lalu mereka bersama-sama ziarah. Lokasi kuburannya dekat Ladang sawit yang di kelolah Habsyi. Keluarga Pak Umar  melakukan hal ini, berharap Habsyi sembuh dari penyakitnya.

Di Makam Opung laki-laki Habsyi, Pak Umar menagis terseduh-seduh.

“ Bapak, maafkan lah kesalahan anakmu ini. Rumah kami sudah hancur, sekarang ambisi Cucumu mengancurkan rumah kakeknya. Cucumu Habsyi, seperti orang tidak waras,. Cucumu Habsyi telah membuat resah  Masyarakat, membuat Aparat Desa bingung apa yang harus di lakukan. Di penjara tidak bisa, di bunuh tidak mungkin, di pasung katanya melanggar HAM. Mau kami bawa ke rumah sakit jiwa, uang kami tidak ada. Pernah di bawa oleh Abangnya ke Rumah sakit jiwa Tuntungan Medan, dengan Sepeda motor, Dianya kabur. Dibawa ke Lhokseumawe Aceh untuk di obati di Rumah sakit, Dia juga kabur balik lagi kekampung. Dikirim Habsyi ke Jakarta Oleh Pakleknya, nggak berapa lama Habsyi pulang, dengan minta keterangan anak terlantar, sehingga Habsyi pulang kampung gratis. Tolonglah bilang sama Jin yang Bapak pelihara dulu, agar jangan menggangu keturunan kami lagi.” ungkap Pak Umar, sambil mengusap air matanya.

Setelah berjiarah keluarga Pak Umar saragih pun pulang ke rumahnya. Pemotongan Ayam tidak di lakukan, Pak Umar hanya meminta maaf.

Menurut Usman, sungguh aneh cerita ini. Keluarga Pak  Umar yang di zalimi, tetapi keluarga Pak Umar pula  yang harus meminta Maaf.

 Sampai tahun 2018, Habsyi belum sembuh dari penyakitnya. Pada malam pertama Usman berada di kampung. Usman tidur di ruang tamu bersama Pak Umar. Untuk melihat pergerakkan Habsyi. Betul, sesuai cerita Mamaknya. Jam 12 Malam, Habsyi mulai keluar dari kamarnya, mengambil Sepeda motor. Melihat itu Usman langsung bangun.

“ Mau kemana Habsyi ” tanya Usman

Habsyipun menjawab, “ Mau beli Rokok ”

Sepeda motor pun di ambil, lalu beberapa menit kemudian Habsyi pulang dengan membawa 2 batang rokok.

Lalu Habsyi duduk di sebelah Usman yang lagi tidur, sambil bercerita tentang Jin langit , Nyiloro kidul dan Pasukannya. Ceritanya tidak berhenti-henti.

“Sudah ceritanya besok lagi, Abang ngantuk ne ,” tutur Usman kesal.

Habsyi seakan tidak peduli dan tetap bercerita.

“Sudah, Ku bilang besok lagi ceritnya, dengar nggak ?” teriak Usman.

Si Habsyipun terdiam dan pergi kekamarnya. Satu jam kemudian, Habsyi keluar dari kamarnya. Duduk di sebelah Habsyi sambil cerita hal yang sama. Habsyi pun berhenti bercerita setelah  di teriaki lagi oleh Usman, agar besok ceritanya.

Besok paginya, Usman membujuk Habsyi agar mau ikut dengannya untuk berobat ke daerah Besangu rekomendasi dari Ibu kepala Desa. Karena Ustad Rukyah di Tebing tinggi, baru bisa di jumpai tanggal 29 Desember 2015.

“ Yuk kita ke Besangu. Jumpai orang pintar, katanya Kamu mau sembuh. Supaya badanmu nggak sakit-sakit,seperti di lindas Traktor.” ujar Usman membujuk.

“ Sebenarnya Aku bosan berobat, karena tidak ada perubahan. Yang ada,  tambah parahku rasa. Tapi itu yang Kau mau. Ayolah kita berangkat. Asal rokokku aman.” ungkap Habsyi sinis, tidak yakin sembuh.

Setelah sampai di rumah orang pintar tersebut. Usman langsung berbicara dengan orang pintar tersebut, sementara Habsyi duduk di Sepeda motor yang jaraknya agak jauh.

“ Bapak, perkenalkan nama saya Usman dari kampung Ladangan. Saya anaknya Pak Umar Saragih yang kerja di bengkel Sepeda motor Sipispis.” ungkap Usman memperkenalkan diri.

“ Oh, Kau anaknya Umar  Saragih ya. Ada yang bisa Opung bantu. Jangan Kau panggil aku Bapak, panggil aja Opung !” tutur Opung sambil terseyum.

“ Begini Opung. Adik saya Habsyi. Itu yang lagi duduk di Sepeda motor, telah menghancurkan rumah kami beberapa tahun yang lalu dan baru saja menghancurkan kolam ikan adiknya. Dia selalu melihat sekumpulan Jin, dan Nyiloro kidul bersama suaminya. Dimana Jin Langitlah yang selalu membisikan Habsyi  untuk menghancurkan dan membangun sesuatu setiap saat. Jika tidak di turuti maka tangannya seperti di lindas traktor, nafasnya sesak dan perutnya seperti di masuki batu bata.” cerita Usman panjang lebar.

Lalu  Opung tersebut memperhatikan Habsyi dengan seksama dari jarak Jauh.

“ Wah. Sepertinya gangguan yang di alami Adikmu, sudah mendarah daging . Ada Kau bawa sirih, jeruk purut dan kapur ?” tanya Opung.

“Tidak ada Opung.” jawab Usman.

“ Nanti sore Kau ke sini lagi, sendiri aja. Jangan Kau bawa adikmu lagi” terang Opung.

“ Baik Opung, nanti sore saya ke sini lagi, untuk itu kami permisi dulu ya ” tegas Usman semangat , menutup obrolan itu.

Sekitar jam 3 sore, Usman menjumpai Opung  tersebut.

“ Opung, ini bahan-bahan yang Opung  mintak tadi”

Lalu bahan-bahan tadi di bawa ke dapur , dari dapur di bawa ke Musollah yang ada di rumah Opung itu. Lalu Opung itu kelihatan seperti berdoa. Setelah beberapa menit Opung itu kembali dengan membawa air putih di dalam botol , jeruk purut, daun sirih dan kapur.

“ Air ini,  begitu sampai di rumah. Minumkan kepada Habsyi 3 kali sehari. Setelah itu jeruk purut di mandikan ke Habsyi. Setelah di mandikan, jeruknya di belah dua. Pegang dengan tangan kanan dan kiri. Lalu buang kearah belakang. Setelah mandi, kunyah sirih dan kapur ini, usapkan kekepala Adikmu. Lakukan 3 kali sehari. Setelah habis, kamu kembali lagi kesini. Kita usahakan sampai tiga kali pengobatan, kalau tidak sembuh juga. Saya angkat tangan.” papar Opung menjelaskan.

 “Baik Opung, akan Saya laksanakan.” jawab Usman dengan mantap.

“ Opung, ini ada sedikit uang rokok tolong di terima”

“ Tidak perlu. Bawa pulang aja uang itu. Kita Do’akan aja  sama-sama agar adikmu cepat sembuh ya.” balas Opung menolak pemberian Usman.

Usman pun permisi  pulang dan langsung menjumpai Habsyi.

“Dek, Nanti jam 6 sore kita pergi ke Sungai.” ajak Usman ke Habsyi.

“ Ngapain ?” tanya Habsyi.

“ Katanya Kau mau sembuh, ini ada obat dari Opung Besangu.” ujar Usman mengingatkan.

“ Sudah capek Aku di obati dengan ramuan itu. Tapi tidak ada perubahan, yang ada malah sakit. Kau tanyalah ke Mamak kalo nggak percaya.” tutur Habsyi .

“ Sudah, jangan banyak cerita. Yang penting kita usaha.” terang Usman.

“ Kalau mandi ke Sungai pas mau Magrib, di jalan banyak kali setan bencong yang ganggu Aku nanti. Terkadang Ku cueki aja, mati Dia sana.” sambung Habsyi.

“Ah, Aku nggak peduli. Mau Setan atau Jin, yang penting Aku berusaha mengobatimu. Dan Aku juga sudah belajar, bahwa bangsa Jin itu sangat lemah. Dibaca satu- dua ayat aja Dia takut, menjerit dan kepanasan. Dan untuk Kau ketahui bahwa Manusia lebih mulia dari makluk lainnya. Kita tidak boleh di kendalikan dan dikuasai bangsa Jin. Dan Abang selalu mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa dengan Sholat tepat waktu, agar doa Abang didengar-Nya. Jika kita tidak dekat dengan yang Maha Kuasa, lalu membaca satu-dua ayat untuk mengusir Jin, akan di tertawai oleh Jin tersebut, tidak ada efek atau pengaruh sama sekali sama Jin tersebut. Malah terkadang Jin tersebut lebih pintar menirukan bacaan kita, tetapi bacaannya ngawur, jangan dianggap bacaannya benar. Jika bacaan Jin benar,maka akan hancur Jin itu. Allah Maha adil, “setiap yang di lebihkan pasti ada yang dikurangkan. Setiap kekurangan pasti ada yang di lebihkan. Jika Abang ada rasa takut di gangu Jin dan sekutunya, maka Abang segera Doa’ melapor kepada Yang Maha kuasa. Minta keadilan. Jika Bangsa Jin dan sekutunya menakuti.  Bakarlah Jin itu, baik Ia berbentuk Kuntilanak, Gundo Rowo, Nyiloro Kidul, Jin Langit dan Sebagainya. Buat mereka menderita sampai hari Kiamat. Saya tidak menggangu anak keturunan mereka, kenapa mereka berani menggangu saya sebagai Umat Nabi Muhammad SAW.” cerita Usman  menyakinkan Habsyi agar jangan terlalu di kendalikan Jin yang selama ini membayangi kehidupannya.

Hari sudah menunjukkan Jam 6 sore. Usmanpun langsung mengajak Habsyi ke sungai.

“ Ayo kita ke Sungai ” ajak Usman.

“ Biar Aku aja yang bawa Sepeda motornya.” tawar Habsyi.

“ Oke, ne Sepeda motornya, bawalah.” ungkap Usman.

Begitu sampai di Sungai.

“ Busyet, Sabun cair Ku mana. Pasti jatuh di jalan, Aku balik lagilah mencarinya.” teriak   Habsyi.

“ Tidak perlu, besok kita beli lagi.” jawab Usman membujuk Habsyi.

“ Tenang aja, cuma sebentar. Kau mandi aja dulu.” Habsyi menyakinkan Abangnya.

Usmanpun khawatir, di takutkan Habsyi tidak balik lagi untuk mandi. Sementara hari semangkin gelap, di sungai sudah tidak ada lagi orang.

Selagi Habsyi melakukan pencarian sabunnya. Usman mempersiapkan ember, air, dan jeruk purut. Setelah air dimasukkan kedalam ember, jeruk purut di peras diaduk menjadi satu.

Setelah 10 menit berlalu,terdengar suara Sepeda motor.

“ Nggak ketemu sabunnya,entah jatuh dimana.”terang Habsyi.

Usmanpun mengucapkan syukur dalam hati. Ternyata adiknya benar-benar mencari sabun cairnya. Sebelumnya Usman berburuk sangka. Pencarian sabun oleh Habsyi hanya modus, setelah itu tidak balik lagi untuk mandi. Menghindari mandi dengan jeruk Purut.

“ Ya uda, tidak masalah besok kita beli lagi sabunnya, sekarang bukalah bajumu.” kata Usman.

Habsyi pun langsung buka baju dan celana. Diluar dugaan, Habsyi mandi tanpa menggunakan kain sehelaipun. Habsyi langsung terjun ke sungai. Setelah Habsyi membasahi tubuhnya, Habsyi pun bertanya,

“ Mana air yang sudah di campur dengan jeruk purut.”

“Ini, sudah Abang siapkan. Mendekatlah ke sini, biar Abang yang membantu menyiramkan ke tubuh mu.” tutur Usman.

Usmanpun memandikan Habsyi dengan menyiram beberapa kali, sambil mengusap air mata dipipinya. Usman berpikir kenapa Adiknya menjadi seperti ini. Apa salah Habsyi dan apa salah keluarganya.

 Lalu Usman menggosokkan jeruk purut ke tubuh Habsyi. Selesai itu Usman menguyah daun sirih dan kapur, lalu di semburkan ke ubun-ubun Habsyi. Kemudian  Habsyi di suruh oleh Usman untuk  menghadap kearah datangnya air sambil memegang belahan jeruk purut. Satu di tangan kiri dan satu belahannya lagi di tangan kanan. Lalu Usman memerintahkan agar jeruk purut itu di buang kearah belakang. Setelah selesai ritualnya, mereka kembali ke rumah.

“ Usman Anakku. Mau Habsyi, ketika  kamu mandi-i tadi ?” tanya Bu Umar, bisik-bisik ke Usman.

“ Mau, Mak. Nurut Dia sama Aku.” jawab Usman.

“ Syukurlah kalau begitu.” tutur Bu Umar dengan nada lembut.

Besok paginya, ritual pengobatan dilanjutkan. Usman mengambil air putih didalam botol yang di peroleh dari Opung Besangu, lalu di minumkan ke Habsyi. Setelah itu Habsyi menguyah daun sirih dan kapur, kemudian di semburkan ke ubun-ubun- Habsyi.

Anehnya Habsyi menurut saja , apa yang di perintahkan Usman. Dimana selama ini, jika Mamaknya mau mengobatinya selalu ada kata-kata penolakan.

Setelah di sembur , Habsyi duduk di teras rumah. Usmanpun menghapirinya. Tidak berapa lama, Habsyipun bercerita seperti biasa yaitu perihal Jin, Pekong, Nyiloro kidul, Jin Langit dan rombongan Jin, tanpa putus-putus dan begitu antusias. Padahal yang di cerikatan itu-itu saja,Habsyi tidak ingat bahwa cerita itu telah Ia ceritakan sebelumnya. Dan Habsyi merasa senang jika ada yang  mau mendengarkannya.

Setelah selesai cerita, Habsyi mengambil semen, pasir dan sekop di belakang rumah.

“ Untuk apa semen, pasir dan sekop itu ” tanya Usman geram dan bingung.

“ Aku mau menyemen lantai dapur belakang, tempat Mamak mencuci piring. Ini perintah Jin langit. Harus Aku kerjakan Bang. Jika tidak badanku sakit-sakit, nafasku sesak, perutku seperti di isi sama batu bata ” terang Habsyi sambil mengaduk semen dan pasir.

“Waduh, kok setelah di obati, belum ada perubahan. Kuat juga Pekong yang ada di tubuh Habsyi” guman Usman dalam Hati, sambil geleng-geleng kepala.

Sehubungan tempat mencuci piring di belakang , memang pantas untuk di semen, maka Usman tidak melarang adiknya.

Habsyipun melanjutkan pekerjaanya. Setelah di perhatikan Usman, ternyata pekerjaan yang di lakukan Adiknya “asal”. Tidak seperti yang ada dalam bayangan Usman. Adukan semen air dan pasir tidak sempurna. Asal di aduk saja. Setelah di aduk-aduk dengan asal , Habsyi membawanya dan menyiramkan ke tanah tempat Mamaknya cuci piring sehari-hari. Tanpa di ratakan, cuma asal siram.

Setelah dilihat, pasir dan adukan semen sudah habis. Usmanpun menghampiri Adiknya.

“ Sudah siap kerjanya, cuma seperti ini kah hasil kerjaanmu. Bukannya mangkin bagus juga !” ungkap Usman kesal.

 “ Iya sudah selesai Bang kerjaanku. Lega rasanya setelah selesai. Dadaku tidak sesak lagi ”.  jawab Habsyi puas.

“  Bang, Aku mau ke Ladang dulu ya ” sambung Habsyi menutup pembicaraan.

Lalu Habsyipun pergi ke Ladang. Sore haripun tiba. Ritual pengobatan tetap dilakukan oleh Usman, berharap Adiknya sembuh.

Menjelang malam tiba, Habsyi tidur di kamarnya. Dimana kondisi kamarnya sangat berantakkan,  papan tempat tidur di lepasnya. Habsyi tidur di bawah. Kasur tinggal satu, yang satunya di bakar pada malam hari, alasannya karena banyak kuman.

Pada waktu itu Usman tetap tidur di ruang tamu, untuk memonitor pergerakkan Adiknya.. Pas jam 12 malam, Habsyi keluar dari kamarnya. Menuju kamar Mamaknya.

“Apa yang Habsyi cari ?” tanya Bu Umar.

“ Pinjam HPnya dulu Mak, sebentar ” jawab Habsyi.

Lalu Habsyi menghidupkan senter yang ada di HP tersebut dan keluar rumah menuju ke belakang dapur, tempat Habsyi menyemen lantai tadi pagi.

 Usmanpun, terus melakukan pengamatan di iringi rasa takut. Usman mengintip dari pintu dapur. Sementara, keluarga Pak Umar semua melanjutkan tidurnya, mereka sudah biasa dan pasrah atas ke-anehan yang di alami Habsyi.

Tangan Hasbyi sebelah kiri memegang HP. Tangan kanan memegang kayu untuk mencongkel-congkel tanah yang di semennya tadi pagi. Setengah jam kemudian, si Habsyi masuk ke rumah menuju dapur,  untuk makan.  Sementara Usman pura-pura tidur. Setelah makan, Habsyi menuju kamarnya dan tidur. Ke esokan paginya, hal yang sama tetap di lakukan oleh Habsyi, , mencongkel-congkel tanah bekas semenannya.


“ Habsyi, inikan hasil semenanmu kemaren. Dan sekarang kenapa Habsyi congkel-congkel tanah ini ? “ tanya Usman pura-pura tidak tau, apa yang di lakukan Habsyi tadi malam.

“ Entah kenapa Bang, hatiku gelisah tadi malam, lebih baik Ku kembalikan lagi seperti semula tanah ini. Jangan sampai tersisa sedikitpun semen disini. Biar mampus tu, Jin langit.” jawab Habsyi dengan cepat.

Pak Umar Saragih pernah bercerita ke Usman, bahwa puncak kumatnya Habsyi, biasanya terjadi pada malam senin. Di malam senin itulah, ada saja yang di lakukan Habsyi yang membuat keluarga Pak Umar Saragih terkejut lalu terbangun .


 Sewaktu penghancuran kolam Lele Al, juga di lakukan pada malam Senin. Sehingga keluarga Pak Umar berpikiran, kalau yang mengguna-gunai Habsyi dengan Pekong, sengaja men-jadwalkan penghancuran besar-besaran pada malam Senin.

Pada tanggal 27 Desember 2015 malam senin, terbukti apa yang di utarakan Pak Umar ke Usman. Pada jam 12 malam, Habsyi mulai gelisah. Keluar masuk kamarnya, lalu menuju ke belakang rumah sambil memindahkan papan-papan dekat kamar mandi ke dekat pintu kamar belakang. Dimana kamar belakang tersebut terdapat pintu untuk masuk kekamar mandi. Dan di kamar inilah Mamak dan Adik Habsyi ,Yani beristirahat. Melihat hal ini, Usman pun mendekati Habsyi dengan rasa takut, sambil bertanya,

                            “Habsyi, kenapa Kamu pindahkan papan-papan itu”      

     

        

“ Dinding kamar mandi ini, menjadi tempat Pekong dan Jin-Jin lain ber-sembahyang memuji Tuannya. Jadi mau Ku bongkar dinding ini besok, untuk  Ku jadikan pintu. Sehingga kita semua lewat dari pintu ini, agar mereka tidak ber-sembahyang lagi disini. Malam ini mau Ku tutup dulu, pintu kamar mandi dengan papan ”  Habsyi mencurahkan pandangannya.

“Ah, mana ada itu. Kau seharusnya berpikir waras, jika pintu ini Kau tutup, dari mana nanti kita , keluar masuk ke kamar mandi. Jika pintu ini Kau tutup, dan Kau buka pintu yang lain di luar rumah, tentunya kita semangkin susah kekamar mandi, harus keluar rumah dulu. Berpikirlah secara normal ” terang Usman semangkin membatin.

“Aku nggak perduli Bang, ini yang ada di pikiranku sekarang ” sambung Habsyi.

Mendengar jawaban ini, Usman pun kembali ke rumah dan mengambil air lalu di masukkan  ke dalam botol. Di depan Habsyi Usman membacakan “ ayat Kursi, Surah Al-ikhlas, Al-Falaq dan An-nas”, setiap ayat yang selesai dibaca, Usman menghembuskan ke dalam air. Lalu dengan yakin Usman menyiramkan ke dinding kamar mandi.

Usman melakukan ini, karena yakin sesuai dengan yang Ia pelajari, baik secara langsung dan yang di pelajarinya di Televisi dan Youtube, tentang cara mengusir gangguan Jin atau ilmu sihir  melalui metode Rukyah syariah. Bahwa dengan metode ini,sanggup mengusir Jin dan gangguan Sihir lainnya.

“ Lihat, sudah Abang usir Jin-Jin yang ada di rumah ini, Jin-Jin yang menjadikan dinding kamar mandi ini tempat sembahyangnya. Pasti semua terbakar atas Izin Allah !” tutur Usman menyakinkan Habsyi.

 Malam pun sudah semangkin larut, jam pun sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Setelah Abangnya selesai menyiram dinding kamar mandi, Habsyi tetap memindahkan papan satu demi satu. Habsyi seakan tidak menangkap apa yang di bicarakan, Abangnya tadi. Dia tetap pada pendiriannya untuk membongkar kamar mandi . Si Usmanpun berteriak,


“ Berhenti Ku bilang, jangan Kau pindahkan papan-papan itu ! ”

“Apa Kau bilang, nggak usah Kau ikut campur urusan Ku. Kau bilang mau ngobati Aku, bukannya malah sembuh, malah gelisah Aku jadinya. Ini semua gara-gara ritual yang Kau lakukan lakukan pada tubuh Aku ” balas Habsyi sambil melotot.

“ Pokoknya, Aku bilang berhenti. Dengar nggak Kau !” tegas Usman sambil melotot  juga.

“ Jadi, mau Kau apa !” jawab Habsyi sambil mau memukul Usman.

“Jadi Kau, ngajak berantam. Ayok” Usman siap-siap untuk berantam, kedua tangannya sudah di kepal untuk menonjok Habsyi.

Sementara keluarga Pak Umar yang lain, tetap terlelap tidur, tidak mengetahui percek-cokan ini.

“Kok Kau pulah yang ke Setanan, kemasukan Jin Kau rupanya ya !” si Habsyi malah menuduh Abangnya yang  kesetanan.

“Ya udalah kalau itu maumu!” sambung Habsyi.

Ternyata Habsyi mengalah, tidak mau melanjutkan perkelahian. Habsyipun masuk ke kamarnya. Hal ini di luar dugaan Usman, karena tadinya Usman berpikir akan terjadi perkelahian yang cukup sengit.

Lalu dengan kerendahan hati dan masih berpikiran positif, Usmanpun masuk ke kamar Habsyi, ingin ngobrol sama Adiknya dari hati ke hati, untuk menenangkan Adiknya. Dalam benak Usman belum ada kesimpulan kalau Adiknya berprilaku seperti itu karena Narkoba yang di kosumsinya beberapa tahun yang lalu. Usman masih berprasangka Adiknya di ganggu oleh ilmu sihir. Karena keluarga Pak Umar Saragih, tidak pernah melihat Habsyi mengkonsumsi Narkoba, apalagi seperti orang sakau selama Habsyi di kampung.

“ Dek coba Kau duduk dulu ” pinta Usman.

Habsyipun bangun dari tidurnya dan duduk.

“ Letakkan kedua telapak tanganmu di depan mulut. Ayo kita baca sama-sama Surah ini “Al-ikhlas, Al-Falaq dan An-nas”  setelah kita baca, lalu kita  tiupkan ke telapak tangan dan usapkan ke seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki ” ajak Usman ke Adiknya.

“Lalu apa lagi” tanya Habsyi.

“ Tidurlah, Insyallah badanmu tidak sakit-sakit lagi. Lakukan ini setiap mau tidur ya, supaya Habsyi jauh dari gangguan Ilmu sihir dan sebagainya ” sambung Usman.

“ Bang Badanku pegal-pegal, tolong pijatilah ” pinta Habsyi sopan.

“ Baik, habis itu tidur ya. Jangan bangun-bangun lagi sampai subuh ” lanjut Usman.

Usmanpun memijati Badan Habsyi dengan menggunakan kaki. Setelah ada 30 menit memijati Habsyi. Usman menyuruh Habsyi tidur. Lalu Usman menuju kamar Mamaknya, dan menceritakan sedikit kejadian barusan.

“ Dek Yani, pindahlah.  Tidur sama Kakek. Abang mau tidur sama Mamak ” pinta Usman.

“ Iyya Bang” jawab Yani, sambil menguap.

“ Mak, kita jaga-jaga, karena Habsyi sudah memindahkan papan-papan dari kamar mandi untuk menutup pintu kamar mandi ini. Papan diletakkan di depan pintu itu. Jam 12 malam tadi, Habsyi mulai bereaksi” cerita Usman ke Mamaknya.

Mendengar hal ini, Mamak Habsyipun segera menyembunyikan martil, paku dan sebuah batu gilingan cabe yang pernah digunakan Habsyi untuk menghancurkan Kolam Adiknya “Al”.

“ Mak, Usman mau Sholat Tahujud dulu ya ” kata Usman lembut.

Baru satu rakaat, Si Habsyi kelihatan masuk ke kamar Mamaknya. Langsung membuka pintu kamar samping dan mengambil papan, lalu di bawanya masuk. Mamak Habsyi terkejut.

“ Habsyi, apa yang Kau lakukan Nak ?” teriak Mamak Habsyi khawatir.

Usmanpun langsung membatalkan sholatnya. Mendengar teriakan Mamaknya, Pak Umar langsung terbangun dan berlari dari ruang tamu menuju kamar belakang. Satu papan berhasil di berdirikan di depan pintu kamar mandi, lalu Habsyi mengambil papan yang ke dua. Melihat hal ini, Pak Umar kelihatan emosi, dan merebut  papan tersebut,  lalu mau dipukulkan ke kepala Habsyi. Tetapi Usman melarangnya.

“ Jangan Pak, sabar. Bisa masuk penjara kita nanti, kita biarkan aja dulu apa maunya, tapi kita jaga jangan sampai Habsyi memaku papan itu ” ujar Usman mengingatkan Bapaknya agar jangan kehilangan kontrol.

“ Sini Abang bantu,” Usman membantu Habsyi meletakkan papan-papan itu di depan pintu kamar mandi sampai tertutup semuanya. Lalu Usman mengambil kursi untuk menyanggah Papan agar tidak jatuh. Dalam pikiran Usman karena sudah  jam 3 pagi,  jangan terjadi ribut-ribut di rumah. Segan di dengar tetangga. Ikuti aja dulu kemauan Habsyi. Besok pagi baru di pikirkan kembali apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelakuan aneh si Habsyi. Ini strategi atau trik yang Usman lakukan, agar adiknya tenang dan bisa tidur. Setelah misi Habsyi terlaksana, Ia pun pergi ke kamarnya.

“ Seperti inilah kelakuan si Habsyi, ada-ada aja yang mau di rusaknya.” ungkap Mamak Usman, sambil menangis.

“ Ya sudah Mak. Jangan Sedih. Kita harus yakin Kalau penyakit Habsyi bisa di sembuhkan ” sambung Usman dengan lirih.

“ Tadi, kalau Usman tidak larang, sudah Bapak pukul kepalanya dengan papan itu ” tutur Pak Umar emosi.

“Ya, sudah Pak. Si Habsyi sudah kekamarnya. Bapak kembali tidur aja di ruang tamu. Usman tidur sama Mamak, berjaga-jaga jangan sampai pintu kamar mandi di pakunya malam Ini.

Baru setengah jam Habsyi dikamarnya, terdengar ada yang berjalan kearah dapur, Seperti ada yang di carinya, terdengar seperti ada yang membuka-buka lemari.

“Mak, siapa itu ?” bisik Usman.

“Siapa lagi kalau bukan Si Habsyi ” jawab Mamak Usman.

“ Ngapain Habsyi  ya Mak, seperti ada yang dicarinya, apa Habsyi cari paku ?” tutur Usman dengan nada prihatin.

“ Paku kan sudah Mamak sembunyikan ?” balas Mamak Usman.

“ Syut, Dia arah ke kamar ini Mak!” sambung Usman, dengan jantung berdebar-debar.

“ Kita pura-pura tidur aja” kata Mamak Usman.

Benar, rupanya Si Habsyi yang masuk kamar. Ia membawa paku dan batu. Heran mereka,  dari mana Habsyi  mendapatkan paku.

 Sewaktu Habsyi bersiap-siap memukulkan paku itu ke papan. Usmanpun lompat dari tempat tidur, langsung merebut batu dari tangan Habsyi. Melihat hal itu, Bu Umar pun berteriak.

Mendengar teriakan istrinya, Pak Umar langsung terbangun dari tidurnya dan langsung ke Kamar belakang.

“Pak, pegang batu ini. ” Usman langsung mengambil sapu bergagang kayu yang dilihatnya.

 “Kau, Habsyi jangan buat Aku marah, Ku hajar kau nanti,” ujar Usman penuh amarah.

“ Kok, Kau pula yang kesetanan. Aku yakin  ini bukan Bang Usman Mak ! Dia kemasukan Jin ” lontaran jawaban Habsyi terkesan menyalahkan Abangnya. Seakan Habsyi, ingin memperngaruhi pikiran orang di sekitarnya, bahwa Abangnyalah yang sakit bukan Habsyi.

“ Ya sudahlah kalau gitu, suka hatimu apa yang mau Kau perbuat di rumah ini. Suka hatimu mau Kau apakan Aku. Sudah jelas menurut penerawanganku Kau yang sakit. Kok Aku pula yang mau di obati. Mana kunci sepeda motor  Mak, Aku mau beli rokok !” ungkap Habsyi tanpa perasaan bersalah.

“ Malam ini, Kau jangan kemana-mana!” teriak Usman dengan wajah menyiratkan keseriusan dengan tangan masih memengang sapu.

“Kok, Kau pula yang mengatur-ngatur, jadi mau Kau apa ?” sambung Habsyi dengan nada keras memancing keributan.

Mendengar itu, Usman mangkin naik emosinya dan tidak sadar, sapu yang di pegang tadi spontan di pukulkan ke kepala Habsyi, “ kena tapi cuma sekali”.

“ Tolong….tolong ! Spontan Bu Umar berteriak ketakutan melihat anaknya berantam. Berharap tetangga ada yang mendengar. Sapu yang di pegang Usman langsung di rebut oleh Ibu Umar. Lalu Usmanpun langsung menyergap Habsyi dari belakang.

“ Pak, ambil tali,”  pinta Usman ke Bapaknya.

“ Dek Yani. Bangunkan Bang Ucok dan telepon Bang Al suruh pulang,” intruksi Usman ke adiknya.

Bang Ucok merupakan tetangga Bu Umar, dengan badan seperti bina raga.

Habsyipun di bawa keluar, dengan posisi masih dalam sergapan atau pelukan Usman. Pak Umar siap-siap untuk mengikat.

Sebelum sampai di teras rumah si Habsyi berbicara seperti orang yang tidak ada kejadian apa-apa.

“Bang, malu sama tetangga. Lepaskan Aku, apa-apaan kalian ” tutur Habsyi.

Tetapi Usman tetap membawanya ke teras rumah.

“ Ada apa Usman ? ” tanya Bang Ucok didepan teras rumah.

“ Nggak ada apa-apa Bang. Mereka sudah gila, Aku mau di ikatnya” malah Habsyi yang menjawab.

“ Bang ucok, tolong bantu kami mengikatnya ” pinta Usman sambil menarik nafas panjang.

“Stop-stop. Sudah, tidak perlu Aku di ikat, besok Aku pergi ke Medan ” tegas Habsyi mantap.

Mendengar pernyataan itu, Usmanpun melepaskan sergapannya.

“ Kau, malam ini jangan masuk rumah. Sempat Kau masuk, kami hajar ” ungkap Usman berang.

“ Baguslah kalau Kau mau pergi besok, dan tidak usah kembali lagi sebelum Kau bisa mandiri dan punya keluarga. Lihat “sambil menunjuk tanah kosong di samping rumah” , rumah sudah Kau hancurkan. Sudah bertahun-tahun Kau membuat kami gelisah ” sambung Pak Umar. Perasaan Pak Umar benar-benar getir saat mengucapkan ini.

“ Oke, Aku nggak akan pulang.  Aku mau  berngakat ke Medan lalu ke Jakarta, yang penting ongkosi Aku ” ungkap Habsyi dengan wajah menyiratkan keseriusan.

“ Kalau ongkos sampai Jakarta tidak ada. Kau kerja aja dulu di Medan, begitu ada uang pergilah ke Jakarta.” sambung Usman.

“ Kerjalah Habsyi bagus-bagus, jangan baru sebentar kerja sudah pulang. Habsyi sudah berumur, carilah pasangan hidup. Apa mau, Habsyi hidup seperti-seperti ini aja. Tujuan Abangmu kesini untuk mengobati Habsyi, tetapi bukannya Habsyi bertingkah laku baik dan bisa mengontrol diri, mangkin aneh-aneh yang Habsyi lakukan. Kalau di hitung-hitung lebih dari 100 juta kerugian akibat penyakit yang Habsyi derita ini. Rumah sudah Hasbyi hancurkan, kolam Adikmu baru saja Habsyi hancurkan juga, Sepeda motor yang dulunya bagus sekarang hancur.  Pondasi-pondasi rumah yang sudah Habsyi bangun, untuk membangun rumah, ternyata Habsyi hancurkan juga. Lalu atas permintaan Habsyi, Mamak pinjam uang ke Bank. Kata Habsyi uangnya untuk membangun kamar , sudah Hasbyi bangun kamar siang dan malam, cantik kami lihat kamar yang Hasbyi bangun, besoknya Hasbyi hancurkan.” tutur Ibu Umar sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

Mendengar hal itu, Usman pun menangis. Melihat suasana di teras kala itu, Bang ucokpun perlahan-lahan menuju rumahnya untuk istirahat. Bang Ucok cukup paham kelakuan Habsyi di kampung itu. Dan tidak tau harus berbuat apa untuk membantu penderitaan keluarga Pak Umar Saragih. Karena Bang Ucok hanya seorang warga kampung yang kerjaannya mengambil batu di sungai.

“ Mak, minta rokok. Dingin di teras ini, nggak boleh masuk rumah lagi” pinta Habsyi di sela-sela pembicaraan.

“ Bentar, Mamak ambilkan ” jawab Bu Umar dengan lembut. Masih mau meladeni keinginan Habsyi dengan penuh kasih sayang, padahal sudah beberapa tahun ini, Habsyi telah menyusahkannya Lahir dan Bathin.

Mamak Hasbyi biasanya mempersiapkan  rokok sebatang atau dua batang, untuk persiapan kalau tiba-tiba Habsyi minta rokok.

“ Ini rokok dan sarung. Habsyi tidur aja di tempat duduk ini ” ujar Bu Umar.

Kemudian Al pun pulang dari tempat kerjaanya, setelah di telepon oleh Yani. Al tinggalkan sementara dulu tamunya, yang akan mengikuti arum jeram besok pagi. Si Al, tidak terbawa  emosi, dan terkesan biasa-biasa aja. Karena si Al sudah terbiasa melihat kelakuan Abangnya yang tidak stabil itu.

“ Al, kita jaga sama-sama. Jangan sampai Abangmu ini masuk rumah ” penegasan Usman ke Al.

“ Baik, Bang ” tutur Al dengan sopan.

“Sekarang, Bapak, Kakek, Yani, dan Mamak istirahatlah dulu. Biar Saya dan Al yang menjaga Habsyi ” saran Usman dengan mimik tulus.

Habsyi duduk di teras sambil merokok, sementara Al dan Usman masuk ke ruang tamu untuk berjaga-jaga sambil menonton Televisi, tidak lama kemudian,

“ Asslamu alaikum, Bang Aku boleh tidur di kursi ini, di luar dingin” tanya Habsyi sambil menujuk kursi panjang di ruang tamu.

“ Kayak mana Al ” tutur Usman minta saran.

“ Terserah Abang aja, bagaimana baiknya ” sambung Al.

“ Tidurlah ” ungkap Usman, menyuruh Habsyi.

Waktu menunjukkukan jam 06 pagi. Si Usman membangunkan Habsyi untuk mandi, tetapi Habsyi menolak. Jam 07 pagi, Usman membangunkan kembali Habsyi.

“ Bangun, nanti ketinggalan Motor Sewa ( Mobil penumpang yang mengangkut penumpang dari kampung ke Tebing-Tinggi) ”

Habsyipun bangun, dan berteriak.

“ Mak, minta rokok ”

“ Itu sudah Mamak siapkan di atas meja ” jawab Bu umar cepat.

“ Kalian tenang aja kalian . Aku pergi dan tidak akan pulang-pulang, Aku mau ke Medan lalu Jakarta” Habsyi menggerutu di ruang tamu sambil mengisap sebatang rokok.

 “Sudah, mandi sana”  perintah Usman.

“ Aku nggak mandi, cuci muka aja. Sarapan nanti aja di Tebing. Yuk antar Aku ” ungkap Habsyi menggebu-gebu.

Tas berisi baju, kain dan sabun sudah disiapkan oleh Bu Umar.

“ Ini uang, untuk ongkos dan makan Kau beberapa hari di Medan. Setelah itu Kau harus kerja. Ingat Janjimu, tidak akan pulang-pulang atau Kau boleh Pulang setelah berkeluarga ” Usman mengingatkan.

Hasbyipun di antarkan oleh Usman, Al dan Mamaknya ke tempat menunggu Motor Sewa.

“ Habsyi anakku. Padahal tujuan Abangmu Jauh-jauh dari Aceh,  ingin mengobati Kamu sampe sembuh, tetapi kamu malah seperti ini ” ungkap Mamak Habsyi di sela-sela menunggu Motor sewa, sambil meneteskan air mata.

Sudah 1 jam Motor sewa di tunggu tetapi tidak datang-datang. Tiba-tiba ada Sepeda motor lewat dan di stop oleh Usman.

“ Bang, mau ke Tebing ya ?” tanya Usman tanpa basa-basi.

“ Iyya Bang ” jawab pemilik Sepeda motor.

“ Boleh numpang ” tanya Usman.

“ Siapa yang mau berangkat Bang ? “ tanya pemilik Sepeda motor.

“ Adikku Bang. Namanya Habsyi, Dia mau ke Medan. Nanti begitu sampai terminal Tebing Tinggi tolong antarkan Adikku ke Motor sewa yang menuju Medan ya Bang ” pinta Usman .

“ Oke Bang. Dengan senang hati, Aku akan membantu.” jawab pemilik Sepeda Motor dengan mimik tulus.

Habsyipun berangkat menuju Kota Tebing Tinggi lalu ke Medan.

Malam ini keluarga Pak Umar Saragih dapat tidur dengan nyenyak. Keesokkan harinya, kakeknya Usman, meminta diantar ke Pukesmas.

“ Usman, kaki Kakek tidak sembuh-sembuh, ke Pukesmas Yuk”

“ Baik Kek, kita berangkat sekarang ya ” jawab Usman dengan cepat.

Setelah pulang dari Pukesmas, Habsyi singgah sebentar ke rumah Opung yang memberi obat Habsyi.

“ Opung, Kemaren pagi Habsyi berangkat ke Tebing Tinggi. Padahal pengobatan sama Opung belum selesai. Sebelum keberangkatannya, Habsyi  mengulah, mau menutup pintu kamar mandi dengan papan. Setelah itu Habsyi mau menghancurkan dinding kamar mandi, karena dianggapnya dinding kamar itu menjadi tempat pemujaan Pekong dan Jin ” terang Usman sambil menelan air ludah.

“ Wah, kayak gitu ya kejadiannya. Nanti kalau Habsyi kembali ke rumah, jangan di marahi. Kau langsung ke sini, ambil obat lagi ya, karena orang kayak gitu sebaiknya jangan di marahi, di lembuti aja, supaya menurut untuk di obati ” Opung menambahkan.

“ Baik Opung. Terima kasih atas bantuannya. Aku permisi dulu Opung ” Ujar Usman.

“ Iyya, hati-hati di jalan” jawab Opung singkat.

Di luar dugaan dan  membuat Usman sangat kaget, begitu Usman tiba di rumah. Si Habsyi sudah ada di rumah. Pasir, semen dan sekop sudah ada di dekat kamar mandi. Usman langsung menjumpai Mamaknya.

“Mak, Kayak mana tu , Habsyi kembali lagi ?”

“ Mamak juga bingung Nak. Begitu sampe rumah. Habsyi langsung  mengambil Pasir, semen dan sekop. Ambisi untuk menghancurkan dinding kamar mandi tidak hilang dari benaknya. Sekarang Habsyi lagi di kamar ” jawab Bu Umar.

Usman pun menjumpai Habsyi di kamarnya.

“ Kenapa Kau pulang lagi. Apa nggak ingat apa janjimu kemaren ” tanya Usman lembut, teringat pesan Opung, bahwa Ia tidak boleh kasar sama adiknya.

Tidak sanggup Aku di Medan. Aku di keroyok sama Pekong. Untuk Kau ketahui Bang.  Aku dua kali ganti motor sewa ketika ke Medan, karena motor sewa  yang pertama, isinya Pekong semua ” papar Habsyi serius.

“ Ya sudah, sekarang kita pergi dari rumah ini. Kita berangkat ke Besangu, lalu ke Pukesmas dan kita lanjutkan perjalanan  ke Tebing, jumpai Ustad Ahmad” ajak Usman.

Si Habsyi mengajak Adiknya berangkat dari rumah.  Jika di tunda, dikhawatirkan  Habsyi akan menghancurkan kamar mandi. 

Lalu Usman keluar dari Kamar Habsyi dan ngobrol sama Mamaknya, “Mak, siang ini juga, Usman dan Habsyi berangkat ke rumah Opung di Besangu. Lalu ke Puksesmas,  minta rujukan berobat ke Rumah sakit Pabatu, bagian ke jiwaan. Begitu sampai Tebing, kami jumpai Ustad Ahmad terlebih duhulu supaya Habsyi di Rukyah ”

“ Baiklah Nak, hati-hati di jalan ya. Tapi Mamak takut, tiba-tiba Usman di pukul Habsyi dari belakang” ujar Bu Umar cemas.

“ Jangan khwatir Mak. Selama Usman disini. Habsyi kan sangat nurut sama Usman” ungkap Usman, agar Mamaknya jangan terlalu khawatir.

Usman dan Habsyipun berangkat ke Pukesmas dengan Sepeda motor milik si Al.

Sesampainya di Pukesmas, Usman menjumpai Dokter. Dimana Dokter tersebut, teman Usman ketika  di SMP Negeri 2 Sipispis , “Dok, Saya mau mengambil rujukan ke Dokter kejiwaan di Pabatu ”

“ Siapa yang sakit ” tanya Dokter heran.

“ Itu Adik saya, Habsyi” jawab Usman sambil menunjuk ke arah Habsyi yang lagi menunggu di parkiran.

“ Wah, segera di obatilah Dia. Di lihat dari tubuh dan pakaiannya. Kelihatan kok, kalau  Habsyi itu tertanggu jiwa nya.” sambung Dokter.

“ Iyya Dok. Dan hal ini sudah di alami Habsyi cukup lama, ada sekitar 5 tahunan.” tutur Usman.

“ Ini ada obat penenang, minumkan  aja ke Habsyi  supaya tidurnya enak ” saran Dokter.

“ Baik Dok, terima kasih. Kami permisi dulu ” ujar Usman menutup pembicaraan.

Setelah mendapat surat rujukan, Habsyi dan Usman menuju rumah Opung Besangu. Sesampainya di halaman rumah, Usman langsung masuk ke rumah Opung dan Habsyi tinggal di luar.

“Opung, benar dugaan Opung. Habsyi pulang ” kata Usman.

“ Coba Suruh  masuk Dia” pinta Opung.

“ Habsyi, sinilah masuk” panggil Usman.

Habsyipun masuk dan menyalami Si Opung tanpa harus di suruh.

“ Duduk sebentar ya. Opung mau kebelakang dulu” ujar Opung ke Habsyi.

Sehabis dari belakang, Opung membawakan air putih di dalam botol dan beberapa jeruk purut.

“ Nanti sore, jika Habsyi mau mandi lakukan ritual seperti yang sebelumnya ya” ujar Opung mengingatkan.

“ Baik Opung, setelah ini kami permisi pulang ya ” ungkap Usman.

Usman dan Habsyipun berangkat ke Tebing tinggi. Si Opung tidak di beri tau, bahwa mereka bukan menuju pulang ke rumah melainkan berangkat ke Tebing tinggi, untuk melanjutkan rencana pengobatan selanjutnya yaitu dengan cara Rukyah syariah dan Pengobatan medis.

Dalam perjalanan, Habsyi masih asik cerita perihal Jin, tanpa henti-hentinya. Cerita yang sama di ulang-ulang. Akhiranya Habsyi dan Usman sampai di rumah Ustad Ahmad jam 06 Sore.

“Assalamu alaikum Ustad. Saya Usman yang pernah menelepon dari Lhokseumawe Aceh, untuk merukyah Adik saya, dan sebelumnmya saya juga pernah datang ke sini, tetapi Ustad tidak ada di rumah.” tutur Usman.

“Oh, iya. Beberapa hari yang lalu, Mertua saya cerita, bahwa ada yang cari saya dari Aceh ” sambut Ustad Ahmad hangat.

“ Maaf Ustad sebelumnya, sehubungan hari sudah sore. Rencananya malam ini saya minta izin tidur di Masjid itu.  Karena besok pagi,  saya mau  bawa  Habsyi  ke Rumah sakit yang ada di Pabatu ” tutur Usman.

“ Baik, tidak ada masalah, karena pengurus Masjidnya Mertua saya. Sekarang kalian mandilah dulu , nanti sehabis Isya kita mulai Rukyah. Kalian boleh mandi di rumah ” ujar Ustad.

“ Baik Ustad, terima kasih banyak. Maaf sebelumnya karena sudah merepotkan Ustad ” balas Usman.

“ Siapa bilang merepotkan, kita kan sesama Muslim, hukumnya wajib meringankan beban saudaranya ” jawab Ustad memotivasi Usman.

Habsyi dan Usmanpun mandi bersama. Tujuan Usman mandi bersama untuk mencampurkan air dengan jeruk purut, lalu di mandikan ke Habsyi. Herannya, Habsyi patuh dan sangat bersemangat. Setelah air di campur dengan Jeruk purut oleh Usman, Habsyi tanpa di suruh, juga langsung memeras jeruk purut untuk di minumnya, sesuai perintah Opung di Besangu. Setelah mandi Usman dan Habsyi pergi sholat Magrib ke Masjid.

Setelah Sholat mereka mencari rumah makan di sekitar Masjid. Begitu Adzan Isya berkumandang, mereka langsung menuju Masjid. Setelah Sholat Isya selesai di laksanakan, mereka menjumpai Ustad Ahmad.

“ Eh kalian. Yuk masuk kerumah, kita makan dulu ” ajak Ustad Ahmad.

“ Terima Kasih Ustad, kebetulan kami sudah makan tadi setelah sholat Magrib ” tutur Usman segan.

“ Kalau begitu, kita mulai aja  Rukyah nya ” sambung Ustad.

Lalu terjadilah obrolan antara Habsyi dan Ustad Ahmad.

“ Bang Habsyi. Apa sih yang Abang rasakan selama ini ?” tanya Ustad.

“ Saya bisa melihat Jin, baik itu Nyi-lorokidul, Jin langit , Pekong dan yang lainnya. Ada Jin bodoh di Ladang saya, kerjanya mencabuti rumput, kapan bersihnya. Ha..haa…dasar Jin bodoh ” tutur Habsyi mengenang.

 “ Abang , pernah berkominikasi dengan Jin ?” Ustad Ahmad menambahkan pertanyaan.

“ Berkomunikasi sih tidak pernah, tetapi mereka sering memerintah saya. Kalau tidak saya turuti, badan saya sakit-sakit. Perut seperti di isi dengan batu bata, tangan seperti di lindas Traktor, nafas sesak.  Dan terkadang tubuh saya terasa lepas, dan saya sering di serang dengan bambu runcing oleh sekelompok Jin yang merupakan anak buah Jin Langit. Sekarang aja saya di suruh menghancurkan teras rumah Ustad .” ungkap Habsyi seperti orang polos dan sedikit menakuti Ustad dengan pernyataannya.

“ Oh gitu ya. Sekarang, keinginan apa, yang sampai sekarang, belum bisa Abang  wujudkan. Yang membuat Bang Habsyi gelisah ?” tanya Ustad.

“ Saya punya keinginan membangun rumah besar, di tanah kosong bekas rumah keluarga saya, yang saya hancurkan dulu. Rumah besar itu atas keinginan wanita yang saya sukai, sampai sekarang rumah itu belum selesai. Beberapa tahun yang lalu, Abang saya pernah bilang, sudah jangan Kau pikiri untuk membangun rumah, nanti kalau ada rezeki Abang saya yang membangun rumah keinginan saya. Tetapi sampai sekarang rumah itu belum terbangun. Dan Saya  tetap ingin membangun rumah itu,  agar wanita itu mau menikah dengan Saya ” tutur Habsyi.

“ Wah Cinta betul Abang sama wanita itu ya. Bang Habsyi dan Bang Usman. Untuk di ketahui, sebenarnya Jin tidak dapat di lihat dalam bentuk aslinya oleh Manusia. Tentu ini merupakan rahmat untuk kita Manusia, karena dengan demikian Manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Bayangkan apa yang terjadi jika kita semua bisa melihat alam Jin. Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri,  terpisah dan berbeda dengan alam Manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan yakni berkewajiban untuk beribadah kepada Allah.  “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz- Dzariyat 51-56). Dengan kita bisa melihat Jin,  bisa di bilang, Allah telah  mencabut rahmat- Nya. Dan Bang Habsyi segeralah bertobat kepada Allah. Andaikata detik ini kita mati, apa yang kita bawa ?, sementara kita masih bergelimang dosa. Dan Bang Habsyi, otomatis akan menyesal karena masih menuruti bisikan Jin. Padahal kita lebih mulia daripada Jin. Bertobatlah kepada Allah, mohon ampun kepadanya, minta kepada Allah agar kemampuan Abang melihat bangsa Jin di hilangkan .Dan jika Allah menghendaki Bang Habsyi sembuh pada detik ini, maka Bang Habsyi akan sembuh juga pada detik ini. Setalah pulang dari sini, minta maaflah kepada orang tua dan keluarga besar Bapak Umar Saragih, karena Bang Habsyi selama beberapa tahun ini telah membuat mereka tidak tenang dan khawatir. Bang Habsyi ikhlaskan keinginan-keinginan membangun rumah besar yang belum terwujud. Jangan di ingat-ingat lagi. Fokus saja kepada Allah, meminta ampunan dan rahmatnya ” nasehat Ustad, khususnya ke Habsyi.

“ Ikhlas, bagaiamana cara saya mengikhlaskannya ?” tanya Habsyi lugu.

“ Ikhlas berarti rela, ridho atas ketetapan Allah. Merelakan apa yang terjadi tanpa ada rasa sakit hati atau dendam. Tanda-tanda keikhlasan itu adalah kalau kita sudah mampu mengubah perasaan negatif menjadi perasaan nyaman, damai, cinta, syukur dan bahagia. Bahasa gaulnya ikhlas itu seperti kita buang air besar, setelah kita buang kita tidak mengingat-ngingatnya lagi.” jelas Ustad sambil menepuk-nepuk pundak Habsyi.

“ Oh, itu toh artinya Ikhlas, tapi saya tidak bisa. Saya tetap ingin menghancurkan dinding kamar mandi di kampung. Perasaan saya tidak enak, nafas agak sesak dan hidup saya tidak tenang jadinya, kalau dinding kamar mandi itu belum saya hancurkan ” balas Habsyi tegas.

“ Baiklah kalau begitu, sekarang ambil air didalam botol itu, pegang,  arahkan ke dekat mulut. Kita akan baca beberapa ayat. Bang Habsyi ikut baca juga ya ” Ustad mulai merukyah Habsyi.

Habsyipun mengikuti intruksi Ustad, tetapi anehnya tidak ada reaksi yang menunjukkan ada Jin atau Pekong yang bersemayam di dalam tubuh Habsyi. Biasanya orang yang terindikasi ada gangguan ilmu sihir atau ada ganguan  Jin di dalam tubuhnya akan segera bereaksi seperti mual, muntah, teriak kepanasan karena mendengar ayat Al-qur’an yang dibacakan.

 Sehubungan tidak ada reaksi setelah ayat dibacakan. Si Ustad menyuruh Habsyi untuk meminum air  didalam botol, namun tetap tidak ada reaksi.

Lalu Si Ustadpun bertanya, “Apa yang Bang Habsyi rasakan setelah meminum air tadi ?”

“ Aku cuma melihat ada makhluk hitam yang keluar dari air ketika Aku meniupnya ” tutur Habsyi.

“ Cuma itu saja ” sambung Si Ustad penasaran.

“ Iyya, cuma itu saja,  yang Aku rasakan”sambung Habsyi.

“ Baiklah kalau begitu, kita istirahat dulu ya” tutur Ustad.

Mendengar hal itu, Si Habsyipun meminta uang ke Usman untuk membeli rokok.

Setelah menerima uang, Habsyipun pergi membeli rokok.

“ Ustad, ternyata tidak ada reaksi yang menandakan Si Habsyi di ganggu ilmu sihir.Setelah ini saya punya rencana membawa Dia ke Rumah sakit jiwa di Medan. Biar Dia di rawat di sana. Kalau Dia pulang, Kemungkinan besar kamar mandi akan di hancurkannya. Ini ada obat penenang di beri Dokter Pukesmas, saya kasih aja ke Habsyi malam ini, supaya Habsyi bisa tidur tenang di Masjid ”curhat Usman ke Ustad, perasaan Usman benar-benar bingung saat melihat Adiknya tidak ada reaksi ketika di Rukyah.

“ Kalau saran Saya, jangan di bawa dulu ke Rumah sakit jiwa. Kan nggak enak di dengar orang dimana keluarga kita, ada yang di rawat di Rumah sakit Jiwa. Saya punya kenalan di Amplas Medan, namanya Ustad Musdar. Beliaupunya team untuk menangani orang-orang seperti Habsyi. Dan bisa kita inapkan Pasien di pondoknya. Ini nomor Hp nya, malam ini atau besok coba telepon Beliau ” sambung Ustad.

“ Baiklah kalau begitu Ustad. Saya izin ke Masjid dulu ya, untuk istirahat ” pamit Usman.

“ Itu Habsyi sudah balik dari beli rokok. Minumkan  saja Obat yang Kamu bawa tadi sebelum ke Masjid ” saran Ustad.

Usmanpun langsung memanggil Habsyi, “ Habsyi, sinilah. Minum dulu obat ini !”

“ Obat apa ini Bang?” tanya Habsyi

“Minum aja, itu obat supaya kamu enak tidur ” terang Usman.

Habsyipun meminum obat tersebut. Setelah selesai obat di minum,merekapun menuju Masjid. Sebelum masuk Masjid Habsyi mengambil wudhu terlebih dahulu dan melakukan sholat untuk menghormati Masjid. Setelah itu Habsyi tidur. Usman merasa heran, melihat Habsyi yang tanpa di suruh untuk mengambil air wudhu dan sholat, Habsyi spontan melakukkannya.

Usmanpun tidur di samping Habsyi, sambil melakukan pengamatan. Tidur Habsyi sangat pulas, tidak seperti di kampung, dimana Jam 12 malam selalu gelisah dan keluar rumah.

Untuk mengamati Adiknya, Usman tidur seperti tidur ayam, antara tidur dan tidak. Jam sudah menunjukkan 4 : 30.Usman bangun, menghidupkan lampu dan membuka pintu Masjid.. Habsyi kelihatan masih tidur pulas, di banguni masih tidak mau. Kelihatan terasa berat Habsyi membuka matanya.

Usmanpun mencoba membangunkan Habsyi,“ Habsyi bangun, sebentar lagi Masyarakat datang untuk sholat subuh ”

Habsyipun menjawab, “ Badanku lemas kali Bang, bentar lagi aja, Aku bangun ”

Suara Adzan pun di kumandangkan oleh salah satu penduduk setempat. Usman mencoba membangunkan Habsyi kembali, dan Habsyipun langsung terbangun dan menuju kamar kecil, lalu berwudhu.

Setelah Sholat Subuh selesai, dan Jamaah sudah pada pulang.Habsyi  kembali tidur.

Usman pun mencoba menelepon Ustad Musdar.

“Assalamu alaikum Ustad, Saya Usman, mau ke Medan untuk mengobati Adik saya ”

“ Dari mana Usman tau nomor Hp saya ” tanya Ustad Musdar.

“ Dari Ustad Ahmad di Tebing tinggi ” jawab Usman.

“Oh gitu ya, sayang sekali. Saya sekarang dalam perjalanan ke Pekan baru, tetapi jangan khawatir, karena saya punya teman di Tebing tinggi juga, namanya Ustad MuslimIstiqamah, alamatnya di  belakang PLN Tebing tinggi didepan  Rumah sakit Sri Pamela. Coba konsultasi sama Dia, mana tau ada Solusi, nanti saya SMS nomor HP nya ”

“ Baik Ustad, terima kasih atas informasinya ” jawab Usman.

Usman pun membangunkan Habsyi, karena sudah  jam 09 pagi. Tetapi Habsyi masih kelihatan mengantuk, di karenakan masih dalam pengaruh obat penenang yang di minumnya.Dalam keadaan ngantuk, Habsyi berusaha bangun, lalu pergi ke kamar kecil.

Setelah Selesai dari kamar mandi, Usman mengajak Habsyi untuk pamit sama keluarga Ustad Ahmad. Kebetulan Ustad Ahmad masih ada di Rumah.

 “ Ustad, terima kasih banyak atas bantuanya. Sekarang kami mau jumpai Ustad Istiqamah alamatnya di  belakang PLN Tebing tinggi dekat Rumah sakit Sri Pamela. Ini atas rekomendasi dari Ustad Musdar, berhubung Ustad Musdar dalam perjalanan ke Pekan baru ”tutur Usman.

“ Baiklah kalau begitu, mudah-mudahan Habsyi segera sembuh ya.” balas Ustad.

Usmanpun mengengkol Sepeda Motornya, menuju ke tempat praktek Ustad Muslim Istiqamah. Ketika bertemu dengan rumah makan, mereka berhenti sejenak untuk sarapan. Setelah sarapan, perjalanan di lanjutkan. Merekapun mencoba bertanya ke beberapa orang, alamat Ustad Muslim Istiqamah, akhirnya mereka menemukan tempat praktek Ustad.

“Assalamu alaikum, ada Ustad Muslim istiqamah ?” tanya Usman ke penjaga tempat praktek.

“ Ada Bang, Ustad ada di ruang prakteknya ” jawab penjaga.

Usmanpun permisi masuk untuk menjumpai Ustad, sementara Habsyi menunggu di luar. Usman menceritakan keadaan Habsyi, apa yang di hancurkannya di kampung dan apa ambisinya sekarang. Ustad memerintahkan Usman untuk memanggil Habsyi.

Sewaktu Habsyi di Rukyah, Usman meninggalkan Habsyi, menuju Rumah Sakit Sri Pamela. Terpikir oleh Usman, jika selesai di Rukyah, dan tidak terbukti lagi bahwa Habsyi diganggu oleh Jin atau Ilmu Sihir, maka Habsyi akan di masukkan ke Rumah sakit Sri Pamela.

 Usman berharap di Rumah Sakit Sri Pamela, ada fasilitas untuk menampung sementara Adiknya yang sedang sakit kejiwa-annya pada hari itu juga. Di tampung, menjelang Habsyi dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Medan. Menurut Usman jika tidak pada hari itu juga di kurung, maka Habsyi akan melanjutkan ambisinya untuk menghancurkan kamar mandi Kakeknya. Sebagai mana biasanya, tidak ada satupun yang sanggup untuk melarang Habsyi.

Usmanpun menjumpai Resepsionis Rumah sakit Pamela.

“Bu, Saya mau tanya, apakah di Rumah sakit ini, ada fasilitas untuk mengisolasi terlebih dahulu Adik saya, sebelum di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Tuntungan Kota Medan ” tanya Usman sopan.

“ Memangnya sakit apa, bisa Abang jelaskan siapa Dia dan apa yang sudah dilakukannya ” tanya Resepsionis heran.

“Adik saya ini adalah Orang yang sudah bertahun-tahun sakit kejiwaannya. Orang yang dengan mudah menghancurkan rumah milik keluarganya karena tidak ada yang sanggup untuk melarangnya. Orang yang bertahun-tahun telah membuat keluarga tidak bisa tidur nyenyak. Orang yang telah di obati secara ilmu kedukunan tetapi tidak sembuh-sembuh. Orang yang selalu menelepon Pakleknya di Padang dan Abangnya di Lhokseumawe Aceh, untuk meminta di kirimkan uang dengan alasan untuk memupuk Ladang sawit. Orang yang selalu datang ke rumah Pakleknya di Gunung para, untuk meminta beras dan uang, tetapi berasnya tidak pernah di bawa pulang, malah di berikan sama Bukleknya di Tebing tinggi. Orang yang telah menghabiskan uang keluarga puluhan juta untuk biaya pengobatanya. Orang yang selalu membakar baju miliknya dengan alasan banyak kuman .Orang yang telah menghancurkan rumah orang tuanya, kolam ikan adiknya, Sepeda motor dan yang lainnya. Jika di hitung nilainya mendekati Ratusan juta. Kesimpulan yang bisa  saya utarakan yaitu Adik saya terganggu jiwanya. Kolam ikan baru di hancurkannya, sekarang Ia mau menghancurkan kamar mandi dengan alasan dinding kamar mandi menjadi tempat pemujaan para Jin. Kalau Ia pulang ke  kampung, maka dengan mudah menghancurkan apa yang Ia suka, karena tidak ada yang berani melarangnya. Jika tidak ada fasilitas untuk menampung Adik saya di Rumah sakit ini, kemungkinan Saya akan meminta bantuan Polisi di sekitar sini untuk memenjarakan sementara Adik Saya” ungkap Usman panjang lebar sambil menarik nafas panjang.

“Jangan khawatir Bang, fasilitas itu ada. Bawa saja Adik Abang kesini ” jawab Resepsionis.

“Baik Bu, terima kasih atas bantuannya sebelumnya ” ungkap Usman menutup pembicaraan.

Usmanpun merasa senang mendengar jawaban dari Resepsionis Rumah Sakit Sri Pamela dan segera menjemput Habsyi di tempat pengobatan Rukyah.

“ Bagaimana dengan Adik Saya Ustad ” tanya Usman begitu sampai.

“ Setelah Saya Rukyah bersama Team ternyata tidak ada indikasi ganguan ilmu sihir atau Jin didalam tubuhnya. Sebaiknya di bawa ke Rumah sakit jiwa aja, karena Saya punya Adik juga, kelakuannya seperti Habsyi, sejak menjalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa, Ia sekarang sembuh dan sudah berkeluarga ” tutur Ustad mengenang.

“ Baiklah Ustad, kami pamit dulu ya ” sambung Habsyi.

“ Iya dan hati-hati di jalan” balas Si Ustad.

Usman dan Habsyipun menuju ke Rumah sakit Sri Pamela.

“Pak, tadi ada seorang Ibu di sini yang melayani Saya, kemana ya Pak, Ibu itu ?” tanya Usman ke seorang Bapak yang berada di Resepsionis.

“ Lagi istirahat Pak, memangnya ada apa ya, kalau bisa Saya bantu, akan Saya bantu.” jawab Si Bapak Resepsionis pengganti.

Usmanpun menceritakan perihal keadaan Adiknya Habsyi.

“ Waduh, setahu Saya, fasilitas untuk mengisolasi di sini tidak ada Pak ” terang Si Bapak Resepsionis pengganti.

“ Tolonglah Pak, kasian Orang tua Saya di kampung, percuma juga Saya jauh-jauh dari Aceh, dengan tujuan untuk mengobati Adik saya, tetapi tidak bisa. Saya maunya  Si Habsyi pulang ke kampung keadaannya sudah sembuh, jadi tidak menyusahkan Orang tua Saya lagi ” terang Usman dengan mata merebak basah.

“ Bailklah Pak, tunggu sebentar ya. Saya pastikan lagi kepada Dokter penanggung jawab di Rumah Sakit ini.” tambah Bapak Resepsionis pengganti.

Bapak tersebut pergi dari ruangan Resepsionis dan membawa seorang wanita memakai seragam warna putih.

“ Pak Usman, kami mohon maaf, perihal masalah keluarga, yang Bapak hadapi. Saya pastikan, kami tidak dapat menampung, Adik Bapak di Rumah Sakit ini. Karena tidak ada fasilitasnya disini. Kami sarankan Bapak langsung aja ke Rumah Sakit Jiwa Tuntungan di Medan ” terang wanita yang berseragam warna putih seperti Dokter itu.

“ Tolong lah keluarga kami Ibu, malam ini aja. Besok pagi, saya langsung  bawa Habsyi ke Medan dengan Sepeda motor. Jika Saya lanjutkan ke Medan juga hari ini, terasa capek kali saya ” sambung Usman memohon.

“ Tetap tidak bisa Bapak, Mohon Maaf kali Kami ” ujar wanita berseragam putih.

“ Baiklah Ibu, yang penting Saya sudah berusaha mengetuk hati nurani Ibu. Dan sebelumnya terima kasih telah mau menanggapi laporan kami. Untuk itu Kami permisi dulu ” ungkap Usman menutup pembicaraan, tanpa marah sedikitpun. Karena Usman sudah terbiasa dengan penolakan dan kekecewaan.

Usman pun mengengkol Sepeda motornya menuju Medan bersama Habsyi. Jam menunjukan 15:30 wib. Walau Usman tidak berhasil mengisolasi Habsyi di Rumah sakit, tetapi di hatinya masih ada rasa syukur, karena si Habsyi masih mau menurut untuk berangkat ke Medan bersamanya.

 Dalam pikiran Habsyi, Dia di ajak ke Medan oleh Abangnya untuk mengantarkannya ke tempat temannya. Karena Habsyi punya keinginan untuk bekerja di Medan bersama teman lamanya.

Selama dalam perjalanan, Habsyi masih terus bercerita tentang Jin. Itu-itu saja yang di ulangnya, kalau tidak ada kesabaran, bisa emosi Usman dibuatnya. Sesampainya di Medan, Usman bertanya ke orang yang dijumpai, di mana alamat Rumah sakit Jiwa Tuntungan. Adapun  cara Usman bertanya, dengan memberhentikan Sepeda motor terlebih dahulu, lalu Usman menuju orang yang akan di tanya nya. Cara ini dilakukan Usman, agar tidak kedengaran oleh Habsyi.

Menjelang Magrib, Usman dan Habsyi berhenti sejenak di Asrama Haji Kota Medan untuk melaksanakan Sholat Magrib. Selesai Magrib mereka melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba timbul pertanyaan dari Habsyi,

Bang, tadi Aku dengar Abang bertanya alamat Rumah Sakit Jiwa di Tuntungan, sebenarnya kita mau ngapain Bang.”

“Kita mau berkonsultasi sama Dokter Psikologi, perihal perasaan yang Dek Habsyi alami. semoga ada obatnya. Sebagai mana yang di jelaskan Ustad Ahmad, bahwa Manusia itu seharusnya tidak melihat Alam Jin.” jawab Usman, “berbohong” agar Adiknya tidak lari pada saat itu juga.

Ketika memasuki lingkungan Rumah Sakit Jiwa, suasananya gelap dan sepi. Pas di depan teras Resepsionis baru terang. Usmanpun memerintahkan Habsyi untuk duduk di teras. Lalu Usman menjumpai Resepsionis sambil menunjukkan kartu BPJS Habsyi.

Di ceritakan semua yang terjadi pada , dan yang di-alami keluarganya akibat penyakit yang di derita Adiknya. Usman pun mengambil HP dan  menunjukkan photo-photo kegiatan Habsyi di kampung. Intinya Usman meminta agar Habsyi di rawat di Rumah Sakit Jiwa.

“ Baiklah, Bang Usman. Kami menerima laporannya dan Adik Abang bisa di rawat disini., untuk itu,  baca dan tanda tangani semua surat untuk administrasi rawat  inap di Rumah sakit ini. Ada bawa materai ?” ujar Si Resepsionis.

“ Tidak ada Pak ” jawab Usman.

“ Jika tidak bawa, kami ada materai.” jawab Si Resepsionis sambil mengelurkan materai dari lacinya.

“  Saya beli materainya sama Bapak aja ” jawab Usman singkat.

Didalam surat pernyataan itu di sebutkan bahwa setiap seminggu sekali keluarga wajib menjenguk Pasien. Seiring pengisian administrasi oleh Usman, ada seorang Nenek yang melapor bahwa Ia akan memasukkan suaminya untuk di rawat. Posisi Suaminya berada di Becak sambil berbicara sendiri seperti orang mabok.

Sehubungan Administrasi Nenek tersebut sudah di isi sebelumnya, maka Kepala Perawat mengintruksikan Perawat lain untuk membawa Suami Nenek itu ke dalam kamar isolasi. Dikamar isolasi itu terdapat beberapa kamar, dan ternyata kamar nya sudah penuh, maka kakek tersebut di ikat dengan rantai dan di tidurkan di sekitar ruangan Isolasi tanpa di masukkan ke dalam kamar.

“ Bang Usman, untuk di ketahui kamar isolasi untuk pria sudah penuh,dan yang kosong kamar isolasi untuk wanita, jadi Si Habsyi sementara akan kita masukkan ke ruangan wanita dulu ya. Ngomong-ngomong Si Habsyi dimana ?” ungkap Si Resepsionis ke Usman menjelaskan keadaan Rumah sakit pada malam itu.

“Ada, Dia di teras, merokok ” jawab Usman sambil menolehkan kepalanya ke arah teras.

“ Lay, masukkan Adik Abang ini ke dalam ruangan Wanita” instruksi Kepala Perawat ke anggotanya.

Di luar didugaan, Si Habsyi sudah tidak ada lagi di teras.

“ Mana Dia ,  apa benar Dia sakit, karena kalau orang sakit, sewaktu di bawa ke sini, minimal di ikat atau di damping beberapa orang, dan bawaan pasien biasanya aneh, ada yang nangis, tertawa sendiri, teriak. Jarang yang mau di bawa dengan baik-baik lalu di masukkan ke kamar Isolasi ”  tutur Kepala Perawat penasaran.

Usmanpun dengan perasaan panik langsung lari dan mengengkol Sepeda motornya, untuk mencari Habsyi.

“ Bang, ada nampak orang lewat sini, pakai baju biru, kepala botak ” Usman bertanya kepada pemilik grosir di sekitar Rumah sakit.

“ Iyya, barusan Dia lewat sini, menuju arah sana, apa kabur Dia dari Rumah sakit ?” tanya pemilik grosir.



“ Tidak Bang, Dia adik saya, terima kasih ya Bang atas informasinya ” jawab Usman.

Usmanpun menuju kearah yang di tunjukkan pemilik grosir. Dan akhirnya Usman menemukan Habsyi. Dimana  kondisi tubuhnya  berkeringat, nafas ngos-ngosan. Seperti ada yang di takutkan Habsyi.

“ Habsyi, ayo kembali ke Rumah sakit, kitakan belum ketemu sama Dokter Psikologi” bujuk Usman dengan lirih, berharap Adiknya nurut.

“Apa kata Kau, Sempat Kau masukkan Aku ke Rumah sakit jiwa itu, Kau pun akan Ku paksa masuk, Kau pikir Aku takut sama Kau, sama Polisi aja, Aku nggak takut ” ungkap Habsyi sambil melotot dan tangannya di kepal, siap-siap untuk menonjok Usman.

Rupanya rencana Usman ketahuan dan membuat Habsyi marah besar.Tanpa pikir panjang dan untuk menghindari perkelahian. Usman tidak membantah apa yang di ucapkan Habsyi, lalu Usman kembali ke Rumah sakit.

 “Pak, rencana untuk memasukkan Adik Saya ke Rumah sakit ini, Saya tunda dulu. Dia kabur Pak, dan tidak mau Saya bujuk lagi untuk berobat di sini. Terima kasih Pak, atas bantuannya ”  Usman konfirmasi ke Kepala Perawat.

Setelah itu Usman,  menjemput  Habsyi di lokasi pertemuan tadi, tetapi Habsyi sudah tidak ada. Di carinya di setiap lorong sambil bertanya ke orang yang di temuinya, tetapi tetap tidak ketemu.

Kemananya Habsyi, apa mungkin Ia jalan kaki menuju Rumah temannya atau Dia ke Masjid Nurul Muslimin di jalan bakti luhur belakang Plaza Melinium. Jika Ia naik angkot, dari mana Habsyi punya Uang , karena setau Ku, Habsyi  tidak punya uang sepeserpun ”  guman Usman di dalam hati.

Habyipun segera menghubungi pengurus Masjid Nurul Muslimin melalui HP. Dimana Usman sangat dekat dengan pengurus Masjid, dulunya Usman dan Habsyi pernah tinggal di Masjid ini. Usman pernah tinggal di Masjid Nurul Muslimin dalam rangka mencari pekerjaan di Kota Medan setelah keluar dari Bandara. Setelah mendapat pekerjaan, Usman berlanjut tinggal di Masjid ini. Tidak berapa lama Usman tinggal di Masjid ini, Usman di pindahkan ke Lhokseumawe Aceh. Selama Usman tinggal di Masjid ini, Usman juga sudah berupaya mengobati Habsyi.

“ Assalamu alaikum Pak Fauzi.” tutur Usman.

“ Wa alaikum salam” jawab Pak Fauzi dengan suara lembutnya.

“ Tadi Saya mencoba membawa Habsyi ke Rumah Sakit Jiwa, karena Habsyi sudah menghancukan rumah beberapa tahun yang lalu dan menghancurkan kolam ikan baru-baru ini. Ambisi Habsyi sekarang, mau menghancurkan kamar mandi Kakeknya, tetapi Habsyi sekarang kabur. Jika ada Habsyi tiba di Masjid, tolong SMS Saya ya Pak !” terang Usman minta tolong.

“ Wah, kok parah begitu si Habsyi.  Sewaktu Habsyi dulu tinggal  di Masjid, setahu Bapak, tidak ada tanda-tanda Dia sakit jiwa. Kalau memang Dia di gangu ilmu sihir, disini ada kenalan Bapak, Biar Bapak bantu menghubunginya untuk mengobati Habsyi ” sambung Pak Fauzi memberikan solusi.

“ Iyya Pak, terima kasih informasinya. Jika  benar Habsyi menuju Masjid,  akan Saya   coba mengobatinya ke tempat teman Bapak. Sementara ini Saya tidur di rumah teman Saya ya ” tutur Usman.

“Loh, kenapa tidak tidur di Masjid saja ? “ tanya Pak Fauzi penasaran.

“ Keinginan Saya sih begitu Pak. Tetapi Saya takut. Jika Saya tidur di Masjid juga lalu ketemu Habsyi, maka akan terjadi perkelahian ” lanjut Usman, sambil menggigit jarinya.

Paginya tanggal 31 Desember 2015 setelah sholat subuh, Pak Fauzi, SMS Usman, bahwa Si Habsyi sudah berada di Masjid. Usmanpun bersyukur Habsyi di temukan, di khawatirkan Habsyi hilang entah kemana, apalagi dengan kondisinya saat sekarang ini.

Dalam pemikiran Usman, Kok bisa, Habsyi hafal jalan dari Rumah Sakit Jiwa Tuntungan ke Masjid Nurul Muslimin. Padahal Usman sendiri yang bisa dikatakan masih dalam keadaan sehat, harus meminta panduan temannya melalui HP untuk sampai di tujuan di kota Medan.. Kemungkinan di memori Si Habsyi masih tersimpan alamat-alamat di Kota Medan, di karenakan Dia dulunya cukup lama juga di kota Medan.

Lalu Usman berpikir sebaiknya jam 10 pagi aja, menjumpai Habsyi di Masjid Nurul Muslimin. Sehubungan Usman mau mencuci baju dulu di rumah temannya. Dan biasanya juga Habsyi selalu telat bangun.

Ketika Usman tiba di Masjid ingin jumpai Adiknya , rupanya Habsyi  sudah tidak ada di Masjid. Pada Jam 1 siang, ada sms dari Yani adiknya,  bahwa Habsyi sudah sampai dikampung.

Berhubung Usman masih di Medan, dan Habsyi  sudah sampai di kampung, maka Usman langsung menelepon Ibu Kepala Desa untuk meminta bantuan. Mengingat ambisi Habsyi yang kuat untuk menghancurkan dinding kamar mandi. Dan Usman meminta tolong di karenakan masih  mengingat permintaan Mamaknya, agar Habsyi jangan di bawa pulang dulu sebelum sembuh. Mudah-mudahan Aparat Desa bisa membantu, ini harapan Usman ketika menelepon Ibu Kepala Desa.

“ Bu. semenjak kedatangan Saya di kampung dan sampai tanggal sekarang, ternyata Habsyi di takdirkan untuk tetap balik ke kampung untuk menghancurkan apa yang ada di pikirannya. Padahal saya sudah berusaha untuk memasukkan ke Rumah Sakit Jiwa, tetapi tidak berhasil.Bisa kah Ibu membantu kami, dengan menghubungi Polisi setempat, untuk mengikat atau mengurung Habsyi sementara di Kantor Polisi ” tutur Usman melalui HP ke Ibu Kepala Desa.

“ Baiklah, akan Ibu bantu ” jawab Ibu Kepala Desa.

            Tiga orang Polisi datang kerumah keluarga Pak Umar Saragih, di nasehatilah Si Habsyi, supaya jangan melakukan apa yang dikhawatirkan keluarga Pak Umar Saragih. Sewaktu di nasehati, tanggapan dan jawaban Habsyi seperti orang normal. Tanggapan Habsyi,  yang seperti orang normal, membuat Polisi yakin bahwa Habsyi tidak mungkin dan tidak akan berani menghancurkan dinding kamar mandi.

Keluarga Pak Umar Saragih berusaha menyakinkan Polisi, agar Habsyi di penjarakan sementara atau kalau tidak bisa di penjarakan, minta bantu di ikat dulu, karena ambisinya sangat kuat untuk menghancurkan kamar mandi. Setelah selesai menelepon Ibu Kepala Desa. Lalu, Usman pun menelepon Mamaknya.

“ Mak. Apa benar Polisi sudah dating ke Rumah ?” tanya Usman.

“ Sudah Nak, Ibu Kepala Desa yang membantu memanggilkan Polisi” jawab Bu Umar.

“ Tolong berikan HP nya ke Polisi Mak ” tutur Usman.

 Bu Umar pun langsung memberikan HP ke Pak Polisi.

“ Hallo Pak. Perkenalkan, nama Saya Usman. Anak pertama dari keluarga Pak Umar Saragih ” ujar Usman.

“ Oh, Kamu Abangnya Habsyi ya. Jangan khawatir,  kamar mandi Kakekmu tidak akan di hancurkan. Sudah kami nasehati Habsyi. Dan kami stanby 24 jam, begitu keluargamu menelepon, kami akan segera ke lokasi ” terang Pak Polisi menyakinkan.

Mendengar pernyataan Pak polisi, keluarga Pak Umar Saragih, hanya bisa pasrah diiringi rasa takut.

“ Baiklah Pak, terima kasih tanggapannya. Boleh HP nya di kasikan ke Mamak Saya Pak ?” pinta Usman.

“ Boleh”  jawab Pak Polisi sambil memberikan HP ke Bu Umar.

“ Mak, semua kita pasrahkan kepada Tuhan, apa yang dilakukan Habsyi nantinya, yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Oh, ya Mak, Saya, kan sekarang sudah terlanjur di Medan, jadi Saya tidak kembali lagi kekampung ya, jadi tolong sampaikan ke Al, agar mengantarkan tas saya ke Medan, berhubung tanggal 01 Januari 2016, Usman harus pulang ke Lhokseumawe Aceh. Dan tiket sudah Usman beli sebelum tiba di kampung ” ungkap Usman menguatkan hati orang tuanya sambil pamit pulang.

“ Iya lah Nak. Terima kasih banyak. Usman telah mau membantu, meringankan beban Mamak. Hanya Tuhanlah yang bisa membalasnya. Sikap kami di kampung, sekarang adalah Pasrah, Ikhlas. Apa yang di lakukan Habsyi setelah ini. Hati-hati di jalan, salam sama istri dan mertuamu di Aceh nya ” tutur Bu Umar sambil mengapus air matanya dan menutup pembicaraan.

Tanggal 02 Januari 2016, Al SMS ke Usman, bahwa dinding kamar mandi telah dihancurkan (photo terlampir). Sewaktu proses penghancuran, Al  tidak ada dirumah , Ibu Umar sembunyi kerumah tetangga, Pak Umar bekerja seperti biasa.

Begitu Al melihat penghancuran itu, Al langsung menelepon Polisi. Datanglah Polisi 5 orang,  ternyata Habsyi cuma di mandikan .

Pernyataan dari salah satu Pak Polisi,  yang mengerti pengobatan non medis. Menyatakan bahwa Habsyi pernah mempelajari sifat 20, tetapi tidak sanggup. Sehingga membuatnya seperti ini. Setelah Habsyi dimandikan dan di nasehati. Pak Polisipun permisi untuk kembali kekantornya. Keluarga Pak Umar Saragih semangkin pasrah dengan keadaan ini.

Di tengah permasalahan yang belum ada solusinya ini. Keluarga Pak Umar Saragih rencananya akan menjual Tanah kosong di samping rumah. Dulunya ada rumah di atas tanah tersebut, tetapi rumahnya sudah dihancurkan oleh Habsyi. Jika Tanahnya terjual, Keluarga Pak Umar saragih, akan menyewa rumah di suatu tempat.

Berharap dengan rumah sewa-an dan lingkungan baru, Si Habsyi bisa sembuh. Tetapi , untuk mengurus surat tanah yang mau di jual butuh biaya, dan biaya itu sampai sekarang tidak ada.

Pada tanggal 08 Januari 2016, Habsyi mengirim SMS ke Usman. Adapun beberapa bunyi SMS nya sebagai berikut dengan ejaan bahasa Indonesia yang salah :

1.      “ Aku belum bisah kesana, Pampir yang mau kesana ! Aku mau menuju kesana Aku di rasuki pampir buat apa !  aja kalo Aku bawa Taxsi ada sewa kesana Aku singga. “ SMS   dikirim jam 00:51 WIB.

2.      “ Jin2 yg selalu menggagu Aku uda gila semua , jadi Aku klw ikuti gk masuk akal pikiran yang sehat urusanku timgal meracun ldang cari kerja yg yaman buat aku disini aku uda bosan banget yg gk pernah aku alami.” SMS dikirim jam 01:07 WIB.

3.       “ Dulu Aku dibenkulu klw solat 5waktu ingat Tuhan bisa aku acak2 pekong perdukunan mereka, karna wanita minta buat rumah besar ? rupanya mereka tuh gentian diacak2 Aku.” SMS dikirim jam 01:20 WIB.

4.      “ Emang ikut pengajian apa itu jenisnya merasa enak merasa gimana tapi ada saatnya etar disesatkan sama si Guru atau Jin setan harus jadi itu.” SMS dikirim 01:35 WIB.

5.      “ Soalnya Jin mu uda hebat uda sama roro kidol munkin bisa hebat lagi sekelas Tuhan tapi bukan Tuhan kami orang islam.” SMS dikirim 01:45 WIB.

6.      “ Aku Cuma kasi tau itu tdi malam mau aku kasi tau datang Setan turun dari atas paling tinggi besar hitam yang paling besar.” SMS dikirim 01:55 WIB.

            Pada bulan februari  2016, Usman menelepon Mamaknya,

“ Mak. Apa khabar. Bagaimana keadaan Habsyi ? ”

“ Mamak, Bapak, Kakek dalam keadaan sehat wal’afiat, sedangkan Si Habsyi, kelakuannya masih seperti yang dulu, belum  sehat-sehat juga Dia” jawab Bu Umar.

“ Mak, Usman punya rencana membawa Habsyi ke Aceh, untuk di obati. Ada seorang Ustad yang atas izin Tuhan  bisa mengobati penyakit yang berhubungan dengan alam Jin atau ilmu hitam. Di daerah Matang Kuli Blang Jruen tempatnya. Ustad tersebut mempunyai pondok dan di pondok itu bisa kita titipkan si Habsyi untuk di obati. Ada seorang wanita, di guna-gunai oleh seseorang, lalu wanita tersebut bisa merayap ke atas Loteng seperti Spiderman. Setelah di rawat inap, Allhamdulilah wanita tersebut sembuh. Sekarang wanita tersebut sudah menikah dan mempunyai satu kelebihan yaitu bisa membaca Al-Quran dengan baik. Sewaktu Rawat Inap si Wanita tersebut juga belajar mengaji di Pondok . Banyak nilai Positifnya jika Habsyi kita Pondokkan di Aceh ” tutur Habsyi memberi harapan kepada Orangtuanya.

Si Bu Umarpun menjawab dengan prihatin, “ Keuangan Mamak hanya cukup untuk makan, untuk ongkos ke Aceh aja tidak ada, belum lagi biaya untuk mengobati Adikmu di sana, uang dari mana ?”

“ Untuk biaya pengobatan ke Ustad itu, se-ikhlasnya Mak, sedangkan untuk ongkos Ke Aceh, rencananya akan Saya ambil dari kartu kredit yang Saya miliki, nanti setiap bulan biar Saya cicil aja angsurannya. Yang penting kita berusaha terus, sampai si Habsyi sembuh ” ungkap Usman menepiskan keprihatinan Mamaknya.

“ Bagaimana ya. Apakah Si Habsyi mau dibujuk untuk pergi ke Aceh ?” tutur Bu Umar ragu.

“ Caranya seperti ini Mak. Bilang sama Habsyi, sehubungan Abangmu mau di mutasi ke Banda Aceh, dan semenjak lahir sampai sekarang Mamak belum melihat cucu, maka Abangmu, menyuruh datang ke Aceh. Nanti Kalau ada kerjaan, Habsyi tinggal di Aceh aja, sambil berobat, mana tau di Aceh penyakitmu  sembuh, disana ada Pesantren. Dimana Habsyi bisa tinggal di Pesantren tersebut. Di Pesantren itu juga ada program ke Sawah dan ke Ladang bareng, untuk membantu kebutuhan para Pemondok dan agar para Pemondok tidak bosan” tutur Usman mengajari Mamaknya untuk membujuk Habsyi, supaya rencana Usman berhasil membawa Habsyi ke Aceh.


“ Gitu ya Nak. Baiklah nanti Mamak bujuk Habsyi. Oh iya ini Bapakmu Mau ngomong.” tutur Bu Umar.

“ Hallo, Assalamu alaikum Usman. Kenapa kamu ada rencana bawa Habsyi berobat Ke Aceh. Nanti Habsyi  akan menyusahkanmu. Dia itu orangnya nekat, begitu tau alamat seseorang, maka Dia akan selalu datang. Contohnya keluarga Paklekmu yang di Padang. Sampai sekarang Habsyi juga belum sembuh. Habsyi jika bercerita masih menyangkut Jin dan teman-temannya. Terkadang kita muak mendengarnya karena ceritanya itu-itu aja!” tutur Pak Umar melarang Habsyi ke Aceh.

“ Tidak masalah Bapak, dari pada Habsyi di kampung selalu membuat Mamak dan Bapak nggak bisa tidur dan takutnya penyakitnya tambah parah, dimana bisikan Jinnya menyuruh yang nggak-nggak. Kita obati Habsyi di Aceh, lagi pula Habsyi kan, sedikit takut dan nurut sama Saya, kalau sama Mamak,  Habsyi berani membantah, apa yang di suruh. Apalagi kalau di suruh minum obat.” terang Usman untuk lebih menyakinkan Orang tuanya.

“ Baiklah kalau begitu. Semoga Adikmu itu, segera di beri kesembuhan oleh Allah SWT.” sambung Pak Umar .

“ Baiklah  Bapak. Sudah dulu ya. Doakan keluarga kita di mudahkan rezekinya oleh Allah SWT agar kita dengan mudah mengobati Habsyi, Amin.” tutur Usman menutup pembicaraan.

Dengan kondisi seperti ini, terkadang ada terpikir oleh Pak Umar untuk membuat Habsyi Buta, sehingga Habsyi tidak bisa lagi  menghancurkan rumah kakeknya atau membunuh Habsyi, atau membuangnya di suatu daerah yang tidak diketahui oleh Habsyi.

Tetapi Ibu Umar selalu mengingatkan, bahwa hal itu di larang Agama. Jika Habsyi di bunuh, maka kita di anggap oleh Tuhan telah membunuh seluruh Manusia, sangat besar dosa kita. Sudah dosa besar, di penjara lagi. Dan jika Hal itu di lakukan , maka perasaan bersalah akan selalu menghantui seumur hidup keluarga kita.

 Serba salah memang, delema yang di hadapi keluarga besar Pak Umar Saragih.  Rasa was-was terus menghantui keluarga Pak Umar Saragih.  Beberapa hari setelah penghancuran dinding kamar mandi, Si Yani mendengar dari anak-anak di sekitar rumah, bahwa Abangnya “Habsyi” akan menghancurkan kamar mandi seluruhnya.

Sebelum kamar mandi sekarang, keadaan kamar mandi sebelumnya sangat sederhana. Dimana pintu kamar mandi berada di luar, tidak menjadi satu dengan Rumah. Sehingga Keluarga Pak Umar Saragih harus keluar rumah terlebih dahulu jika ingin ke kamar mandi. Adapun pintu kamar mandi hanya di tutupi dengan sehelai kain.  Sehubungan Al, mendapat rezeki ditambah sedikit hutang, maka di buatlah Kamar mandi yang bagus dan pintunya menyatu dengan Rumah, agar keluarganya bisa dengan mudah ke kamar mandi khususnya pada malam hari.

Sangat di sayangkan, Abangnya Al, yaitu Habsyi mempunyai pemikiran lain tentang kamar mandi yang di buat oleh Al. Menurut Habsyi badannya selalu sakit-sakit dan Para Jin selalu menyerang dengan bambu runcing di karenakan kamar mandi di rubah bentuknya,

 Nyiloro-kidul lah yang menyuruh Al untuk memperbagus kamar mandi. Dan sebenarnya kakek Habsyi tidak setuju kamar mandi di per bagus. Si Al aja yang ngotot, bekerja sama dengan Para Jin.

Tujuan Para Jin mempengaruhi Al untuk memperbagus kamar mandi, agar Para Jin mempunyai tempat untuk meyembah Rajanya. Inilah yang ada di benak Habsyi, sehingga Habsyi mempunyai keinginan kuat untuk melancarkan ambisinya. Habsyi seperti Monster yang siap merusak, tanpa ada rasa takut dan kasian kepada keluarganya, terkhusus kedua orang tuanya.

Sewaktu, Pak Umar sudah pergi bekerja, Al pergi ke rumah temannya, Yani pergi sekolah, dan Ibu Umar pergi belanja. Si Habsyi menjalankan rencananya. Begitu sangat terkejutnya Bu Umar ketika sudah kembali dari belanja, melihat kamar Mandi sudah hancur semuanya. Kejadian ini terjadi pada bulan april 2016.

Habsyi meminjam alat-alat bangunan dari tukang yang lagi membangun Rumah, di sekitar Rumah kakeknya. Dengan alat itulah Habsyi menghancurkan kamar mandi, dalam proses penghancuran. Tetangga di sekitar rumah, pura-pura tidak tau, seakan-akan tidak ada kejadian.

Ibu Umar melihat kamar mandi telah hancur, hanya bisa menangis, mengurut dada dan menarik nafas panjang, tidak ada keberanian untuk memarahi atau  memukul Habsyi. Reaksi Bu umar pada waktu itu, hanya mengeluarkan air mata tanpa teriak histeris minta tolong kepada tetangga sekitar. Karena pengalaman Bu umar, jika itu di lakukan juga ada ada yang membantu.

Dalam hal ini, sikap keluarga Umar saragih terhadap Habsyi seakan-akan menyetujui apa yang di lakukan Habsyi karena mereka kehabisan akal untuk membuat Habsyi sembuh dan berubah. Mereka takut kalau Habsyi di marahi, akan terjadi pertumpahan darah.

Melihat kamar mandi telah di hancurkan semua, Ibu Umar pun menelepon Usman, sambil menangis tersedu-sedu.

“ Anak ku, Usman, Adikmu telah menghancurkan Kamar mandi. Kami dikampung tidak tau harus berbuat apa lagi, nggak sanggup Mamak hidup kayak gini ?”

Sambil menarik nafas panjang, Usmanpun menjawab.

“ Bujuk aja, Habsyi Ke Aceh, perginya sama Mamak.”

Si Bu Umar pun menjawab, “ Baiklah Nak”

“O, ya Mak, tolong nanti bilangkan ke Yani, kirimkan photo-photo Habsyi sewaktu menghancurkan kamar mandi.” tutur Usman mencoba tenang, walau mamaknya sudah menangis terseduh-sedu.

“ Baik lah Nak, nanti Mamak sampaikan, sudah dulu ya, nanti kita sambung lagi ngobrolnya. Assalamu alaikum.” tutur Bu Umar menutup pembicaraan.

Sore harinya, Yani mengirimkan photo-photo kamar mandi yang di hancurkan Habsyi melalui BBM. Dimana di photo itu , terlihat Habsyi memakai celana pendek, tanpa baju, serius dan fokus melakukan ambisinya.



Melihat ini, Usman emosi, berubah pikirannya, dan langsung menyuruh Mamak dan Bapaknya untuk melumpuhkan Habsyi dari belakang dengan memukul bagian leher atau punggungnya, setelah Habsyi lemas,, baru di ikat. Dari pada tambah hancur Rumah itu. Jika hancur, akan tinggal dimana keluarga Pak Umar Saragih. Penghasilan yang ada untuk makan saja cukup, sudah Allhamdulilah. 

Melihat photo-photo itu, Usman pun langsung menelepon Bapaknya, yang belum pulang dari bekerja, melalui HP majikan Pak Umar. Sehubungan Pak Umar tidak memiliki HP.

“Pak, Kamar mandi sudah dihancurkan. Saran Usman, lumpuhkan aja Habsyi lalu ikat.”

 Itulah masalahnya Nak, kalau sendiri, Bapak tidak berani karena tenaga Habsyi kuat, lihatlah pengalaman sebelumnya, kolam ikan aja di hancurkan dengan baru gilingan cabe dalam hitungan jam,” Habis”. Padahal Bapak sudah menyiapkan tali untuk mengikatnya, karena tidak ada yang membantu, akhirnya kolam ikan rata dengan tanah.”ujar Pak usman mengenang.

“ Bapak usahakanlah. Minta tolong, siapa gitu.” tutur Usman semangkin emosi.

“ Kalau Orang kampung tidak mau nolong, takut katanya, tapi akan Bapak coba minta tolong sama teman Bapak yang badannya besar, Dia pemberani setahu Bapak.” jawab Pak Umar memberi harapan.

Pak Umar pun langsung menjumpai temannya itu, tapi di luar dugaan, temannya minta maaf tidak bisa membantu, dengan alasan yang sama yaitu “takut”. Dalam suasana yang membingungkan, Pak Umar dan Kakeknya Habsyi,  memberanikan diri untuk mengancam Habsyi, agar memberhentikan pengancuran rumah.

Adapun kakek Habsyi membawa kayu, Pak Umar membawa rantai.

“ Diam Kau, Kakek Tua, Ku injak-injak Kau nanti.” tanggapan Habsyi ketika kakeknya berusaha melarang.

Mendengar itu, emosi Pak Umar dan Kakeknya timbul. Lalu mereka spontan menyerang Habsyi. Habsyi pun lari. Dan kejar mengejar pun terjadi. Kakek Habsyi tidak melanjutkan pengejaran karena sesak nafas,

Mamak Habsyi cuma teriak-teriak minta tolong , takut ada yang terbunuh. Habsyi lari tanpa bisa di kejar. Tidak berapa lama Habsyi kembali dengan membawa cangkul. Lalu menyerang Bapaknya. Untung Pak Umar langsung menerjang Habsyi. Jika tidak, maka akan terlukalah Pak Umar bahkan bisa terbunuh secara sadis oleh anaknya yang telah berubah menjadi Monster.

Bersamaan dengan itu, ada tetangga yang lewat dan membantu mendinginkan suasana. Dan di putuskan di hari itu, Habsyi harus berangkat ke Aceh bersama Mamaknya untuk berobat sambil melihat cucu pertama Bu Umar.


Pada pertengahan April 2016, Habsyi dan Mamaknya tiba di Lhokseumawe Aceh. Gaya potongan rambut Habsyi, kanan kiri botak, yang di tengah, ada rambutnya. Begitu tiba di Aceh, Sikap Habsyi seakan - akan tidak ada permasalahan di kampung. Seakan-akan apa yang di lakukan di kampung adalah kebenaran. Dan Habsyi tidak mengungkit-ungkit dan mem-permasalakan ketika Usman berusaha memasukkannya ke Rumah sakit jiwa sewaktu di Medan. Padahal hal ini bisa menjadi alasan Habsyi untuk berkelahi dengan Usman pada saat itu juga.

Begitu sampai, Habsyi menyalami orang yang ada di rumah Usman, dan langsung menggendong anak Usman. Usman dan Istrinya pun menyambut kedatangan Habsyi dan Bu Umar dengan hangat.

Rasa syukur, Usman panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,   karena Habsyi telah tiba di Lhokseumawe Aceh. Supaya rencana pengobatan bisa dilakukan.

Usman di Lhokseumawe Aceh, tinggal bersama mertuanya. Di rumah mertunya kamarnya  hanya dua. Satu kamar untuk Usman dan istri, satu kamar lagi untuk mertuanya. Sehingga Habsyi dan Mamaknya tidur di ruang tamu.

Setelah tiga hari berlalu, Usman menyuruh Mamaknya tidur di Kamar bersama istrinya. Dan Usman tidur diruang tamu untuk pendekatan ke Habsyi. Beberapa Hari Usman tidur dengan Habsyi. Usmanpun tidak bisa tidur, padahal besoknya harus bekerja. Habsyi selalu cerita tidak berhenti-henti tentang Jin dan rencana Ia berangkat ke Jakarta, untuk menjumpai Ibu angkatnya.

Setelah Habsyi sampai di Jakarta,  Ia akan membangun kamar di lantai dua, untuk Mamak dan Untuk Usman beserta istri. Untuk apa lama-lama tinggal sama mertua kata Habsyi ke Usman. Menurut Usman, cerita ini tidak masuk akal, tetapi Usman meng-iyakan saja, tidak ada sedikitpun membantah atau mempertanyakan misi Habsyi yang tidak masuk akal.

“ Abang tidur dulu ya. Sudah jam 01 pagi. Besok lagi ceritanya. Kalo Habsyi nggak ngantuk nonton TV aja dulu.” pinta Usman ke Habsyi yang masih asik bercerita.

Habsyipun terdiam sejenak. Dan Usman memejamkan matanya. Sejam kemudian, Habsyi membangunkan Usman, di ajaknya kembali bercerita. Begitu seterusnya yang di lakukan Habsyi sampai Adzan Subuh berkumandang.

Dua hari Usman tidur dengan Habsyi. Usmanpun menyerah. Mamak Habsyi juga begitu, akhirnya di putuskan, Habsyi tetap tidur di ruang tamu. Bu Umar tetap tidur di kamar Usman bersama istri, kemudian Usman juga tidur di kamar, tetapi tidak satu ranjang melainkan  di bawah.

 Sebelum Habsyi tiba di Lhokseumawe Aceh , semua benda tajam seperti pisau, parang linggis di sembuyikan. Ketika Habsyi tidur sendirian, pada jam 12 malam terdengar ada yang membuka pintu belakang.

 Usmanpun bergegas keluar dari kamarnya, setelah di lihat oleh Usman, ternyata Habsyi yang membuka pintu belakang dan Habsyi kelihatan lagi  tidur diluar. Habsyi tidur  di tempat tidur yang sudah  tidak digunakan oleh Mertua Usman, posisi tempat tidur pas dekat pintu.

Pada pagi, siang dan sore hari, tempat tidur ini di gunakan untuk bersantai dan tempat memotong wortel oleh Mertua perempuan Usman. Adapun alasan Habsyi tidur di luar karena rumah Mertua Usman Panas. Usman pun kembali ke Kamar untuk istirahat.

Pada jam 3 Pagi, Habsyi mengetok kamar Usman.

“Bang, bangunlah. Aku mau pinjam pulpen sama buku.” tutur Usman.

 “Besok aja. Sudah Malam.” jawab Usman sambil menguap.

“ Pinjamlah sebentar, kalo nggak Kau Pinjami,  Aku nggak tenang.” papar Habsyi.

“Ini, buku dan pulpennya, untuk apa ?” tanya Usman geram sambil menyerahkan buku dan pulpen. 

“ Duduk sini dulu Bang.” ajak Habsyi ringan tanpa beban.

Lalu Habsyi pun menggambar segi empat .

“ Aku ada kamar di Jakarta di lantai dua. Di sini, Aku akan bangun kamar Mamak dan di sebelahnya Ku bangun kamar Abang. Abang tinggal di Jakarta aja, lebih luas dari pada di sini sempit.” papar Habsyi polos.

Kok baik kali Ibu angkatmu, sampai-sampai mengizinkan Kau, membongkar lantai dua lalu membuat kamar buat kami.” tanya Usman ragu.

“Tenang aja, mereka sayang sama Aku, jadi apa yang Ku minta, di turuti sama mereka.” papar Habsyi menyakinkan Usman.

“ Sayang dari mana. Dulu kan Kau pernah kesana, tetapi tidak berapa lama Kau balik lagi. Apa nggak ingat Kau. Lagi pula dengan kondisi Kau sekarang, seperti orang yang  tak terawatt. Apa ada keluarga yang mau menerima Kau, dan menganggap Kau anak angkatnya lalu di berikan sebuah Rumah, suatu hal yang mustahil terjadi di zaman now.” guman Usman dalam Hati, sambil garuk-garuk kepala. 

“ Kok, diam Bang ?” tanya Habsyi , melihat Abangnya seperti orang yang termenung.

“ Oke, siapa yang nggak mau di buati kamar. Apalagi di Jakarta, tapi sebelum kesana, besok setelah Abang pulang kerja , kita belajar dan berobat di pengobatan Tengku Ismail. Kau untuk sementara tinggal di sana dulu, seminggu sekali Abang jenguk , supaya hilang bisikan-bisakan Jin yang selama ini mengganggu mu. Sekarang tidurlah.” ujar Usman menutup pembicaraan.

Besok paginya, ketika Usman siap-siap berangkat kerja, Habsyi menjumpai Usman.

“ Bang, minta uang untuk beli rokok.”

“ Rokok yang kemaren kemana. Kan Abang kasih sebungkus, kurangilah merokok, apalagi uang Abang pas-pasan. Ini uang, beli aja sebatang.” jawab Usman menasehati.

“Ah, mana cukup sebatang. Stres Aku disini. Aku mau pulang aja, kasih Aku ongkos.” Balas Habsyi kecewa.

“ Eh, Kau itu  mau di obati di sini, malah Kau mau pulang, pergi aja sana kalau mau pulang, Abang belum ada uang.” jawab Usman sambil melotot kesal.

Mendengar pernyataan Usman, Habsyipun tanpa berpikir dengan akal sehat langsung mengambil tas dan sepatunya di ruang tamu. Dari ruang tamu Habsyi menjumpai Mamaknya yang lagi di kamar. Lalu Habsyi dengan memakai sepatu menuju lorong, dari gayanya Ia akan serius pulang kampung. Usmanpun membiarkan Adiknya pergi. Setelah Adiknya menjauh dari rumah, Usman menjumpai Mamaknya.

“Mak, Si Habsyi, memang nggak bisa dibilangi. Tadi Mamak dengarkan, Dia mau pulang, katanya Dia bisa pulang sendiri. Ada Mamak kasih uang Dia tadi ?”

Cuma Mamak kasih rorok aja. Tapi Dia minta HP, dan Mamak kasih, takut Mamak, nanti Dia kesasar, apalagi  Dia baru di Aceh ini .” jawab Bu Umar sambil mengurut dada.

“ Ya uda nggak papa. Kalo gitu Mak,kita  biari aja dulu, kita ikuti aja kemauannya, paling nanti Dia  balik lagi ke sini. Usman berangkat kerja dulu ya Mak. ” papar Usman.

Hari telah menunjukkan jam 12 siang. Usmanpun pulang istirahat, di lihatnya Habsyi belum kembali ke rumah. Sekitar jam 12:45,  ada SMS masuk ke HP Usman berasal dari HP Mamaknya yang di bawa oleh Habsyi.

“ Bang jemput Aku, Aku di terminal dan nggk tau jalan balik ke rumah.” isi SMS.

Usman tidak ada membalasnya. Dalam pemikiran Usman, biar Habsyi tau rasa, dan mau  berpikir secara normal sebelum memutuskan  sesuatu. Jam 03 sore, Habsyi SMS lagi minta jemput. lalu sms lagi pada Jam 4 sore , yang menyatakan bahwa Ia bersedia di bawa ke pengobatan Tengku Ismail. Usmanpun langsung menjemput Habsyi ke terminal.

“ Abang berbuat kayak gini, bawa Habsyi ke Aceh karena sayang sama Habsyi, supaya Habsyi sembuh. Habsyi pikir “normal” orang  yang merusak rumahnya sendiri ?” terang Usman semangkin membatin.

“Kau Bang, nggak tau apa yang Ku rasakan, sebenarnya Aku bosan dengan pengobatan-pengobatan yang Kau rencanakan. Sewaktu Kau di Medan , ritual pengobatan yang Kau lakukan bukannya membuat Aku merasa enakan, malah wajahku terasa ada kumannya dan Aku takut keluar rumah. Sekarang terserah Kau lah mau di bawa kemana Aku.” jawab Habsyi sambil mengeluarkan air mata.

“Kalau Kau merasa sesuatu yang aneh, kenapa tidak cerita ke Mamak, lagi pula itukan pengobatan dengan Ustad dan orang pintar yang terbukti bisa menyembuhkan, tetapi sama Kau kok tidak mempan pengobatan itu, atau kalo tidak sembuh juga di pengobatan Tenggu Ismail nantinya , kita konsultasi ke Dokter.” Papar Habsyi, tetap semangat mengobati adiknya.

Jam 05 sore, Habsyi dan Usman berangkat ke pengobatan Tenggu Ismail. Sesampainya di sana, sudah banyak orang yang antri. Sekilas cara pengobatan Tengku Ismail sangat sederhana,  Terlihat mulut Tengku komat kamit seperti membaca sesuatu, lalu menekan bagian tubuh pasien dengan tangannya. Untuk pasien laki-laki di tekan dengan tangannya dan untuk pasien perempuan di tekan dengan kayu.

Ada pasien perempuan yang terindikasi gangguan ilmu sihir, ketika di tekan dengan kayu ke tubuhnya, reaksinya  seperti kejang-kejang. Setelah di tekan beberapa kali , si pasien di suruh membuka mata , lalu si pasien  mengambil botol yang berisi air putih yang sudah  di bacakan beberapa ayat oleh Tengku Ismail untuk di bawa pulang.

Giliran Habsyipun tiba. Ketika proses pengobatan, tidak ada reaksi sedikitpun. Menjadi tanda tanya besar dalam pikiran Usman , apakah penyakit Habsyi karena gangguan ilmu sihir atau Narkoba.

Setalah Habsyi selesai, Usman menjumpai Tengku Ismail. Dan Habsyi pergi sedikit menjauh untuk merokok.

“ Tengku, perkenalkan saya Usman. Adik saya yang di obati tadi dari Medan Tebing Tinggi. Saya sudah 5 tahun di Lhokseumawe. Menurut keluarga kami, adik saya sakit karena  mengalami gangguan ilmu sihir. Ia sudah menghancurkan rumah Orang tua kami beberapa tahun yang lalu. Baru-baru ini menghancurkan Kolam ikan dan kamar mandi. Sudah kami obati ke mana-mana, tetapi tidak ada perubahan. Rencananya, Adik saya, mau saya titipkan sama Tengku untuk di Obati dan belajar agama di pemondokan ini. Apakah boleh Tengku ?” tutur Usman panjang lembar.

“ Boleh aja, tetapi besok, karena hari ini kamar pada kosong semua, murid Saya pada pulang kampung. Untuk biaya makan di tanggung sendiri. untuk kamar pakai aja, besok saya arahkan ke kamar mana Habsyi akan menginap selama disini.” sambut Tengku Ismail hangat.

“Baik Tengku, besok kami kembali lagi. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya dan Hanya Allah yang membalasnya.” ungkap Usman menutup pembicaraan.

Keesokkan harinya, Habsyi dan Usman sudah sampai di lokasi pengobatan Tengku Ismail. Merekapun menjumpai Tengku Ismail.

“Eh kalian, sudah sampai rupanya, lupa saya menyampaikan kemaren, ngomong-ngomong

Kalian ada membawa alas tidur berupa tikar dan bantal ?” tanya Tengku Ismail, sambil terseyum ramah.

“ Tidak ada Tengku. Aduh bagaimana ya ini Tengku, lupa pula kami menayakannya kemaren.” jawab Usman khawatir, karena Usman tidak mau membawa Habsyi kembali lagi Pulang. Jika di bawa pulang lagi, takutnya Habsyi tidak mau kembali ke pengobatan Tengku Ismail.

“ Ya uda, tidak masalah. Tunggu sebentar, saya ada tikar di rumah.” tutur Tengku Ismail sambil menuju ke ruangan rumahnya.

“Ini, tikarnya, bawalah. Kalian saya arahkan  ke Kamar Bang sulaiman ya.  Habsyi bisa satu kamar sama beliau.” ungkap Tengku Ismail.

“Baik Tengku, terima kasih.” Balas Usman, sambil mencium tangan Tengku Ismail.

Lalu Usman dan Habsyi menuju kamar Bang Sulaiman. Selama perjalanan terjadi percakapan antara Usman dan Habsyi.

“ Dek Habsyi, ini ada uang Rp 70.000,- untuk makan dan rokok selama 7 hari, hemat-hematlah disini. Insyallah Abang akan menjenguk setiap minggu. Dan besok Abang akan bawakan beras. Belajar yang baik dan jangan pulang sebelum sembuh, itu harapan Abang dan keluarga, ingat umurmu sudah 32 tahun. Apakah Dek Habsyi tidak ingin berkeluarga. Ceritanya, dulu di sini banyak orang sakit berobat dan memondok untuk belajar agama. Allhamdulilah banyak yang sembuh dan ada juga yang menikah dengan penduduk kampung ini.” Usman menyemangati Habsyi, agar termotivasi untuk berobat dan belajar agama.

“ Bang, mana cukup dengan uang segitu. Bisa-bisa Aku makan taik disini ” jawab Habsyi polos sambil mengisap sebatang rokok.

“ Jangan ngomong kayak gitu, jalani aja dulu. Abangkan ada di Lhokseumawe.” jawab Habsyi sedikit kesal.

“ Ya udalah kalau itu kemauanmu. Kemauanmu aja yang di turuti. Kayak kemasukan Pekong Kau itu. Kau nurut aja apa yang di suruhnya, Aku seminggu aja di sini, jangan lama-lama karena Aku mau ke Jakarta.” papar Habsyi malah menyalahkan Usman.

Mendengar pernyataan Habsyi, Usman hanya bisa mengurut dada dan menelan air ludah. Sebenarnya mau di tinjunya aja si Habsyi setelah Ia menuduh Usman di perintah oleh Pekong. Tetapi Usman masih bisa mengontrol emosinya. Usman lebih baik mengalah dan tidak membantah apa yang di utarakan Habsyi. Asal Habsyi mau berobat.

Haripun menunjukkan jam 06 sore, Usman permisi pulang kepada Tengku Ismail dan Habsyi. Dalam perjalanan, ada harapan dan kekhawatiran yang terlintas di pemikiranUsman. Berharap agar Habsyi sembuh. Dan ada pula  kekhawatiran, Habsyi tiba-tiba pulang ke Rumah Usman, pada malam itu juga. Tetapi tidak mungkin, karena cukup jauh jaraknya dan mana mungkin Habsyi hafal jalannya. Apalagi Habsyi orang baru. Usman sendiri aja, harus bertanya ke beberapa orang untuk ke sampai ke tempat ini.

Jam 07 Malam, Usman tiba di rumah. Alangkah bahagianya perasaan Mamak Usman mendengar Habsyi sudah di Pemondokan Tengku Ismail. Jampun menunjukkan 9 malam, lalu terdengar ada yang mengetok pintu.

“Assalamu alaikum.”

“ Siapa itu ?” bertanya-tanya orang yang ada di rumah Usman, kok sepertinya suara Habsyi. Lalu Mamak Usman membukakan pintu. Dan ternyata benar, yang datang adalah Habsyi.

“ Kok, balek lagi Kau.” teriak Usman dengan mata melotot, sambil mengempal kedua pergelangan tangannya, siap-siap untuk meninju Habsyi.

“ Nggak mau aku, di obati di sana, ini uangmu, sisanya habis untuk ongkos naik ojek. Di kamar Ku ada Pekong. jadi tempat sembahyang mereka kamar Ku. Makanya Aku pulang. Dan mana cukup uang yang Kau kasih . Mau makan taik aku di sana?” jawab Habsyi santai, sambil duduk di kursi yang ada di ruang tamu.

Usman Hanya bisa menarik nafas panjang, dan seakan-akan mau di tinjunya saja si Habsyi. Karena selalu membuat kesal dan kecewa.

“ Baik. Besok Kau ikut Aku ke Rumah Sakit, kalo Kau nggak mau pergi, Kau pergi  dari sini, jangan ajak Mamak, terserah Kau mau pergi kemana.” tutur Usman sabar dan tetap memberi solusi.

“Oke ! Aku malam ini tidak tidur di sini. Aku numpang tidur di rumah sebelah aja, di ruang tamupun tidak masalah. Itu rumahnya Uwak,  Istrimu kan ?” tutur Habsyi sambil menunjuk rumah sebelah.

“ Terserah Kaulah” jawab Usman tenang. 

“ Mak, permisikanlah ke Uwak, bilang Habsyi mau tidur di sana.” sambung Usman.

Mamak, Usmanpun pergi ke rumah Uwak.

“ Wak, Saya mau bilang. Si Habsyi, katanya mau tidur disini, apa boleh ?” tutur Ibu Umar berharap.

“ Sebenarnya saya takut juga lihat Habsyi, tapi tidak apa-apa. Kalo terjadi sesuatu paling saya nanti teriak. Mungkin Habsyi tidak enak lagi tidur di rumah sana bersama Usman, karena Dia telah mengecewakan Usman. Ya uda, suruh ke sini Habsyi, tetapi tidurnya dengan tikar di ruang tamu karena kamarpun cuma 2 disini. Satu kamar untuk saya, satu lagi di tiduri oleh adiknya istri Usman.” ucap uwak memberi harapan.

Habsyipun tidur di rumah uwak. Keesokkan harinya, pada jam 09 pagi, Usman pulang dari kantornya untuk  menjemput Habsyi. Mau diajaknya  berobat ke Rumah Sakit. Tetapi kenyataannya Habsyi belum juga bangun.

“Mak, kok Habsyi belum bangun ?” tanya Usman ke Mamaknya.

“O..alah, sudah capek Mamak banguni, malah Mamak mau di ludahi, katanya jangan ganggu, “Anjing”  badanku sakit semua kalo di sentuh, katanya.” jawab Bu Umar sedih.

Lalu Usmanpun mendatangi Habsyi.

“Habsyi ! bangun Kau, kita ke Rumah sakit.” teriak Usman geram.

Mendengar teriakan Usman, Habsyipun langsung bangun, dan menuju kamar mandi.

“ Yuk kita pergi kerumah sakit!” ajak Habsyi setelah keluar dari kamar mandi.

“ Loh, Kau nggak mandi dulu ? “  tanya Usman, heran.

“ Nggak perlu.” jawab Habsyi polos.

“ Kalo gitu, gantilah pakaian mu, pakai celana panjang.” saran Usman.

“Nggak usah. Aku pakai celana  ini aja.” balas Habsyi.

“Ah, untuk apa memaksakan kehendak, yang penting Habsyi mau pergi ke Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe untuk konsultasi ke Dokter spesialis jiwa. ” guman Usman dalam hati.

“Bang, belikan rokok dulu !” pinta Habsyi tanta basa-basi.

“ Nanti di depan rumah sakit aja kita beli roroknya.” jawab Usman kalem.

Mereka pun berangkat dengan menggunakan Sepeda motor. Adapun Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe tidak terlalu jauh dari kediaman Usman, hanya di butuhkan waktu 5 menit..

 Sesampainya di Rumah sakit, Usman mengambil nomor antrian, ternyata cukup banyak juga yang ngantri untuk berobat atau konsultasi dengan Dokter spesialis jiwa.

Ada bapak-bapak yang kelihatan sehat dan bisa mengobrol dengan orang di sebelahnya, tetapi bapak tersebut berobat juga ke Dokter spesialis jiwa. Usman duduk tidak terlalu jauh dari bapak itu. Cerita punya cerita bapak itu berobat di karenakan susah tidur dan pikiran tidak tenang dalam beberapa hari ini. Setelah Usman bercerita dengan bapak tersebut, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bapak tersebut ada kelainan jiwa.

Tidak berapa jauh dari posisi Usman, terlihat  bapak-bapak yang begitu orang duduk di sebelahnya langsung di ajak ngobrol, dan dari obrolan itu, kelihatan kalau bapak itu sehat. Tetapi setelah orang di sebelah bapak itu pergi, bapak itu kelihatan ngomong sendiri. Ternyata tidak harus kelihatan gila betul, baru orang mau konsultasi atau berobat ke Dokter spesialis jiwa.

Sudah 30 menit Usman dan Habsyi menunggu giliran untuk di panggil, Habyipun kelihatan mulai gelisah.

“ Bang, minta duit. Aku mau beli rokok dulu.” pinta Habsyi.

“ Ne duit, tapi begitu beli rokok, Kau langsung ke sini ya.” balas Usman.

“Oke no problem.” jawab Habsyi.

Tidak berapa lama kelihatan Habsyi, berjalan dari kedai ke arah Rumah sakit dengan 3 batang rokok di tangannya.

“ Bang, Aku ke toilet dulu ya.” Habsyi permisi sopan.

“ Iyya, tapi jangan lama-lama.” ucap Usman.

Setelah 45 menit berlalu, tidak kelihatan Habsyi keluar dari toilet, Usmanpun menuju Toilet rumah sakit untuk mengecek Habsyi. Usman mencoba mendorong pintu kamar mandi dengan pelan untuk memastikan apakah ada orang di dalam. Ketika di dorong pintu tidak bisa dibuka. Lalu Usman mengetok pintu tersebut.

“Habsyi, apa Kau yang didalam ?” tanya Usman memastikan siapa yang di dalam kamar

Mandi.

“Iyya.” jawab Habsyi.

“ keluar lagi, gentian. Abang kebelet juga.” pinta Usman agar Habsyi cepat keluar.

Nggak berapa lama, Habsyipun keluar.  Alangkah terkejutnya Usman , melihat  kotoran Habsyi tidak di siram. Dengan lapang dada, Usmanpun menyiramnya. Jika di perhatikan selama Habsyi tinggal bersama Usman, memang seperti itu kelakuan Habsyi ketika selesai dari toliet kamar mandi. Jika di ingatkan, Ia akan mengatakan sudah di siram.

Setelah dari kamar mandi, Usman langsung menuju tempat praktek Dokter spesialis jiwa.

“ Habsyi, ada terdengar namamu tadi di panggil ?” tanya Usman.

“ Nggak tau Aku” ujar Habsyi.

“ Pak, tadi ada terdengar nama Habsyi di panggil ? ” pertanyaan Usman ke Pasien yang menunggu antrian.

“ Sepertinya belum, lebih baik  masuk aja kedalam dan tanya langsung ke Perawat.” 

Tanpa pikir panjang Usman masuk kedalam ruangan Dokter.

“ Bu Perawat. Apa nama Habsyi sudah di panggil ?” tanya Usman sambil menunjukkan nomor antian.

“ Belum, tunggu dua antian lagi ya.” jawab Perawat.

“ Baik Bu, terima kasih.” balas Usman menutup pembicaraan.

“ Bang lama lagi. Pulang aja yok, ” ajak Habsyi sudah tidak sabar menunggu.

“ Sabar dulu, tinggal nunggu dua orang lagi. Setelah itu giliran kita.” ujar Usman

Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang. 2 jam juga mereka menunggu giliran untuk di periksa oleh Dokter. Begitu banyaknya yang konsultasi dan berobat. Jika ingin mendapat giliran lebih awal, maka  datangnya sebelum jam 8 pagi.

“Habsyi,” Ibu perawat memanggil .

“Iyya Bu.” balas Usman senang.

Merekapun masuk kedalam ruangan Dokter.

“ Siapa yang Habsyi ?” tanya Dokter .

“          “Dia Bu. Adik saya ” ucap Usman sambil menunjuk ke arah Usman.

Si Dokter pun bertaya, “ Apa keluhannya ?”

“ Si Habsyi ini, sering melihat gerombolan Jin, Pekong, Nyiloro kidul dan Suami Nyiloro kidul “Jin Langit”. Terkadang gerombolan Jin itu meyerang Habsyi dengan bambu runcing, lalu Jin langit yang panjang tubuhnya setinggi langit sering menyuruh Habsyi sesuatu, jika tidak di turuti maka tangan Habsyi seperti di lindas oleh Traktor dan perut Habsyi seperti di masuki batu bata. Baru-baru ini, Kolam ikan di kampung di hancurkan oleh Habsyi karena tidak mau melihat Nyiloro kidul berenang di kolam itu. Beberapa tahun yang lalu rumah orang tua saya juga di hancurkan. Pekerjaan Habsyi sehari-hari di kampung, membuat bangunan baru tetapi alangkah di sayangkan setelah di buat, bangunan itu di hancurkan kembali. Padahal bangunan di buat dari  uang hasil panen kelapa sawit.” ungkap Usman panjang lebar mengenang. 

Sewaktu Usman menjelaskan keadaan diri Habsyi ke Dokter, Habsyi tenang saja. Di luar kebiasaan Habsyi selama ini, dimana jika terdengar ada yang menjelekkan dirinya, maka Habsyi akan marah besar. Lalu si Dokter pun betanya kepada Habsyi,

 “Habsyi, apa tadi,  ada Jin yang ngikuti dan membisikan sesuatu ke Kamu ?”

“ Ada Dokter, apalagi sewaktu saya di kampung, semenjak saya di Aceh agak berkurang bisikan itu.” tegas Habsyi mantap

Tanpa perlu analisa yang lama, Dokter langsung bertanya tentang Narkoba kepada Habsyi. Menurut Usman, pertanyaan Dokter tentang Narkoba di karenakan halusinasi yang Habsyi alami , dari gaya berpakaian dan dari keadaan tubuh Habsyi.

“ Pernah pake ganja, sabu atau ekstasi ?” tanya Dokter tenang.

“ Ganja dulunya sering, sabu dan ekstasi kadang-kadang, itupun  jika saya ke Medan.”. jawab Habsyi tanpa terbebani.

“ Kalo mau sembuh, tidak di serang Jin dan hilang rasa sakit di badan, jauhilah pake Narkoba. Habsyi harus berusaha, kasihan keluarga. Pahamkan apa yang saya bilang ?” tutur Dokter.

“Paham Bu” jawab Habsyi.

“Iyya sudah, kalo gitu Habsyi keluar dulu, Saya mau tulis resep obat. Si Abang tinggal dulu ya disini.” ucap Dokter.

Habsyipun keluar dari ruangan.

“ Bang Usman, Habsyi itu penyakitnya karena Narkoba, untuk itu awasi Dia, jangan bergaul dengan teman-temannya selama ini. Dan Ingatkan ke Habsyi, jangan pulang terlalu malam. Karena percuma kita beri obat, tetapi Dia tetap pake Narkoba.” terang Dokter sambil menulis resep

“ Gitu ya Dok, berarti selama ini kami salah paham, karena kami tidak mengira penyakit Habsyi karena Narkoba. Kami berpikiran selama ini Habsyi di masuki Jin dan di guna-gunai oleh Orang. Karena begitu Dia balik dari Bengkulu. Dia bisa melihat Surga dan Neraka. Begitu Dia pulang dari Bengkulu, Dia membersihkan kaki Mamak saya dengan mencucinya. Setelah itu Dia rajin Sholat, tidak bisa melihat yang kotor. Rumah Mamak saya  di pel-nya, semua orang di suruh keluar. Ngumpuli putung rokok, membuang sampah di sekitaran rumah ke Sungai. Dan keluarga bertambah yakin ketika ada orang pinter “Dukun “ mengatakan ada Pampir di dalam tubuh Habsyi. Dan Pekongnya cukup sulip jika mau di keluarkan, kata Dukun tersebut. Sehingga sebelum ke Rumah Sakit ini, kami sekeluarga beranggapan Habsyi di guna-gunai orang. Dan sebelum ke Rumah Sakit ini, Saya bawa Habsyi ke pengobatan seorang Ustad. Ketika pertama kali di Rukyah,  tidak ada tanda-tanda, ada Jin yang mengganggunya. Dan saya semakin bingung, apa penyakit Habsyi sebenarnya. Rupanya di karenakan Narkoba. Ya Tuhan, Sudah hampir ratusan juta uang keluarga habis karena tingkah laku Habsyi. Rumah kami di hancurkan, Sepeda motor di rusak, kolam Adiknya di hancurkan, sekarang malah rumah kakeknya yang mau di hancurkan. Belum lagi biaya pengobatan yang di keluarkan keluarga. Contohnya keluarga di Padang, rela memanggil dukun untuk mengobati Habsyi dan menghabiskan biaya  5 jutaan, tetapi Habsyi tidak kunjung sembuh, dan informasi terakhir, pengobatan Dukun ini seperti di rekayasa. Seakan-akan ada kiris dan gelang naga yang keluar dari tubuh Habsyi . Belum lagi akibat tingkah laku Habsyi membuat keluarga Saya di kampung tidak nyeyak tidur, khawatir, cemas dan sebagainya. Karena setiap jam 12 malam, Habsyi  selalu bereaksi , bawa Sepeda Motor dengan alasan beli rokok, setelah itu balik ke Rumah, bersih bersih halaman, membongkar yang tidak seharusnya di bongkar.” papar Usman mengingat kelakuan Habsyi.

Si Dokterpun menyambung, “ Itulah akibat pake Narkoba. Seseorang bisa menjadi “ Monster ”, rasa takut dan pikiran rasionalnya hilang, dan Dia akan mau melakukan apa saja tanpa rasa takut, yang penting keinginannya terwujud. Keluarga di buatnya susah dan khwatir 24 jam, untuk itu jauhilah Narkoba. Ini ada obat yang saya berikan, pantau terus penggunaannya selama seminggu ini, jangan sampai tidak di minum. Dan minggu depan kemabali lagi ke sini ya”

“ Baik Bu Dokter, terima kasih.” Usman pun keluar ruangan.

Adapun resep obat yang di berikan Dokter sebagai berikut :

1.      Risperidone tablet 2 Mg      = 2 x ½

2.      Clobazam 10 Mg                  = 1 x 1

3.      Omeprazole 20 Mg              =  2 x 1



Setelah resep ini di tukarkan di apotik Rumah Sakit, Usman dan Habsyipun menuju pulang. Sebelum sampai di rumah mereka singgah di sebuah warung kopi.

“ Mau pesan apa. Kopi Aceh atau Jus ?” tanya Usman.

“ Jus pokat aja,biar sehat sikit,” jawab Habsyi santai.

“Begini Dek. Obat dari Dokter ini wajib Kau minum, Aku sebagai Abangmu, mau Kau itu sehat, badan nggak sakit-sakit, masak di senggol sikit aja ketika di banguni terasi sakit, sampai Mamak Kau maki-maki.  Umurmu berapa sekarang. Apakah Kau tidak kepingin punya istri, punya anak. Masih untung lah kita punya Mamak seperti Mamak kita. Sudah Kau maki, Kau Anjingi, Kau bilang setan, pernah Kau dorong, pernah Kau ludahi, Kau ganggu tidurnya, Kau habisi uangnya, bahkan di hutangi Kau di Bank, untuk memenuhi yang Kau minta. Untuk bangun kamar keinginanmu. Ehh..sudah Kau bangun, besoknya Kau hancuri. Begitu sayangnya Mamak sama Kau, jangan Kau sakiti lagi Dia. Mamak sudah tua, minumlah obat ini secara teratur, semoga Allah SWT memberikan kesembuhan.”  tutur Usman sambil menyeruput kopi Aceh.

“ Amin ” balas Habsyi santai tanpa dosa, sambil meminum jus nya.

“ Supaya badan enakan, ini obatnya Kau minum, begitu sampe rumah makan dan istirahatlah.” Usman melanjutkan pembicaraannya.

“ Nanti aja Aku minum sendiri di rumah. Kau tenang aja, pasti Ku minum.” Habsyi menambahkan.

“ Sekarang Kau minum Obatnya, tolong hargai Aku sebagai Abangmu. Masak di suruh minum obat aja susah.” ujar Usman, khawatir obatnya tidak di minum oleh Habsyi. Apalagi Habsyi jika di suruh oleh Mamaknya selalu membatah. Jadi Usman harus memastikan sendiri Obat tersebut di minum.

“ Okelah kalau gitu, mana obatnya. Kemauanmu aja yang di ikuti ? ” tegas Habsyi kesal, tanpa khawatir Abangnya marah.

Usmanpun memberikan obatnya. Setelah obat di pegang Habsyi, mata Usman tidak lepas dari gerak-gerik Adiknya. Di perhatikannya betul-betul, untuk memastikan obat di minum oleh Habsyi.

Habsyi meminum obatnya satu-satu, Obat yang pertama jelas kelihatan di minum oleh Habsyi, tetapi obat selanjutnya, kelihatan tidak di minum oleh Habsyi. Terlihat oleh Usman , Habsyi melakukan akting, dimana seakan-akan meminum obat padahal obatnya  masih dalam genggaman tangannya.

Dengan gerakan cepat tangan Habsyi yang memegang Obat langsung kebawah. Usman sebenarnya curiga dan ingin memastikan apa masih ada obat di kepalan tangan Habsyi. Tetapi menurut pemikiran Usman, biarakan aja dulu Adiknya berbuat seperti itu, yang penting obat yang pertama berhasil di minumnya.

Di khawatirkan, jika terlalu di curigai, malah Habsyi akan berontak. Satu jam berjalan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Begitu sampai di rumah, Habsyi langsung ke bawah pohon mangga, ngrobrol dengan ibu-ibu sekitar tempat tinggal Usman.

Terkadang Mamak Habsyi juga, nyantai di bawah  pohon mangga. Dimana Ibu-Ibu yang nyantai, ada hubungan keluarga dengan istrinya Usman. Begitu selesai mengantarkan Habsyi berobat, Usman pun menjumpai Mamaknya.

“ Mak, ini ada obat dari Dokter, tapi biar Aku aja yang meyimpan. Kalo siang hari Mamak mau ngasih obat Habsyi, minta aja sama istri aku ya.”

“Baik Nak.  Kata Dokter, sakit apa Habsyi ?” tanya Mamak Usman.

“ Ternyata Dokter bisa langsung menebak , kalo Habsyi terlalu banyak meng-kosumsi Narkoba, Dan Habsyipun langsung mengakui bahwa selama ini Dia sering memakai Ganja, Sabu, ekstasi. Dan baru-baru ini aja, Dia merasa berdosa jika menggunakannya.” tutur Usman dengan nada prihatin.

“ Tetapi yang Mamak Heran, kenapa Habsyi tidak pernah Mamak lihat  seperti orang sakau ya ?” respon Mamak Usman.

“ Itulah Mak, kita semua sama-sama bingung. Mudah-mudahan dengan Habsyi sering minum obat dan mau berobat terus ke Dokter setiap minggunya , penyakitnya sembuh. Dimana Keluarga besar kita cukup repot di buat Habsyi selama ini.” ujar Usman berharap dan mengenang.

“ Untuk siang ini, apa obat yang harus Mamak minumkan ke Habsyi ? ” tanya Mamak Usman.

 “ Untuk siang sudah Usman minumkan, tadi sewaktu kami singgah di kafe.”  jawab Usman.

“ Syukurlah kalo begitu, karena Habsyi cukup susah kalo Mamak yang menyuruh Dia.” ujar Mamak Usman.

“ Baiklah Mak. Usman kembali ke kantor dulu ya.” pinta Usman permisi.

“ Iyya, hati-hati Nak.” jawab Mamak Usman.

“ Iyya Mak.” balas Usman.

Usman pun menuju kantor, lalu tidak berapa lama Habsyi menghampiri Mamaknya.

“ Mak, ambilkan Makan.” pinta Hasbyi seperti Raja minta di layani.

“ Itu, sudah Mamak siapkan, makanlah.” ujar Mamak Usman.

“ Mak, kok ngantuk kali Aku ya, semenjak minum obat tadi.” tanya Habsyi.

“ Nggak papa itu. Habis makan Habsyi langsung istirahat aja ya. Supaya sel-sel sarafmu juga ber istirahat” papar Mamak Usman.

“ Kayaknya Habsyi, mau mandi dululah Mak.” balas Habsyi.

“ Baiklah, itu malah bagus.” balas Mamak Usman menutup pembicaraan.

Setelah makan, Habsyipun minta handuk ke Mamaknya. Setelah mandi Habsyi ganti baju dan tidur. Mamak Habsyipun segera mengecek isi kantong celana Habsyi, mana tau ada rokok tinggal di celana. Setelah di check ternnyata ada sebutir obat.

Dalam pemikiran Bu Umar, berarti ada obat yang tidak di minum . Bu Umarpun memanggil istri Usman, minta tolong untuk meneleponkan Usman.

“Hallo Abi, ini Mamak mau ngomong ?” ujar Istri Usman.

“Ada apa Mak ?” jawab Habsyi.

“ Tadi Mamak, memeriksa kantong celana Habsyi ternyata ada sebutir obat. Apa nggak di minum semua obatnya tadi ? “ tanya Mamak Usman dengan nada prihatin.

“ Simpan aja dulu Mak obatnya. Sebenarnya Usman curiga tadi.  Sekarang Habsyi di mana Mak ?” sambung Usman.

“ Tidur pulas Dia, di rumah Uwak ! ” balas Mamak Usman.

“ Okelah Mak kalo gitu, nanti begitu pulang kerja kita ngobrol lagi ya.” ujar Usman menutup pembicaraan.

Mamak Habsyipun pergi ke bawah pohon manga untuk ngobrol-ngobrol, sambil membawa cucunya untuk bermain.

“ Bu, sebenarnya si Habsyi sakit apa ya ? ” tanya Ibu Dewi yang lagi nyantai juga di bawa pohon mangga.

“ Sakitnya aneh Bu, sering lihat Jin, di serang Jin dan di bisiki Jin. Rumah kami habis di buatnya, sebelum berangkat ke sini, kolam dan kamar mandi sudah di hancurkan. Kami bawa ke Aceh, supaya Habsyi mau untuk di obati. ” ungkap Mamak Usman.

“ Waduh bahaya juga ya penyakitnya. Tapi kalo ngobrol sama kami, kelihatan normal Habsyi, dan sering becanda juga Dia, sama kami. Dan Habsyi pernah bilang, bahwa Dia agak kesal sama Abangnya. Habsyi nggak sakit, kok di paksa berobat.”  ujar Ibu Yola menyambung.

“ Kemaren Habsyi bercerita bahwa Dia di paksa, di bawa ke Pesantren untuk tinggal di sana, Apa betul itu Bu ? tanya Ibu Dewi penasaran.

“ Iyya kami ajak Habsyi ke Pesantren untuk berobat. Di Pesantren itu, si Pasien bisa memondok untuk berobat dan belajar agama. Tengku Ismanil atas Izin Allah bisa   mengobati sampai sembuh, orang yang ter-indikasi di ganggu Jin atau ilmu sihir. Sudah susah payah kami membawa Habsyi ke Pengobatan itu. Paginya di antar oleh Usman, Habis Magrib Habsyi kabur.  . Herannya, kok bisa Habsyi, pulang sementara Dia orang baru di Aceh ini. Abangnya sendiri, sewaktu menuju Pesantren, harus  bertanya-tanya ke orang, Karena Pesantrennya masuk ke kampung-kampung.” terang Mamak Habsyi panjang lebar.

“ Iyyalah Bu, yang sabar aja, namanya juga anak ” Bu Yola menyambung.

“Terkadang, saya putus asa,  menghadapi anak saya ini. Tapi allhamdulilah sampai sekarang saya masih kuat dan bisa membawanya dari Medan ke Aceh ” ujar Mamak Habsyi terharu dan mengeluarkan air mata.

“ Itulah Bu, benar juga kata orang. Anak itu cobaaan ” sambung Bu Dewi.

“ Si Habsyi terkadang ngobrol dengan anak perempuan saya. Terkadang Habsyi ngeluh tidak ada rokok. Lalu oleh Anak saya dibelikanlah Habsyi rokok. Dan saya lihat obrolan mereka nyambung, dan anak saya juga tidak  pernah bilang kalo Bang Habsyi itu seperti orang tidak waras atau sakit ” ujar Bu Yola.

“ Iya Bu. Si Habsyi teradang juga cerita. Terkadang di belikan rokok sama anak Ibu. Saya sebagai Ibu berharap Si Habsyi cepatlah sembuh, bisa berkeluarga, dan mempunyai anak keturunan. Ada yang bilang, nikahkan aja Si Habsyi, biar sembuh dari penyakitnya. Siapa-lah yang mau sama Habsyi. Orang kampung sudah tau siapa Habsyi dan mereka pada takut. Maklumlah Bu, namanya juga tinggal di kampung, jarum jahit jatuh aja, bisa terdengar sampai telinga tetangga paling ujung. Beda dengan di kota, siap lu siapa gua, hee..hee. ” gurau Mamak Habsyi.

“ Memang betul Bu, namanya juga di kampung, hee..hee ” sahut Bu Yola mencairkan suasana.

“ Kita Doa’kan sama-sama aja Ibu-Ibu, supaya Habsyi cepat sembuh dan di berikan jodoh oleh Tuhan secepatnya. Amin ” sambung Bu Dewi berharap.

Waktupun menunjukkan jam 1 siang, kelihatan Usman baru pulang dari kantor. Mamak Usman pun membawa cucunya menjumpai Abinya.

“ Mana Habsyi Mak ?” tanya Usman.

“ Itu masih tidur di rumah Uwak ” jawab Mamak Usman.

“ Apa tidak sebagusnya di bangunkan aja Mak , biar Dia makan dulu ?”  saran Usman.

“ Takut Mamak, takut di ludahi dan di maki  ” ujar Mamak Usman.

“ Iya udalah kalo gitu Mak, nanti kalo Dia bangun, suruh makan, lalu suruh minum obat ” ujar Usman menutup pembicaraan.

Hidangan makan siang, sudah ada di meja makan, Usman pun mulai menyantap makanan didampingi oleh istri tercinta.

Selesai makan, Usmanpun kembali ke kekantor dengan Sepeda motor yang dimilikinya sejak 10 tahun yang lalu. Sudah tua memang kendaraan yang Usman miliki, tetapi Usman ber-prinsip “ pakailah dan syukuri yang ada,” lagi pula untuk membeli Sepeda motor baru sekarang, tidak memungkinkan.

Memang sih, ada sedikit rasa  minder, jika dibawa keliling kota. Karena Sepeda motor yang di miliki Masyarakat pada Zaman sekarang, rata-rata keluaran terbaru. Tapi untuk menyemangati dirinya, Usman teringat kalimat “ Jika kita bersyukur maka nikmat akan di tambah oleh Tuhan.”

Waktupun menunjukkan jam 4 sore.

“ Wak, mana Mamakku ” tanya Habsyi, yang baru saja terbangun.

“ Coba lihat di rumah Abangmu, tadi kelihatan di sana ” balas Uwak.

Habsyipun menuju rumah Abangnya. Kelihatan Mamaknya sedang  bermain sama cucunya.

“Mak, laper Aku, siapi makan Mak ?” pinta Habsyi.

“ Itu tinggal makan aja, sudah Mamak siapi di dapur ” tunjuk Mamak Habsyi kearah meja makan.  

“Mak,sehabis minum obat, terasa enak badanku ” curhat Habsyi.

“ Makanya, rutinlah Habsyi minum obat, lalu setiap minggu konsultasilah ke Dokter, insyaallah kalau Habsyi lakukan hal ini dengan rutin, tidak banyak melawan, maka dengan izin Tuhan, Habsyi akan sembuh ” papar Mamak Habsyi.

“ Mamak kapan balik ke kampung ?” tanya Habsyi tiba-tiba.

“ Dua hari lagi Mamak balik ya, soalnya Kakekmu sakit-sakitan, nggak ada yang ngerawat. Lagi pula Mamak sudah dua minggu disini. Segan Mamak sama keluarga istri Abangmu. Habsyi tetap di sini aja, berobat. Ikuti apa yang di suruh Abangmu. Setelah sembuh, cari kerjalah disini” tutur Bu Umar sambil mengelus-ngelus kepala Habsyi.

“Iyya Mak. Akupun bosan di kampung ” balas Habsyi.

“ Tapi Mak, kalau Mamak pulang, Aku ikut pulang juga lah. Nggak ada yang perhatikan Aku nanti ” dalam hitungan detik Habsyi berubah pikiran.

“ Habsyi di sini aja, kalau ikut ke kampung , mau jadi apa, kapan sembuhnya, apalagi di kampung, Rumah Sakit jauh. Di kampungpun nggak ada yang bisa mendampingi Habsyi ke Rumah sakit. Bapak Habsyi, sibuk kerja. Nanti kalau ada uang, setiap bulan, Mamak kirim uang untuk belanja Habsyi, menjelang Habsyi dapat kerja ” tutur mamak Habsyi menyemangati.

Ya udalah kalau itu kemaun Mamak. Kemaun Kalian aja yang harus Ku turuti.” jawab Hasbyi kesal .

Setelah  selesai makan, Habsyi keluar menuju pohon mangga. Kebetulan di situ ada Ibu Dewi.

“ Bu, Mamakku mau pulang kampung. Aku di suruh tinggal di sini dulu, kira-kira di sini ada kerjaan nggak Bu, untuk Aku ?” tanya Habsyi.

“Ada, yang penting Habsyi berobat yang betul, nanti kami carikan informasi ” jawab Bu Dewi antusias.

“ Kira-kira kalau Aku jualan ayam potong atau jualan ikan, di pajak. Apa ada yang mau beli  Bu ” tanya Habsyi.

“Adalah, apalagi ayam dan ikan kan di butukan orang setiap hari ” jawab Bu Dewi memberi harapan agar Habsyi mau bertahan di Aceh sampai sembuh.

“ Ibu ada kenalan,  orang yang jualan ayam atau ikan dipajak ?, rencanayan Aku mau kerja sama Dia dulu, abis itu Aku buka usaha sendiri” tutur Hasbyi serius.

“ Habsyi tenang aja, nanti kami carikan, yang penting Habsyi sehat dulu ” jawab Bu Dewi.

“ Iyya Bu, terima kasih ” Balas Habsyi.

“Habsyi ini ada uang lima ribu, belilah rokok ” kasih Bu Dewi.

“ Oke Bu, terima kasih ya ” Habsyipun langsung mengambil uang dan langsung membeli rokok di kedai depan.

Pernah istri Usman terkejut, ketika belanja di kedai depan, dimana Abang pemilik kedai menyebutkan bahwa Habsyi berhutang rokok 3 batang dan menyebutkan bahwa  Usman yang akan membayarnya.

Padahal rokok untuk sehari-hari sudah di sediakan oleh Usman, dan di titipkan sama istrinya. Dimana teknik pemberian rokoknya adalah per 2 batang. Karena kebiasaan Habsyi meminta uang untuk beli rorok, ketika meminta uang, maka istrinya langsung memberinya 2 batang rokok.

Cerita punya cerita, rupanya Habsyi merasa kurang dengan jatah rokok 2 batang. Padahal rorok 2 batang ini bukannya untuk satu hari, terkadang Habsyi  sampai 5 kali meminta rokok..

Habsyi pernah curhat ke Abangnya, kalau jatah rokok yang di berikan tidak cukup. Dan Habsyi bisa gila kalau tidak merokok. Menindak lanjuti hal ini, Usman pun langsung menjumpai pemilik kedai.

“ Bang, jika Habsyi, Adik saya hutang rokok, jangan di kasih, bilang aja, saya sudah  melarang. Di khawatirkan, jika terus di kasih. Hutang rokok Habsyi bisa tidak terkontrol. minta tolong ya Bang ” ujar Usman.

“ Iya juga ya. Itulah, sebenarnya saya tidak mau kasih, tapi saya segan, karena kitakan ada hubungan saudara. Okelah besok-besok jika Habsyi ke sini mau hutang rokok, akan saya larang ” jawab Abang pemilik kedai mengakhiri pembicaraan.

 Haripun menunjukkan jam 6 sore . Usman sudah berada di rumah. Karena jam kerja Usman dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Terjadi pembicaraan antara Usman dengan Mamaknya di ruang tamu.

“Mak, Habsyi kok belum bangun juga ya ?” tanya Usman ke Mamaknya.

            “ Iya, mungkin pengaruh dari obat yang di minumnya” jawab Mamak Usman.

 “ Gitu ya mak, berarti obatnya bagus. Kita Doa kan  sama-sama Mak, semoga Habsyi mau terus minum obatnya dan seminggu sekali mau berobat  ke Dokter Spesiali jiwas di Rumah Sakit ” tutur Usman.

“ Iya , itu juga harapan Mamak. Mudah-mudahanlah, Habsyi cepat sembuh. Oh ya Nak, Mamak sudah ada 2 minggu di rumah mertuamu. Perasaan Mamak sudah tidak enak. Lain halnya kalau ini rumahmu sendiri. Mamak 2 Hari lagi pulang aja ya. Takut istri dan Mertuamu bosan, lalu marah ke kamu, Apalagi Mamak tidak bisa mengasih apa-apa.  Mamak dan Habsyi cuma makan dan tidur aja di sini. Kasihan juga Bapakmu di kampung tidak ada yang memasakkan, terus kakekmu juga sakit-sakitan ” tutur Mamak Usman semangkin membatin.

“Itulah Mak, Usman sih menginginkan Mamak disini sampai Habsyi sembuh, karena di khawatirkan Habsyi minta pulang jika Mamak tidak disini. Sementara baru satu hari ini Habsyi mulai berobat ke Dokter. Sia-sia lah usaha kita. Begitu Mamak pulang, takutnya setelah itu Habsyi  memaksa minta pulang ” sambung Usman.

“ Mamak juga bingung, tapi mau-nggak mau, Mamak harus pulang. Kita pasrahkan aja kepada Tuhan, apa yang akan terjadi, dan untuk diingat, jangan Usman ingat-ingat lagi tentang rumah kita di kampung yang telah di hancurkan Habsyi, kita ikhlas saja. Mamak akui , bagaimanapun Kondisi Adikmu “Habsyi ,” Mamak tetap  tidak tega untuk mengusirnya dari rumah, tidak tega tidak memberinya makan, tidak tega tidak memberikannya rokok. Yang bisa Mamak lakukan ketika  Habsyi, mengahancurkan rumah, menghancurkan kolam adikmu, menghancurkan dapur, menghancurkan kamar mandi, menghancurkan dapur kakek mu. Lalu  tiba-tiba Sepeda motor yang di bawak nya hancur. Lalu tanpa di sangka, tiba-tiba Habsyi  berkata kotor sama Mamak, tiba-tiba Habsyi mendorang Mamak, tiba-tiba Habsyi menyerang kakek, menyerang Adikmu dan Bapak mu. Tiba-tiba Habsyi melempari rumah orang, Tiba-tiba Habsyi bawa samurai ke Rumah. Yang bisa Mamak lakukan hanya menangis dan berharap, anak Mamak Habsyi sembuh. Biarlah Mamak di bilang bodoh, karena tetap memberikannya rokok, memberikannya makan. Biarlah kalian memarahi Mamak, karena Mamak masih membelanya. Karena kebodohan Mamak tetap sayang kepadanya. Bagaimanapun Habsyi pernah Mamak kandung selama 9 bulan. Dia dulu bayi yang lucu. Dia dulu anak yang ganteng, anak yang lucu, anak yang mau menggembala lembu dan kambing kakeknya. Anak yang dengan rajin mau mencarikan kayu bakar untuk Mamak. Anak yang mau mengambilkan air dengan deregen untuk Mamak. Anak yang selama 2 tahun Mamak susui. Mamak tidak bisa melupakannya semua itu. Mamak yakin semua penyakit ada obatnya. Apalagi penyakit karena Narkoba, pasti Habsyi bisa sembuh. Cuma karena kita miskin, tidak bisa mengobatinya dengan baik. Jika Kita obati di kampung, Rumah Sakit jauh. Jika di obati disini, Rumah Sakit memang dekat, tetapi tidak memungkin Mamak di Aceh lama-lama. Ya udalah Nak, Jika Adikmu Habsyi memaksa minta pulang, setelah Mamak pulang. Kita pasrahkan aja sama yang Maha Kuasa.” tutur Mamak Usman mengenang, sambil mengahapus air mata.

Mendengarkan penjelasan dari Mamaknya, Usman pun tidak sanggup menangan tangis, begitu Mulianya hati seorang Ibu. Padahal selama ini Usman, sangat jengkel kepada Mamaknya, kenapa si Habsyi tetap di biarkan tinggal di kampung, padahal si Habsyi sudah meneror secara lahir dan bathin. Tetapi inilah cinta, kasih sayang seorang Ibu kepada Anaknya.

“Baik lah Mak kalau begitu. Aku mau menelepon Bapak bentar ya, Mamak disini aja dulu dengarkan pembicaraan kami ” kata Usman.

Usman pun mengambil HP, di saku celananya.

“ Hallo Pak, ini Aku Usman. Mamak mau pulang hari rabu  ”

Pak Umarpun menjawab, “ Si Habsyi, bagaimana ?”

“ Habsyi tetap di sini Pak, Mamak aja yang pulang ” jawab Usman.

“ Ingat ya,  Usman. Jangan kamu biarkan Habsyi  pulang kekampung, karena ambisi Habsyi selanjutnya akan menghancurkan rumah kakekmu. Jika Habsyi  tidak mau di obati setelah Mamakmu pulang, Kamu bawa aja Dia kemana gitu, lalu kamu tinggalkan aja di situ, mudah-mudahan Dia tidak pulang, dan bisa mencari nafkah sendiri, Aceh kan luas. Yang perlu di ingat Usman, bahwa  sebelum Dia berangkat ke Aceh, Hasbyi menyerang Bapak dan kakekmu dengan cangkul, karena kami haling-halangi untuk merobohkan rumah kakekmu. Hampir aja Bapak mati, untung langsung Bapak terjang Dia. Jika Bapak terlambat menerjang Dia maka Bapak akan terluka. Kalau kamu biarkan Dia pulang, berarti kamu rela keluarga di sini, terjadi pertumpahan darah ” tutur Pak Umar panjang lebar sambil menelan air ludah.

“ Baik Pak. Usman akan berusaha sekuat tenaga untuk membimbingnya, agar Habsyi mau berobat sampai  sembuh di Aceh, karena Usman juga nggak mau, sedikit-sedikit mendengar khabar, Si Habsyi menghancurkan sesuatu di kampung, lalu Mamak menelepon Usman dengan menangis ” balas Usman.

“Baiklah Usman, itu pesan Bapak kepadamu. Sudah cukup lama kami di terror lahir dan bathin. Sudah dulu ya pembicaraan kita, salam sama keluarga mu . Assalamualaikum ”

“ Wa alaikum salam ” balas Habsyi mengakhiri pembicararan.

“ Mamak sudah dengarkan tadi apa kata Bapak. Sehubungan Mamak tetap ingin pulang, besok Usman belikan tiket ya. Jadi hari rabu Mamak berangkat ” terang Usman.

“Iya lah Nak. Semoga Adikmu betah disini sampai sembuh, Amin.” tutur Mamak Usman.

Keesokan harinya, Usmanpun pergi ke Loket bus, untuk membelikan tiket Mamaknya menuju Medan. Di tiket tertulis, berangkat pada hari rabu jam 10 malam. Setelah membelikan tiket, Usmanpun kembali kerumah.

“ Mak, ini tiket sudah Usman belikan ” tutur Usman.

“ Baik Nak, terima kasih ” balas Mamak Usman.

Waktu berlalu, hari pun berganti. Hari menunjukkan jam 9 malam, hari rabu. Mamak Usman sudah menyiapkan tas yang berisikan pakaian untuk di bawa pulang ke kampung. Usman dan Istri, Mertua perempuan Usman , Adik istri Usman, Uwak Istri Usman, Ibu Yola, Ibu Dewi ngumpul di ruang tamu untuk berbincang-bincang, sehubungan Mamak Habsyi akan pulang.

Sementara Habsyi masih nongkrong di bawa pohon mangga, ngobrol dengan anak perempuan Ibu Dewi.

“ Ibu-ibu dan keluarga besar istri Usman, malam inikan saya berangkat ke Medan, pulang kampung. Bila selama saya tinggal di sini, ada kata-kata, tingkah laku saya, tingkah laku si Habsyi, yang membuat keluarga besar disini merasa sakit hati, kesal, kecewa, Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Apalagi Saya dan Habsyi sudah terlalu lama di sini. Sebenarnya saya merasa malu, berat hati, untuk tinggal lebih dari 3 hari di rumah ini, apalagi saya membawa orang sakit. Tapi saya harus menguatkan hati, menebalkan muka, Demi anak yang pernah saya kandung selama 9 bulan, demi anak yang pernah saya susui selama 2 tahun, demi  amanah Tuhan yang di titipkan kepada saya. Hanya Tuhanlah yang membalas kebaikan Ibu-ibu dan keluarga besar istri Usman” tutur Mamak Usman sambil mengeluarakan air mata.

Mendengar kata-kata perpisahan yang di ungkapkan Mamak Usman, orang yang berada di ruangan tamu baik laki-laki maupun perempuan tanpa di sadari, semua meneteskan air mata. Satu-persatu, Ibu-ibu yang ada di ruangan itu, memeluk Mamak Habsyi. Jampun sudah menunjukkan  21:30. Usman pun memanggil Habsyi untuk masuk kerumah, sehubungan Mamaknya  akan diantar ke terminal. 

“Nak, Mamak pulang dulu, kamu batah-betahkan disini, sampai kamu sembuh, nanti Mamak kirim uang tiap bulan untuk kamu, jadi jangan khwatir kamu kekurang rokok setiap harinya ya ” tutur Mamak Usman ke Habsyi sambil memeluk Habsyi.

“ Oke Mak, tenang aja ” balas Habsyi seakan siap dengan kepulangan Mamaknya.

“ Oh ya Bang. Apa Aku ikut ke terminal ?” tanya Habsyi.

“ Nggak usah, Habsyi tunggu di rumah aja” balas Usman.

Mamak Habsyipun berangkat ke terminal dengan Becak motor milik orang tua laki-laki istri Usman  didampingi oleh Mertua perempuan Usman. Adapun Becak motor  di bawa oleh adik Istri Usman. Sedangkan Usman, anak dan istrinya naik Sepeda motor. Begitu sampai di terminal, Habsyipun langsung melapor ke Loket bus, setelah itu Mamak Habsyi naik ke bus di dampingi Usman.

 Setelah Mamak Habsyi menemukan tempat duduknya, Habsyipun memeluk Mamaknya. Sehubungan sudah waktunya bus berangkat. Supir bus membuyikan klaksonnya, sebagai tanda bus akan berangkat. Usmanpun turun dari bus, lalu kernet menutup pintu bus. Bus mulai bergerak, Mamak Habsyi melambaikan tangan, lalu dibalas dengan lambai tangan oleh keluarga Usman. Setelah itu Keluarga Usmanpun kembali ke rumah. Di ruang tamu masih kelihatan Habsyi lagi menonton TV. Melihat Usman sudah kembali, Habsyipun langsung bertanya kepada Usman.

“ Sudah berangkat Mamak Bang ”

“ Sudah ” jawab Usman.

“ Aku minta uanglah Bang, mau beli rokok.” pinta Habsyi.

Usmanpun memberikan uang Rp 3.000,-

“ Setelah beli rokok, Habsyi langsung pulang, jangan keman-mana lagi ” tutur Usman.

“ Oke Bang ” jawab Habsyi santai.

Setelah beli rokok, Habsyipun langsung masuk ke rumah Uwak. Setelah memastikan Habsyi masuk ke rumah Uwak, Usman pun menutup pintu rumahnya dan masuk kedalam kamar untuk istirahat.

Malampun berganti pagi. Usman pergi kerja seperti biasa. Habsyi memulai bangun pagi di Aceh tanpa ada pelayanan dari Bu Umar. Biasanya begitu bangun langsung teriak “Mak, minta rokok, Mak makan, Mak ambilkan handuk”

Semenjak kepulangan Bu Umar. Pelayanan yang di berikan keluarga istri Usman kepada Habsyi hanya sekedar saja. Dimana jika Habsyi mau rokok, tinggal minta ke istri Usman. Jika Habsyi mau makan, tinggal mengambil di dapur.

Pada siang hari, Usman pulang untuk istirahat dan memastikan Habsyi minum obat. Hari pertama Habsyi di tinggalkan Bu Umar, Habsyi bersikap biasa saja, tidak ada tanda –tanda minta pulang.

Masuk hari kedua, Habsyi menjumpai Abangnya yang akan berangkat kerja.

“ Bang. Aku pulang ajalah ke kampung !” ucap Habsyi.

“ Apa kata Kau Habsyi. Kau kan harus terus minum obat. Lalu seminggu sekali harus kontrol ke Rumah sakit. Katanya Kau mau sembuh. Kok malah mau pulang. Di kampung mau jadi apa Kau. Siapa yang memperhatikan Kau untuk minum obat. Siapa yang bisa membawa Kau ke Rumah sakit” tutur Usman terbawa emosi.

“ Aku sudah sembuh. Pokoknya Aku mau pulang” jawab Habsyi dengan cepat.

“ Abang belum ada uang. Tunggu Abang ada uanglah, baru Kau pulang” ucap Usman.

“ Mau ada, nggak ada uang. Pokoknya nanti malam antar Aku ke SPBU ( station pengisian bahan bakar umum ). Kau kasih uang Rp. 20.000,- pun nggak masalah. Pokoknya Aku mau pulang ! ” balas Habsyi ketus.

Mendengar hal ini, Usmanpun semangkin membathin. Lalu Usman berkata, “ Ya udalah, Abang pergi kerja dulu ”

Terlintas dalam pemikiran Usman selama dalam perjalanan ke kantor.

“ Mungkin ini yang di katakan suratan Takdir. Padahal keluarga besar kami, berharap Habsyi segera sembuh. Berbagai pengobatan telah dilakukan. Baru kali ini, Habsyi di obati secara medis oleh Dokter Spesialis kejiwaan. Jika usaha ini gagal, dan Habsyi tetap ngotot ingin pulang. Maka, kemungkinan seumur hidup Habsyi akan menjadi Monster bagi keluarga besar kami. Jika sampai nanti malam, masih kuat keinginan Habsyi untuk pulang. Maka suka, tidak suka. Aku akan mengantarkannya ke SPBU. Mau Aku lihat aja, apa betul dengan uang Rp. 20.000,- yang Ku kasih nantinya, Habsyi bisa tiba di kampung ”

Haripun menunjukkan jam 5 sore. Usman pulang dari kantornya. Terlihat Habsyi sudah rapi, memakai celana panjang dan sepatu, mondar-mandir di sekitar rumah. Tas Habsyi juga terlihat di ruang tamu. Rupanya niat Habsyi pulang kampung benar-benar kuat.

“ Mau kemana Habsyi ? “ Usman pura-pura bertanya.

“ Ya pulang lah. Kok malah tanya, memang Kau pikir, Aku main – main apa ? “ jawab Habsyi semangkin ketus.

Setelah berbicara dengan Usman, Habsyi keluar dari rumah untuk pamit dengan Ibu-ibu sekitar rumah yang telah mengenal Habsyi. Habsyipun terlihat menyalami Ibu-Ibu sekitar rumah dan terlihat ada yang memberi Habsyi uang.

Setelah selesai Magrib, Habsyi mengetuk pintu kamar Usman.

“ Bang, cepatlah keluar, antar Aku SPBU” ujar Habsyi.

“ Nggak mau Aku, ngantar Kau. Kalau mau pergi, pergilah !” ujar Usman emosi.

“Oke, Kau pikir Aku bodoh. Aku bisa naik becak ke SPBU. Kasilah Aku uang Rp.20.000,-“  tutur Habsyi meneguhkan pendiriannya.

“ Ini uangnya” tegas Usman.

Setelah menerima uang Rp. 20.000,- , Habsyi langsung pergi. Tanpa sepengetahuan Habsyi, Usman mengikuti dari belakang. Begitu didepan gang, terlihat Habsyi menyetop Becak motor. Usmanpun mengikuti Becak motor itu. Dan benar arah Becak motor itu ke SPBU Cunda Lhokseumawe. Setelah Habsyi sampai di SPBU, Usmanpun kembali ke rumah.

“ Mana mungkin, Habsyi bisa pulang dengan uang alah-kadarnya. Besok pagi akan Ku check ke SPBU. Jika Habsyi tidak ada , berarti benar, Habsyi nekat pulang kampung dengan menumpang Truk-Truk yang singgah di SPBU”guman Usman dalam hati selama dalam perjalanan ke rumah.

Besok paginya, Usman sambil pergi kerja, mutar ke SPBU Cunda Lhokseumawe. Di periksanya kamar mandi dan Musollah. Di luar dugaan, Habsyi sudah tidak ada di sekitaran SPBU.

Usmanpun langsung menelepon Mamaknya, memberitahu bahwa Habsyi dalam perjalanan pulang ke kampung dengan Truk.



Satu hari setelah itu, terdengar khabar, Habsyi sudah sampai di kampung. Beberapa bulan Habsyi di kampung, belum terdengar khabar Hasbyi merusak atau meresahkan orang tuanya. Ber-iringan dengan itu, Usman mengirim obat Habsyi yang tertinggal di Lhokseumawe. Usman menyarankan kepada Mamaknya agar di paksa Hasbyi untuk meminum obat. Dalam kondisi Habsyi rutin meminum obat, kehidupan keluarga Pak Umar Saragih, aman dan tenang.


Ternyata ketenangan yang di rasakan keluarga Pak Umar Saragih, tidak selamanya. Pada tanggal 15 Januari 2018, Pak Umar menelepon Usman, menyatakan bahwa Habsyi baru merusak pagar tetangga.

Penghancuran pagar tetangga di lakukan di malam hari, dimana semua orang lagi tertidur, paginya tetangga Pak Umar teriak-teriak melihat pagar yang baru di buat telah hancur. Habsyi mulai menunjukan sifat Monsternya setelah obat dari Dokter Spesialis habis.

Baru kali ini orang kampung rame-rame untuk melihat dan menanggapi  yang di hancurkan Habsyi, banyak orang kampung berkumpul di sekitar kediaman keluarga Pak Umar. Orang kampung merespon kejadian ini karena yang di hancurkan milik orang lain, ketika Habsyi mengahancurkan rumah Pak Umar sampai rata menjadi tanah, lalu pada bulan Juli 2017 Habsyi menghancurkan teras rumah kakeknya, seakan-akan warga kampung tidak perduli dan tidak mau ambil pusing, ketika barang orang lain di hancurkan baru mereka perduli dengan tetangga itu.




 Pada kejadian itu, salah seorang Polisi menelepon Usman.

“Hallo Usman, ini Bapak, ada yang mau ngomong sama Usman ”  tutur Pak Umar.

“Siapa yang mau ngomong Pak ?” tanya Usman penasaran.

“Polisi, disini sudah rame orang, gara-gara Adikmu menghancurkan pagar tetangga, adapun Polisi yang sekarang, cepat merespon laporan masyarakat, khabarnya aparat Polisi sebelumnya pada di mutasi ” tutur Pak Umar.

Si Usmanpun bertanya, “ Loh kenapa baru kali ini Habsyi merusak barang orang ya  Pak ? ”

“ Bapak pun kaget, karena selama ini Habsyi tidak pernah merusak barang orang lain, tetapi setelah di tanya kepada Habsyi, alasan Dia membongkar karena di dalam tanah itu masih ada bekas batu-batu pondasi rumah , yang Dia bangun dulu ” terang Pak Umar.

“Gitu alasannya, baiklah Pak, mana Pak Polisinya ” sambung Usman.

“Hallo Bang, saya mau tanya, apa ada  surat keterangan dari Dokter yang menyatakan Habsyi Gila ?” tanya Pak Polisi.

“Sewaktu Habsyi di Lhokseumawe Mei 2016, Saya bawa Dia ke Dokter Speialis Jiwa, dan di nyatakan bahwa penyakit Habsyi  karena Narkoba, dan belum bisa di nyatakan gila ” ungkap Usman.

“ Terus, kanapa tidak di obati sampai sembuh Bang ?” tanya Pak Polisi.

“ Keinginan saya cukup kuat untuk mengobati Adik saya. Saya takut, Habsyi di kampung selain merusak rumah dan bangunan di sekitarnya, Dia akan membunuh orang tua saya, karena halusinasinya cukup tinggi. Untuk Bapak ketahui, Mamak saya pernah di ancam mau di gonikan, karena melarang apa yang Dia lakukan. Setelah pengobatan berjalan, dan Habsyi sudah mulai rutin minum obat, yang terjadi lain lagi Pak ” terang Usman, lirih.

“Yang terjadi lain lagi,maksudnya apa Bang ” Pak Polisi bertanya penasaran.

“Si Habsyi berontak minta pulang kekampung, ambisinya tetap mau menghancurkan. Belum puas Dia, sebelum menghancurkan apa yang ada di pikirannya. Lalu Dia pun nekat pulang dengan Truk dari Aceh ke Medan. Tiba-tiba besoknya sudah terdengar khabar , Habsyi sudah sampai kampung. Kalau gila, Dia tidak bakalan sampai kampung Pak. Dan terkadang ada Doa yang tidak pantas terucap oleh kami keluarganya. Diman Dia pernah kami Doa kan kesasar, tetapi tetap aja Dia sampai  ke kampung Pak ” tutur Habsyi mengenang.

“ Terus Bang ” sambung Pak Polisi penasaran.

“ Kalau Bapak tanya surat keterangan gila, tidak ada Pak, yang ada sama saya sekarang, resep dari Dokter, resep ini sengaja saya simpan ” sambung Usman.

“Oke-lah Bang kalau begitu, terima kasih keterangannya ” balas Pak Polisi.

“Iya Pak, sama-sama. Saya harap Aparat Kepolisian yang sekarang bisa membantu keluarga saya di kampung karena Habsyi takutnya cuma sama Polisi. Kalau sama kami, Dia tidak ada rasa takut lagi. Pikiran rasionalnya sudah hilang, sudah seperti Monster Dia Pak. Tolonglah keluarga saya di kampung ” Usmanpun menutup telepon sambil menarik nafas panjang.

Usman sedikit kecewa, kenapa baru sekarang mereka perduli. Kenapa tidak dari dulu.

Sebagaimana Usman ketahui bahwa Aparat Desa berfungsi membuat peraturan, menjaga, melakukan pembinaan serta menjalankan Desa supaya kehidupan warganya menjadi teratur dan tertib.

Ketika Habsyi mau di bawa ke Rumah sakit jiwa, lalu keluarga Pak Umar sudah berusaha berteriak di kampung itu, lalu keluarga Pak Umar juga sudah berkali-kali mengadu, memohon, menangis, meratap kepada Aparat Desa. Minta tolong di bantu membawa Habsyi  ke Rumah sakit jiwa Tuntungan Medan dengan Mobil Pukesmas atau dengan Mobil orang kampung. Ironisnya ada tanggapan yang menusuk hati.

“ Mobil itukan perlu minyak, supir perlu makan dan rokok. Terus, jika Habsyi mengamuk, dan Mobil di rusaknya. Siapa yang ganti ???”

Ketika keluarga Pak Umar minta tolong memasung Habsyi, tanggapan dari warga dan Aparat, takut di salahakan  “ Melanggar HAM ??? ”

Keluaraga Pak Umar di kampung tidak sanggup untuk memasung Habsyi tanpa bantuan dari orang lain,“ Bayangkan aja dalam hitungan jam, Kolam Ikan adiknya, hancur di buat Habsyi ”. Keluaga Pak Umar berpikir, jika Habsyi di Pasung setelah pulang dari Aceh, maka akan mudah untuk mengobati Habsyi dan untuk menghindari kerusakan yang lebih banyak lagi.

Pada waktu itu, Keluarga Pak Umar melapor ke kantor Polisi, minta tolong di penjarakan Habsyi, karena telah merusak rumah Mamak dan kakeknya. Polisi tidak bersedia, karena katanya Polisi tidak bisa menahan orang yang terindikasi ganguan jiwa. Padahal belum di Check kebenaran oleh Aparat, apakah Habsyi benar-benar terindikasi Gila.

 Menurut Usman, apakah bisa di katakana Habsyi gila, jika di ajak bicara nyambung. Apakah bisa di katakana Habsyi gila, ketika Ia berangkat ke Jakarta dari Padang, beberapa hari kemudian bisa kembali lagi ke kampungnya dengan meminta keterangan “anak terlantar” supaya bisa naik Bus gratis.

Apakah bisa di katakana Habsyi gila, dengan uang pas-pasan Habsyi bisa pulang dari Lhokseumawe Aceh ke Medan. Dengan uang pas-pasan, Habsyi pergi ke terminal pengisian BBM, lalu Ia meminta tolong kepada Sopir Truk, agar Habsyi di beri tumpangan.

Apakah bisa di katakan Habsyi gila, dimana Dia mengerti  ketika Polisi  mengancam akan menembaknya, jika kembali kekampung. Polisi mengancam karena Habsyi baru mengancurkan teras rumah kakeknya.

Setelah Habsyi berhasil menghancurkan teras rumah kakeknya. Maka hasil dari  musyawarah Aparat Desa. Habsyi di suruh bertempat tinggal didekat kantor Kepala Desa, agar tidak mengganggu kehidupan keluarga Pak Umar saragih.

Namun cukup di sayangkan, pada malam hari Habsyi tetap pulang ke kampung, dengan alasan minta makan. Setelah makan,  Habsyipun mulai bereaksi, tetap mencangkul –cangkul tanah disekitaran rumah. Keluarga Pak Umar, juga tidak bisa berbuat banyak untuk melarang Habsyi. Akhirnya berujung pada penghancuran pagar tetangga.

Dari berbagai informasi yang Usman peroleh baik itu dari Media elektronik,maupun media cetak bahwa dampak buruk Narkoba yaitu :

1.      Hilangnya berpikir logis.

2.      Hilangnya rasa takut.

3.      Banyak bicara.

4.      Agresif.

5.      Susah di sembuhkan.

6.      Mempengaruhi cara kerja system saraf pusat dan system saraf tepi otak.

Pernah juga Usman melihat, daging segar yang di siram dengan salah satu jenis Narkoba, daging tersebut seperti “meleleh” akibat racun yang terkandang didalam Narkoba. Lalu Usman juga pernah mendengar bahwa bahan sabu, demi mengejar keuntungan lebih, Si Produsen menggunakan “ pupuk urea” sebagai bahan tambahannya.

 Dan Usman juga pernah mendengar di Televisi,  ada 2 kemungkinan yang akan terjadi pada pecandu Narkoba “ Sembuh atau Gila”.

Namun generasi sekarang ada yang mengangap Narkoba sejenis suplemen kesehatan yang bisa membuatnya sehat, tidak mudah capek, rajin bekerja,  bisa membuatnya tenang dari Stress, mudah bergaul dan banyak relasi. Mereka mengkosumsi Narkoba seperti minum susu atau jamu.

Usman dan keluarganya pernah berpikir, “lebih baik Habsyi Gila”, jelas tindakan apa yang akan diambil, dari pada Habsyi seperti “Monster”. Jika Habsyi di bunuh atau di butakan matanya, atau di racun atau di buang di tengah hutan di Aceh oleh keluarganya, yang di takutkan oleh Usman dan keluarganya, akan ada penyesalan nantinya,  yang akan terus menghantui keluarga Bapak Umar Saragih seumur hidup.

Dalam kebingungan ini, timbul beberapa pertanyaan yang sampai hari ini belum di temukan jawabannya oleh Usman. “Siapa yang harus di salahkan ???. Akibat Narkoba, Habsyi berubah menjadi Monster ”

1.      Apakah Produsen Narkoba ?, Apakah Pengedar Narkoba ?, Apakah Ketua RT ?, Apakah Ketua RW ?, Apakah Kepala Desa ?, Apakah Camat ?, Apakah Kepolisian Setempat ?, Apakah BNN ?, Apakah Bupati ?, Apakah Walikota ?, Apakah Gubernur ?, Apakah Menteri ?, Apakah Presiden ? .

2.      Apakah Orang tua Habsyi yang di salahkan karena tetap sayang sama Anaknya walau anaknya telah menjadi “Monster”. Dimana kerjaanya hanya merusak lalu membangunnya lagi, lalu merusak lagi.

3.      Apakah Orang tua Habsyi yang di salahkan, karena siap di caci-maki, di hina, di gosipi, karena tetap memelihara anaknya “Habsyi ”.

4.      Apakah Orang tua Habsyi yang di salahkan karena tidak mengusir Habsyi, ketika Ia datang lagi setiap malam, untuk minta makan. Dikarenakan selama Habsyi tinggal di samping kantor Kepala Desa, Ia selalu datang untuk meminta makan, setelah itu, bukannya langsung pulang, tetapi masih aja melakukan kegiatan yang tidak masuk akal di sekitaran tanah yang di miliki Keluarga Bu Umar.

Setelah Habsyi tinggal di samping kantor Kepala Desa, sebenarnya bisa di jadikan alasan Keluarga Pak Umar untuk mengusir Habsyi, tetapi karena rasa kasih sayang seorang Ibu dan Bapak, hal itu tidak di lakukan oleh mereka.

Dikampung Usman, perihal peredaran Narkoba cukup mengkhwatirkan, seperti ada, Dekingan yang men-support. Sehingga Bandar Narkoba dengan leluasa mengedarkannya.

Pernah terdengar oleh Usman melalui Mamaknya, ada seorang cucu yang memukuli Neneknya, karena minta Uang tidak di beri.Lalu anak tersebut terlihat sakau, ketika dibawa kekamar mandi dan di siram lalu di rendam dengan air, baru kelihatan normal anak itu. Ada juga Anak yang bawaannya emosi aja, dimana barang-barang Keluarganya habis di banting.

Menurut Usman, kampungnya sudah Darurat Narkoba. DibutuhkanSosok Pemimpin yang perduli sama Masyarakat. Pemimpin yang Amanah, Pemimpin yang mengetahui keadaan Masyakakatnya, Pemimpin yang tau, apa yang harus dilakukan untuk Masyarakatnya yang butuh bantuan. Pemimpin yang berani, Pemimpin yang kreatif, Pemimpin yang tidak mau di tutup mulutnya karena Uang, Sehingga peredaran Narkoba tidak terus merajalela.

Dibutuhkan sosok pemimpin seperti ini, sehingga anak-anak Bangsa yang telah berubah “menjadi Monster karena Narkoba, dapat segera di ambil tindakan nyata. Agar tidak melakukan kerusakan yang merugikan keluarganya dan Masyarakat Sekitar.

Menurut Usman, di butuhkan sejenis papan informasi di setiap sudut kampung yang terbuat dari besi atau alumunium. Dimana di papan informasi itu di sebutkan nomor telepon BNN atau Aparat Kepolisian setempat yang bertuliskan “ Segera laporkan melalui SMS ke nomor HP atau Wa, jika terdapat kegiatan yang meresakan Masyarakat khususnya Narkoba”.

 Setelah mendapat laporan, Aparat segera menindak lanjuti dalam waktu 1 x 24 Jam. Sehingga Masyarakat merasa terlindungi.

Terkadang terlintas dalam pikiran Usman, “kenapa bisa berton-ton Narkoba Masuk ke Indonesia ?. Tidak sanggupkan Negara kita Indonesia, mempersiapkan anggaran untuk mengatasi Darurat Narkoba ?. Sehingga Aparat kita bisa bekerja secara maksimal dan sepenuh hati menjaga pesisir pantai Indonesia dari Sabang Sampai Merauke.”

Dan terlintas dalam pikiran Usman,“ Apa betul, Negara asal barang haram tersebut “Narkoba”, tidak mengetahui bahwa Negaranya menjadi Produsen Berton-ton Narkoba ?”

Jika Negara asal, barang haram tersebut, mengetahui lalu membiarkan barang haram tersebut masuk ke Indonesia untuk merubah anak-anak bangsa menjadi “Monster”, tidak ada rasa takut dan tidak dapat berpikir normal.

Memang salah apakah, anak-anak Bangsa Indonesia ?, Padahal bangsa Indonesia dalam sejarahnya tidak pernah menindas,menjajah,membantai Bangsa lain di Dunia !.

Pada tahun 2018 inilah komunikasi antara Aparat Polisi dan Kepala Desa cukup baik untuk membantu keluarga Pak Umar Saragih, di karenakan kepala Polsek setempat baru diganti. Ketika terjadi keributan di kampung , Habsyi menghancurkan pagar tetangga, Habsyi di penjara. Ketika Habsyi di jenguk oleh Mamaknya, maka salah satu Polisi bertanya ,

“Kapan Habsyi di bawa pulang Bu , sudah tiga hari dia disini ?”

“Biar kan ajalah Pak , Habsyi sementara di sini ” ujar Bu Umar.

“Jangan begitulah Bu, bawa aja Dia pulang, Karena Dia cerita ke kami ada yang menyuruhnya bunuh diri.  Kalau Dia bunuh diri benaran, kan jadi repot Bu.” Ungkap Pak Polisi.

Setelah mendengar keluahan dari Aparat Kepolisian, Habsyi pun di keluarkan dari penjara, dan terdengar Habsyi masih tinggal di sekitaran kantor Kepala Desa.

Lalu tetangga yang dihancurkan pagarnya, mencoba menelepon Usman, tetapi tidak berhasil, lalu tetangga tersebut  mengirim SMS yang berbunyi, “ Tolong bawa keluarga dikampung semuanya, keluarlah dari  kampung, karena kami tidak bisa tidur dan tidak nyaman jadinya kami disini ”

Keluarga Usmanpun mengerti dengan perasaan tetangganya, dan sudah mengumumkan akan menjual tanah dan rumah seharga Rp.150.000.000,- baik secara orang perorang maupun melalui media sosial.

 Adapun isi iklannya “ Di jual cepat rumah (3 kamar ) dan tanah dengan ukuran panjang 17M, lebar 14M. Lokasi di dekat Wisata Batu Nongol Kecamatan: Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Tebing Tinggi Sumut, Seharaga Rp. 150.000.000,-. Namun sampai Bulan Mei 2018, rumah tersebut belum ter jual. Adapun tetangga Bu Umar, menawar harga Rumah dan tanah Rp. 50.000.000,- Terkesan mau mengambil untung lebih, karena peminat tanah di kampung Ladangan ini cukup banyak,  khususnya  Pensiunan dari perkebunanan .

Begitulah Faktanya yang dialami keluarga Umar Saragih sampai Bulan Juni 2018 . Belum tau kapan cerita ini akan berakhir, dimana keluarga Pak Umar Saragih bisa menjalani kehidupan dengan normal tanpa ada rasa takut yang membayangi selama 24 jam setiap harinya. Habsyi seperti bom waktu, yang tanpa di duga-duga akan meledak dengan sendirinya.

Jika tanah warisan yang seharusnya menjadi milik Pak Umar, di serahkan dengan penuh Ikhlas, tanpa ada niat untuk memiliki, tanpa ada niat membuat Pak Umar lupa dengan tanah yang di miliki. Mungkin kejadiannya ini, tidak akan terjadi. Untuk mengganti Pagar tetangga sebesar Rp. 700.000,- Bu Umar meminta waktu sampai Habis lebaran di tahun 2018.

Keluarga Pak Umar saragih mempunyai Ladang dengan luas 1 hektar, warisan dari Mamaknya Pak Umar atau sering di panggil Opung Oleh anak-anak Pak Umar. Letak Ladang ini di kemiringan. Ladang ini pun , di biarkan menjadi semak belukar, sebagai bentuk protes Pak Umar, terhadap Mamak dan Abangnya.

Pak Umar kesal, kenapa bagiannya diberi di daerah yang tidak menguntungkan untuk bercocok tanam. Dengan kondisi tanah yang miring seperti jurang, tentunya akan sulit orang untuk beraktifitas di Ladang tersebut, baik untuk menanam atau  memanen yang di tanam.

Pengakuan Pak Umar ke Istri dan anak-anaknya, bahwa tanahnya cukup banyak di kampung kelahirannya, yaitu di kampung bangun jawa. Dimana jarak dari kampung Ladangan ke kampung bangun jawa menghabiskan waktu 15 menit dengan Sepeda Motor dan harus melalui sungai. Untuk melalui sungai ini, harus menggunakan rakit yang terbuat dari bambu.

 Anak dari Opungnya Habsyi hanya 2 orang. Adapun Pak Umar semenjak tamat SMP, tidak berminat untuk menjadi Petani. Pak umar lebih suka merantau, mencari pekerjaan di daerah lain. Pak Umar pun, mulai bekerja pada sebuah bengkel Sepeda Motor. Maka tanah yang menjadi hak miliknya di percayakan kepada Abangnya untuk mengelolahnya.

 Sebelum Pak Umar tamat SMP, Pak Umar dan Abangnya secara bersama-sama menanam pohon karet, pohon durian dan rambutan. Lalu mereka merawatnya dengan memupuk dan menyiramnya. Adapun air yang di gunakan untuk merawat tanaman, di ambil dari sungai dengan berjalan kaki.  Seiring waktu berjalan di perantauan , Pak Umar pun ketemu dengan belahan jiwanya. Namun sayang, belahan jiwanya bersuku Jawa, sedangkan pak Umar bersuku Batak Simalungun.

 Perbedaan suku inilah yang membuat pernikahannya kurang di restui . Setelah Usia pernikahan Pak Umar 8 tahun, dan anak pertama Pak Umar sudah kelas 2 SD. Pohon-pohon durian dan rambutan mulai berbuah , dan buahnya sangat lebat. Seminggu sekali, Pak Umar dan keluarganya pergi ke kampung untuk menikmati buah durian dan rambutan. Begitu waktunya pulang , Abangnya Pak Umar , mempersiapkan satu Karung Beras berisi rambutan dan Satu lagi berisi durian untuk di bawa pulang.

Abangnya Pak Umar yang giat dalam memanen rambutan. Malam harinya , menunggui buah durian yang jatuh. Buah rambutan dan durian sebagian di jual ke orang lain. Yang menjual, Istrinya Abang Pak Umar dan Opungnya Habsyi. Uang hasil jualan, di bagi sedikit ke Pak Umar. Begitu harmonisnya hubungan mereka sewaktu anak-anak mereka belum tamat SMP.

Pada waktu itu Pak Umar tidak mau ambil pusing, perihal tanah warisan. Semua di serahkan kepada Abangnya, yang penting begitu buah-buahan berbuah, keluarga Pak Umar mendapat bagian.

Ada tradisi kebersamaan yang di lakukan Opungnya Habsyi. Tradisi tersebut yaitu dengan memotongkan ayam,setelah Cucunya menerima Rapor (Nilai) dari sekolah . Dimana masing-masing cucu  akan mendapatkan 1 ayam yang telah di potong dan di masak.Untuk di ketahui, Orang tua Pak umar, hanya tinggal satu. Dimana Ayah Pak Umar sudah meninggal dunia semenjak Pak Umar masih dalam kandungan.

Jumlah Cucu dari Mamaknya Pak Umar , “ Sembilan”.  Lima  orang dari Abangnya Pak Umar dan empat orang dari Pak Umar sendiri. Sebelum anak-anak mereka tamat SMP, terlihat hubungan kakak- beradik ini, cukup harmonis. Mereka saling, kunjung mengunjungi untuk bersilaturahmi. Ketika anak-anak mereka mulai ada yang tamat SMP, maka terlihatlah kerenggangan antara mereka.

Puncaknya ketika anak pertama Pak Umar yaitu Usman tamat SMP. Dimana Usman di tawari untuk sekolah di Padang Oleh Pakleknya. Paklek disini merupakan adik dari Istrinya Pak Umar. Pakleknya Usman ada tiga orang di Padang, ketiganya bekerja di Airport sebagai karyawan biasa.

“ Usman, kamu Mau sekolah Pelayaran di Padang ?, Seragam sekolah seperti Angkatan Laut. Jika sudah tamat kamu bisa menjadi Pelaut, Membawa Kapal Barang atau Kapal Penumpang. Pelaut itu gajinya besar loh, kamu bisa membeli apa yang kamu mau, Kamu bisa menyekolahkan adik-adikmu ke Universitas yang mereka sukai. Kamu bisa membangun rumah bagus untuk kamu dan orang tuamu, kamu bisa membuka usaha bengkel untuk Bapakmu, Kamu bisa meng-umrohkan dan meng-hajikan orang tuamu. Kamu bisa membantu orang yang memerlukan.. Pokoknya , semua bisa, asal kau punya Uang. Salah satu caranya, dengan menjadi pelaut. Kamu masih muda,setiap peristiwa yang kamu jalani, harus bisa mendatangkan pelajaran ”. Penjelasan dari salah satu Paklek Usman pada tahun 1998, memotivasi Usman untuk menjadi Orang kaya yang berkah.

Usman menganguk, Dia berusaha mengerti apa yang di sampaikan Pakleknya.

Sejujurnya, Usman lebih mengharapakan tidak bersekolah di Padang. Usman terlalu mencintai kedekatan dengan keluarga, dan bagi Usman, itu keindahan yang tak bisa diukur dengan uang.

Tetapi dengan keadaan yang selama ini di jalani bersama orang tuanya, dimana untuk membeli sepatu yang telah sobek , mengganti seragam sekolah yang sudah tidak layak pakai  tidak bisa.

Untuk itu, Usman berusaha berpikir positif dan menyakinkan diri sendiri walau sebetulnya hatinya gemetar dan galau luar biasa. Guyuran cerita Pakleknya Usman, seperti mimpi yang akan terwujud dalam 3 tahun kedepan. Klop sekali dengan gairah yang ada di kepala Usman, untuk membantu perekonomian orang tuanya.

“Biaya sekolahnya pasti mahal, apalagi sekolah swasta, dari mana uang kami ? Tau sendiri, gaji Pak Umar  Pas-Pasan, untuk makan aja cukup, sudah syukur. ” sambung Mamak Habsyi singkat .

 Perasaan Mamak Habsyi benar-benar getir saat mengucapkan ini.

“Untuk makan, tempat tinggal, dan uang SPP bulanan, jangan Khwatir Kak. Kami yang menanggungnya sampai tamat. Kakak dan Abang, persiapkan aja, uang pendaftaran sekolah Usman, lebih kurang sebesar 1 juta. Dari uang pendaftaran itu, sudah dapat seragam. Setelah itu Kakak dan Abang, persiapakan aja dana lebih kurang 5 juta untuk menyelesaikan Sekolah Usman di pelayaran , karena harus ujian Negara di Jakarta. Uang 5 juta ini di perlukan untuk 3 tahun kedepan,”  ujar  Paklek Usman.

“Iya Kak, cukup disayangkan , jika Usman cuma sekolah menengah atas, apalagi , Dia selalu mendapat juara di sekolahnya,” ungkap Paklek Usman, menyakinkan.

“Baiklah kalau begitu, nanti malam kakak bicarakan sama Abangmu, apa tanggapannya.” sambung Mamak Usman.

Haripun menunjukkan jam 17: 30 WIB, terlihat Pak Umar baru pulang dari bengkel.. Biasanya pak umar begitu sampai rumah, langsung pergi ke sungai untuk mandi.

Setelah Pak Umar selesai mandi, sholat dan makan. Mamak Habsyi pun mulai bercerita .

“ Bang, tadi siang, Paklek-Pakleknya Usman, menyarankan Usman sekolah di Padang, berhubung 3 bulan lagi Usman tamat dari SMP. Sekolah Pelayaran Padang, namanya. Untuk biaya pendaftarannya di butuhkan uang 1 juta. Setelah 3 tahun Sekolah , Usman Harus mengikuti Ujian Negara di Jakarta dan di butuhkan Uang sekitar 5 Juta. Bagaimana menurut Abang ?

Si Pak Umar pun menjawab, “ Itu nggak masalah, Abangkan ada tanah warisan dari almarhum Bapak di kampung. Nanti tanah itu aja yang kita jual. Untuk penjualan tanah kita minta tolong, Mamak dan Abang di Kampung.”

“Apa nggak sebaiknya kita aja yang menjualnya, jadi jelas berapa yang kita dapat ? ” saran Mamak Usman.

Si Pak Umar pun menyakinkan dengan berkata, “ Tenang aja, ngapai kita repot-repot , serahkan aja sama mereka, percayakan aja, toh merekakan, saudara kita.”

“ Baiklah kalo begitu Bang, mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancer. Ingat Bang mental anak kita yang kita pertaruhkan disini. Menurut saya Bang, sehubungan kita memang tidak ada tabungan, lebih baik Usman, sekolahkan aja di SMA.”  tutur Mamak Habsyi dengan nada prihatin.

“ Tenang aja, untuk apa, tanah di kampung luas, tapi tidak di manfaatkan untuk kesuksesan anak.”  jawab Pak Umar, dengan wajah menyiratkan keseriusan.

Keesokkan Harinya, Pak Umar, pergi ke kampung , berdua bersama Usman untuk membicarakan rancana penjualan tanah.

Dalam hal tanah, Pak Umar tidak pernah terbuka kepada istrinya, berapa luas tanah yang di miliki, surat-surat tanahnya siapa  yang menyimpan.  Dan kebetulan  Istri Pak Umar juga tidak pernah  ada rasa ingin memiliki tanah warisan Pak Umar. Terpikir pun tidak pernah oleh istri Pak Umar, agar surat-surat tanah yang dimiliki Pak Umar di simpan di rumah.

Sepengetahuan Bu Umar, tanah yang dimikili keluarga Pak Umar banyak dan luas. Ada yang ditananami pohon Karet, pohon sawit, pohon durian, pohon rambutan, pohon jagung dan sebagainya. Dalam pemikiran Bu Umar, Semua tanah yang ada, di bagi dua kepemilikannya. Hanya untuk sementara ini, tanah-tanah itu di percayakan pengelolaanya ke Abangnya Pak Umar.

  Sehubungan anak Opungnya Usman, cuma dua. Maka pengurusan ladang, baik penanaman, pemupukan, penyiraman selama ini di kerjakan secara bersama-sama sampai Pak Umar memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk merantau. Sekarang tumbuh-tumbuhan itu telah tumbuh besar dan bisa di ambil manfaatnya, baik untuk di makan maupun untuk di jual. 

Memang kelihatan Abangnya Pak Umar cukup rajin dalam mengelolah tanah di kampung, di bantu oleh istri dan Opung perempuannya Usman. Sekitar Jam 08 Pagi, Abangnya Pak Umar dan istrinya menderes karet, siangnya melepas kambing-kambing yang di miliki agar bisa mencari makan sendiri, setelah itu mereka memupuk tanaman. Usman pun mendapat kambing dari Opungnya, dan Opungnya bersedia merawat kambing itu sampai besar. Setelah kambing itu besar, terserah Usman, mau di apakan kambing itu. 

“Mak, mana Abang dan kakak ? ” tanya Pak Umar ke Mamaknya.

“Mereka masih di Ladang, Sebentar lagi juga pulang.” jawab Mamak Pak Umar dengan suara lembutnya.

Tidak berapa lama menunggu, kelihatan Abang Pak Umar dan Istrinya pulang dari Ladang.

“ Eh, Kau Mar, ada apa ? , tumben hari senin begini Kau datang kesini .” sambut Abangnya Pak Umar.

“Begini Bang, Usman mau sekolah ke Padang, butuh dana, jadi Aku minta tolong , jualkan saja tanahku.” tutur Pak Umar.

“ Memangnya kapan Usman berangkat ke Padang ? ” tanya Abangnya, memastikan.

“ Sekitar satu bulan lagi .” jawab Pak Umar tanpa beban

“ Bagaimana menurut Mamak ?”  sambung, Abangnya Pak Umar.

“Mamak ,sangat setuju, yang penting , Cucu Opung bisa belajar di sekolah yang terbaik. Kitakan sama-sama tau, Usman , anaknya cerdas, selalu dapat juara di sekolah. Ngomong-Ngomong, apa nama sekolahnya ? ” tutur Opungnya Usman memberi semangat.

“ Nama sekolahnya, SPM (Sekolah menengah pelayaran) Padang Opung. Info dari Paklek, seragam sekolahnya seperti Angkatan Laut, lalu di sekolah itu kita di ajarkan kedisiplinan seperti militer. Tamat dari situ, Usman bisa jadi Pelaut , gajinya Dollar.” Usman berusaha menjawab dengan positif dan menguatkan hati.

“Wah, hebat Usman nanti, bisa berlayar keliling Dunia. Uangmu pasti banyak. Jika berhasil jangan lupa bawa Opung naik kapal Ya.” tutur Opung Usman dengan sejuk.

“ Iyya Opung, kalau Usman berhasil, akan Ku Umroh dan Hajikan Opung.” Ungkap Usman berusaha menyakinkan diri sendiri walau sebetulnya hatinya gemetar.

“ Amin-amin. Mulia kali cita-cita mu Nak. Semoga Usman sukses di Padang, belajar yang betul. Masalah biaya jangan Usman pikirkan. Fokus aja belajar. Opung yakin kamu berani, kamu anak yang pintar.” papar Opung Usman.

“Baik Opung , terima kasih atas dukungannya.” ujar Usman sambil beranjak dan memeluk Opungnya.

“ Ya, udah, mulai besok, tawarkanlah tanah itu , semoga cepat terjual.” Saran Opung kepada anak-anaknya.

“ Opung harap, Usman tetap semangat dalam belajar. Opung akan berdoa terus untuk Usman.” Opung Usman berkata-kata lagi dengan lirih.

Lalu  Usman dan Pak Umarpun pulang ke rumah. Namun dalam penjualan tanah, Istri Pak Umar tidak tau, tanah yang mana yang mau di jual, harganya berapa dan sebagainya. Dalam hal ini , istri Pak Umar tidak mau ikut campur, yang penting anaknya bisa sekolah.

Lima belas hari berjalan, terdengar bahwa tanah telah terjual. Pak Umarpun pergi kekampung untuk mengambil uang hasil penjualan tanah. Di luar dugaan, uang yang di bawa pulang Pak Umar hanya 2 juta.  1 juta di berikan ke Kakeknya Usman, dimana nanti Kakeknya yang akan menemani Usman berangkat ke Padang. 1 Juta lagi di serahkan ke Istri Pak Umar.

Setelah serah terima uang, Usman dan kakeknya berangkat ke Padang. Sesampainya Usman di Padang terdengar khabar  bahwa uang yang di pegang oleh Istri Pak Umar, di kembalikan lagi Ke Abangnya Pak Umar.

 “Maksudnya apa ini Bang. Tanah yang terjual tidak tau berapa harganya, eh sekarang, Uang yang cuma 1 juta di minta lagi oleh mereka ” curhat Mamak Usman dimana matanya kelihatan merebak basah.

“Udalah, ikuti aja kemauan mereka. Jika Usman mau tamat kita minta lagi uangnya” jawab Pak Umar.

Istri Pak Umar pun, cukup bingung dengan keputusan suaminya. Selalu menurut dengan apa yang di bilang Abang dan Mamaknya. Sifat Pak Umar seperti Orang bingung, seperti orang yang kena guna-guna jika berurusan masalah Harta dengan Keluarganya.

Padahal kehidupan Pak Umar belum sejahtera. Apa tidak terpikir oleh Abangnya , untuk membantu Adiknya atau memberi saran kepada adik satu-satunya supaya punya bengkel sepeda motor sendiri, dari pada bertahun-tahun bekerja sama orang.

Tanah Adiknya kan ada, bisa dijual untuk modal. Dengan adiknya sejahtera, merekan ikut senang. Kenapa tidak terpikirkan dari dulu oleh keluarga Pak Umar untuk mensukseskan suaminya.

Bu Umar pun berpikir, jika saja Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Mau mengobati anaknya Habsyi saja susah. Bahkan terkesan di abaikan anaknya sakit, lebih berharap kepada adik-adiknya istrinya Pak Umar,agar mau membantu pengobatan Habsyi.

Mau bawa Habsyi berobat ke Dokter aja tidak ada waktu. Jika Pak Umar tidak bekerja sehari saja, maka tidak ada penghasilan. Dimana uang Rp.50.000,- perhari itu sangat di butuhkan istri Pak Umar. Dan Pak Umar juga rela dan ikhlas hari minggu tetap bekerja.

Jika Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Dimana mau membawa anaknya Habsyi ke Rumah sakit jiwa aja susah. Jika ada uang , mobil siapa aja bisa di rental dan siapa aja bisa di minta-i tolong untuk memgawal pengantaran Habsyi ke Rumah sakit jiwa Tuntungan di Medan.

Jika Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan terjadi penghancuran Rumah sampai rata menjadi tanah oleh Habsyi.

Jika Pak Umar sejahtera, mungkin tidak akan terjadi, “Dimana Bu Umar, teriak-teriak sambil menangis minta tolong,” agar tetangga membantunya, tetapi tetangga seperti tidak mau tau.

Jika Pak Umar sejahtera, mungkin Istri Pak Umar, anak Pak Umar, mertua Pak Umar yang masih tinggal di kampung tidak akan mengalami rasa cemas yang berlebihan dan tidak bisa tidur selama bertahun-tahun, karena Habsyi seperti bom waktu, yang suatu saat akan menghancurkan dan membangun yang Ia suka, dan biasanya di lakukan Habsyi diatas jam 12 Malam.

Hal ini membuat keluarga Pak Umar sedikit kehilangan semangat untuk menjalani hidup.

Dalam ketidak-pastian, Usman berangkat ke Padang bersama kakeknya. Sesampai di Padang, Usman pun mengikuti proses untuk masuk SPM ( Sekolah Pelayaran Padang). Adapun alamat Sekolah Usman yaitu di Jl Bandar purus, di belakang kantor Gubernur Sumatera Barat. Akhirnya Usman di terima di SPM Padang pada tahun 1998.

 Ketika di suruh menentukan jurusan apa yang mau di ambil, Usman sangat bingung,. Jurusan Nautika Atau Teknika. Lalu Usman pun mendapat informasi dari kepala Sekolah sewaktu upacara, bahwa untuk menjadi Kapten Kapal, jurusan yang di pilih adalah Nautika. Setelah mendengar penjelasan dari Kepala Sekolah. Usman pun, memutuskan untuk mengambil jurusan Nautika.

Hari demi hari, di lalui Usman Di SPM Padang, untuk mewujudkan impiannya menjadi Kapten Kapal. Sewaktu pengambilan rapor atau nilai, tidak di sangka, Usman di umumkan sebagai Juara 1 umum. Dari Prestasi ini, Usman mendapat Beasiswa dari sekolah berupa pembebasan pembayaran SPP (sumbangan pembinaan pendidikan). 

Adapun yang di lakukan Usman untuk mendapatkan Juara di sekolahnya, yaitu setelah Habis Sholat Isya, Usman mulai mengulangi pelajaran-pelajarannya sampai jam 11 malam. Paginya Usman mengikuti kegiatan olah raga , berenang dan karate.

Jam 12 siang ,Usman mulai berangkat ke sekolahnya menggunakan Bus Kota. Selama perjalanan di Bus kota, Usman masih mengulang pelajarannya, dengan cara menghafal di dalam hati. Begitulah yang selalu di lakukan Usman untuk mendapatkan nilai terbaik di SPM Padang.

Pada Tahun 2001, Usman dinyatakan tamat menempuh pendidikan di SPM Padang. Setelah itu Usman harus menyelesaikan Ujian Negara, agar mendapatkan Gelar kepelautan . Ujian Negara tahap awal  dilaksanakan di SPM Padang. Tahap selanjutnya dilaksanakan di Jakarta.

 Pada tahun 2001 , yang namanya orang memiliki telepon genggam atau HP sangat jarang, apalagi yang namanya Media sosial seperti What Ups, BBM, Line, Face Book, Instagram , Twiter dan sebagainya, belum ada. Komunikasi pada tahun ini, di lakukan melalui telepon rumah , warung telepon (WARTEL) dan  surat.

Lalu untuk mempersiapkan biaya ujian Negara di Padang dan Jakarta, Usman pun Pulang ke Kampungnya.

“Pak, Mak ! Sekolahku sudah selesai, 2 bulan lagi Aku harus ikut ujian Negara. Ujian Negara pertama di laksanakan di Padang , dibutuhkan biaya lebih kurang 1 juta. Setelah ujian Negara di Padang, Usman harus ke Jakarta, bagaimana perihal biayanya Pak ?” tanya Usman sambil garuk-garuk dahi.

“Ya udah, jangan khwatir. Besok , kita pergi ke kampung,  jumpai Opung dan Uwakmu” jawab Pak Umar.

Jam 09 pagi , Usman dan Bapaknya tiba di kampung. Kebetulan , Opung dan Abangnya Pak Umar ada di rumah. Usman pun, menyalami dan mencium tangan orang yang ada di rumah itu. Terjadilah pembicaraan dengan bahasa Batak Simalungun antara pak Umar dengan Abangnya. Dan di dengarkan langsung oleh Opung dan istrinya Abangnya Pak Umar.  Pada waktu itu Usman hanya diam dan memperhatikan pembicaraan, sehubungan Usman tidak mengerti Bahasa Batak Simalungun.

Usman di besarkankan di lingkungan Orang Jawa. Mamak Usman, Jawa. Bapak Batak simalungun. Pada waktu itu, Usman belum bisa berkomunikasi atau untuk menyampaikan maksudnya kepada orang lain  dengan baik.

Hari pun menunjukkan jam 11 siang. Usman dan Pak Umar, pamit pulang. Sesampainya di rumah, Ibu Umar langsung bertanya.

“Bagaimana hasilnya Bang ? ”

“Ini, Abang ada bawa Uang 1 Juta .” jawab Pak Umar santai.

“Kok, hanya 1 juta. Usmankan membutuhkan biaya paling sedikit 5 juta, kenapa di gantung-gantung begitu uangnya ???”  tanya Bu Umar.

“Sudahlah , tidak usah ribut, nanti sisanya kita minta lagi ” tutur Pak Umar.

“ Jeda waktu Usman ujian Negara di Padang dan Jakarta kan cuma 1 bulan Bang !” tutur

Bu Umar dengan nada prihatin.

“ Tadi Abang, sudah ceritakan  kepada mereka, 1 bulan lagi di suruh ambil uangnya ” jawab Pak Umar kesal.

“ Baiklah Bang kalo begitu, mudah-mudahan semua berjalan lancer. Abangkan tau begitu rajinnya Usman Untuk belajar. Hingga Dia selalu mendapat juara umum. Itu Dia lakukan supaya Dia berhasil dan sukses menjadi Kapten kapal, sehingga bisa membantu perekonomian kita, menyekolahkan adik-adiknya. Dia juga punya keinginan untuk membuatkan Abang bengkel. Sehingga Abang punya bengkel sendiri, tidak lagi bekerja sama orang lain. Dengan Abang punya bengkel sendiri, Abangkan bisa membuka lapangan pekerjaan , untuk satu-dua orang.” tutur Bu Umar panjang lebar berusaha menyakinkan suaminya .

“ Iyya, Abang mengerti kerja keras Usman dalam belajar dan mau tinggal sama Pakleknya di Padang, tapi memang Abang akui , terkadang ada perasaan takut dan perasaan malas yang cukup kuat untuk meminta hak Abang kepada mereka. Tapi kita lihat aja nanti, apa betul mereka akan memberikan sisanya.” ujar Pak Umar sedikit khwatir.

“Saya ragu Bang, jika mereka akan memberikan sisanya , karena anak-anak mereka kedengarannya akan kuliah. Nanti jangan mereka berpikir , Paklek-paklek Usman kaya, lalu mereka mempersulit. Sebutannya aja kerja di Bandara tetapi gajinya juga pas-pasan”. ujar Bu Umar seperti bisa membaca pikiran keluarga Pak Umar di kampung.

 Si Pak Umar pun menjawab, “ Ya sudahlah kita lihat aja nanti ”

Setelah Usman seminggu di kampung, hari seninnya, Usman berangkat kembali ke Padang dengan menggunakan Bus. Sesampainya di Padang, Usman mendaftar Ujian Negara di sekolahnya. Setelah ujian Negara di laksanakan di Padang, Usman harus menunggu hasilnya, sebulan lagi. Baik hasilnya bagus atau tidak , Usman tetap harus berangkat ke  Jakarta untuk menyelesaikan persyaratan mengambil gelar Kepelautan dan Sertifikat yang di butuhkan untuk membawa Kapal.

15 hari berlalu tidak ada khabar dari kampungnya perihal sisa uang yang harus di bawa Usman ke Jakarta. Dihari ke 16 Usman menelepon tetangga orang tuanya di kampung untuk di sambungkan ke Pak Umar atau Bu Umar. Pada waktu itu Usman menelepon harus melalui Wartel (warung telepon). Telepon pun tersambung.

“Pak Uwo, minta tolong di sambungkan ke orang tua Saya ”

“Oh, Kamu Usman, tunggu bentar ya” jawab Pak Uwo.

“Usman, ini Mamakmu ya” sambung Pak Uwo.

“Oke Pak Uwo, terima Kasih ” balas Usman.

“ Hallo Mak, bagaimana mengenai sisa uang untuk ujian Negaraku ?” tanya Usman.

“ Mamakpun bingung Nak, dari Bapakmu juga tidak ada jawaban pasti. Kata Bapakmu, Kamu aja Nak yang datang lagi ke kampung, jumpai Opung dan Uwakmu ” balas Bu Umar.

“Kayak mana ni Mak, kok Usman pulak yang harus ke kampung lagi, kalau Usman tahu bakalan seperti ini jadinya. Bagus , Usman dari dulu  sekolah di SMA aja. Jika Usman gagal menjadi Pelaut,Usman malu dan streslah Mak. Beban mental , sekolah di Pelayaran cukup berat Mak. Di mana setiap Harinya Usman berpakaian seperti Angkatan Laut lagi. Minimal agar tidak terlalu terbebani tamat di sekolah ini, jika tidak jadi Pelaut, Jadi Polisi atau TNI. Semua orang di kampung, di Padang, tempat Usman tinggal, sudah tau, Usman sekolah di Pelayaran. Jadi Taruna terbaik lagi. Photo Usman juga sudah di pajang di rumah Mamak dan Paklek, tau-tau Usman jadi pengangguran, bisa stress berat Mak. Jika Usman gagal menjadi Pelaut , butuh waktu lama Usman untuk menerima kenyataan ini Mak. Apalagi Usman tinggal sama Paklek. Mereka ingin, Usman menyelesaikan ujian Negara. Segan, Usman  sama istri-istrinya Paklek, kalau Usman tetap tinggal sama mereka dan tidak menyelesaikan ujian Negara. Jika Usman tamat,  lalu pulang kampung dengan status penganguran tambah berat beban mental Usman Mak. Apa Mamak, Bapak, keluarga Opung, memang suka ya, jika Usman Stres, tega kali !” curhat Usman sambil mengeluarkan air mata.

“Ya gimana lagi Anakku, dari dulu hidup kita kan memang pas-pasan. Untung aja, ketika kamu sekolah di Padang, mau tinggal sama Paklekmu. Mamak-kan sudah menyarankan, Kamu  sekolah di SMA aja di kampung, tapi keluarga Opungmu memberikan harapan, sekarang mereka lepas tangan.” ujar Mamak Usman.

Si Usman pun menjawab, “ Jadi, Usman harus balik ke kampung lagi Mak . Apa tidak bisa, Bapak aja yang ke kampung ! ”

“O, alah. Jangan harapkan Bapakmu yang ke Kampung, sudah capek Mamak menyuruh Bapakmu, tapi seperti orang malas gitu, nggak ada semangatnya. Nggak taulah Bapakmu itu, seperti kena guna-guna gitu. Bawaannya nurut aja , apa yang di omongi oleh keluaraga Opungmu ”terang Mamak Usman, timbul prasangka.

“ Cukup sedih , Usman mendengarnya Mak. Jika Usman tidak menyelesaikan ujian Negara,, banyak orang yang Usman kecewakan Mak. Terutama adik-adik Mamak di Padang. Mereka begitu Ikhlas membiayai sekolahku, terkadang juga bajuku di cuci dan gosokkan. Mereka berharap , Aku tidak mengikuti jejak mereka kerja di Bandara, dengan Aku menjadi Pelaut, akan menjadi kebanggakan tersendiri bagi mereka.” ungkap Usman dengan lirih.

“ Mamak juga bingung Nak. Mamak harap Usman sabar menerima kenyataan ini. Mamak nggak bisa berbuat apa-apa, karena harta Mamak juga tidak ada. Begitu juga dengan Paklek-Paklekmu di Padang. Tidak mungkin kita mengharapakan mereka lagi , anak-anak mereka juga sudah mulai sekolah. Sudah syukur kita kepada Tuhan, Paklek-Paklekmu tidak pernah keberatan, apalagi marah, karena Mamak tidak pernah mengirim uang sedikitpun, selama Usman sekolah di Padang.” tutur Mamak Usman dengan mata merebak basah.

“ Baiklah Mak, Usman jalani aja dulu kenyataan ini. Sebelum Usman berangkat, Usman akan mengirim surat ke Kampung. Begitu suratnya sampai, tolong suruh Bapak sampaikan ke Uwak dan Opung ya Mak. Di surat itu Usman mau mengingatkan ke mereka, bahwa 3 tahun yang lalu, mereka pernah memberi harapan , membantu Usman sebagai cucu pertamanya untuk menyelesesaikan ujian Negara. Kenapa sekarang mereka berubah 360 derajat.” terang Usman.

“ Baiklah Nak. Mamak tunggu ya suratmu, salam sama Paklek-Paklekmu di Padang.” sambung Mamak Usman.

“ Baik Mak, salam juga sama Bapak dan Kakek. Assalamualaikum Warahmatullahi  Wabarakatuh ” balas Usman mengakhiri pembicaraan.

 

Besoknya Usman mulai menulis surat , lalu surat itu dikirimkan ke kampung melalui Pos 4 hari berlalu, surat itupun tiba di kampung.

 

“Bang, antarlah surat ini kekampung, kasian Anakmu. Mudah-mudahan dengan surat ini, mereka ingat, apa yang mereka janjikan, dan terbuka pintu hati mereka ” bujuk Bu Umar ke Suaminya.

 

Kenapa ya Mak, perasaan dan tubuhku terasa berat untuk pergi kekampung, ada juga perasaan takut ” balas Pak Umar.

 

“Bismillah aja Bang, demi Anak ” balas Bu Umar menyakinkan.

 

“Baiklah, kalau begitu, hari ini Abang akan berangkat ke Kampung.” tutur Pak Umar. 

 

Surat itu pun sudah di terima oleh Uwaknya Usman. Tanpa menunggu surat itu di baca, Pak Umar langsung permisi pulang. Setelah 2 hari surat itu sampai, Usman pun berangkat ke Kampung. Maksud Usman menulis surat supaya keluarga Opungnya langsung tau maksud hati Usman dan terbuka hati mereka untuk membantu menyelesaikan biaya ujian Negara Usman.

 

Namun di luar dugaan , begitu Usman menjumpai Uwaknya. Uwaknya langsung marah.

 

“ Berani-beraninya Kau menuntut yang bukan hakmu. Bapakmu aja, diam saja. Kok Kau pula yang lancang , minta sisa uang untuk ujian Negara ”

 

Perasaan Usman seperti tersambar petir di pagi bolong, mendengar pernyataan Uwaknya. Usmanpun hanya terdiam sambil mengeluarkan air mata. Tanpa permisi, Usman lari pulang meninggalkan rumah Uwaknya. Sesampainya di rumah, Usman Hanya mengurung diri di kamar, tidak mau keluar. Usman bingung, takut, stress. Apa yang harus dikerjakannya jika tidak menyelesaikan ujian Negara.

 

SPM Padang sama dengan sederajat SMA. Untuk keluar rumah aja Usman takut. Malu sama Masyarakat Kampung. Mau mencoba masuk Polisi atau TNI, rasanya tidak mungkin. Untuk Biaya ujian Negara saja tidak ada.

 

Pak Umar sebagai Orang tua, juga tidak bisa berbuat apa-apa. Menasehati, memotivasi Usman untuk bangkit dan menerima kenyataan juga tidak dilakukan. Pak Umar hanya bekerja, pergi pagi, pulang sore. Seakan-akan tidak ada kejadian yang membuat anaknya stress dan terpukul.

 

            Ditengah ketidak pastian ini, Usmanpun memberanikan diri berangkat lagi ke Padang. Padahal, Paklek nya berpesan, jangan kembali dulu ke Padang. Jika uang untuk ujian Negara belum di dapatkan. Ngapai juga di Padang, kalau belum ada pekerjaan pasti.

 

Sangat kacau pemikiran Usman, Dimana Paklek-Pakleknya juga sudah lepas tangan, sehubungan anak-anak mereka juga sudah mulai membutuhkan biaya untuk sekolah. Paklek-Paklek Usman , berpikiran “ Kamikan sudah membantu menyelesaikan sekolah Usman, sekarang giliran keluarga Pak Umar yang membantu Usman menyelesaikan ujian Negaranya,” Sementara keluarga Abangnya Pak Umar dan Opungnya, berpikiran, “Usman tidak perlu di bantu, Paklek-Pakleknya kan kerja di Pesawat, otomatis gajinya besar ”

 

Sesampainya di Padang, Usman bingung harus berbuat apa. Setelah bangun tidur, bingung mau kemana, bingung mau berbuat apa. Yang ada Usman hanya tidur dan tidur lagi. Sangking bosannya, melihat Usman hanya tidur dan tidur lagi. Pakleknya pun menyuruh Usman, untuk belajar bekerja dengan ikut Kapal Nelayan , mencari ikan hias ke Pulau Mentawai Sumatera barat.

 

. Usman di suruh menjadi tukang Masak. Padahal, sedikitpun Usman tidak ada keahlian memasak. Usmanpun memberanikan diri untuk ikut, dari pada stress dirumah. Ditambah lagi selalu ada pertanyaan dari lingkungan sekitar, kenapa kok belum bekerja.

 

 Ketika Usman Stres, ada juga keinginan untuk bunuh diri. Lalu Usman terpaksa ikut Kapal Nelayan. Anggota Kapal Nelayan terdiri dari beberapa nelayan dari Madura dan satu orang nelayan dari Mentawai. Orang Madura, terkenal ahli menangkap ikan hias. Pakaian yang di gunakan selama di Kapal Nelayan jauh berbeda dengan pakain yang di bayangkan Usman jika menjadi Kapten Kapal. Untuk alat pembantu navigasi saja tidak ada di kapal itu, seperti peta, apalagi radar dan GPS. Kapten kapal merangkap sebagai juru mudi dan Ahli mesin jika kapal tiba-tiba rusak.

 

Untuk berangkat ke pulau Mentawai, di lakukan di malam hari sekitar jam 10. Lalu tiba di Pulau Sikakap Mentawai sekitar jam 8 pagi. Setelah 3 bulan, Usman ikut Kapal penangkap ikan hias ke Mentawai, apa yang di masak Usman , tidak termakan oleh anggota kapal. Karena rasanya sangat berbeda, tidak sanggup para anggota Kapal untuk menelan makanan yang di masak Usman. Akhirnya Kapten Kapal , memutuskan untuk juga memasak, Usman hanya membantu.

 

Dengan kondisi ini, maka Usman tidak mendapat gaji. Hanya mendapatkan uang terima kasih sebesar Rp.50.000,-. Usman semangkin bingung dengan kenyataan hidup ini. Mengapa apa yang di cita-citakannya kandas. Apa salah dan dosanya. Perasaan Usman selama di Padang selalu beribadah dengan baik, nurut perintah Pakleknya, fokus belajar, tidak pernah pacaran. Tidak seperti Taruna-Taruni seangkatannya, yang kedengaran berpacaran kesani-kesini. Usman semangkin tertekan, lalu Usman berusaha mencari informasi, agar Ia dapat bekerja di tempat yang lebih baik.

 

 Usmanpun memutuskan untuk turun dari Kapal penangkap ikan hias. Tidak berapa lama kemudian, Usman mendapat informasi bahwa ada Kapal Pemda Mentawai yang menerima Taruna SPM Padang untuk magang. Kebetulan ada Senior SPM Padang yang bekerja sebagai juru mudi dan Taruna seangkatan Usman yang bekerja sebagai ahli mesin.

 

 Usmanpun mencoba menjumpai Seniornya. Lalu Seniornya mengarahkan Usman untuk berbicara kepada Kapten Kapal Pemda Mentawai, agar di izinkan magang.  Dan  Kapten Kapal tidak keberatan , tetapi Kapten Kapal mengingatkan dari awal, bahwa Usman tidak di gaji. Perihal makan, tidak perlu khawatir, karena stok makanan cukup banyak di Kapal itu.

 

            Adapun jenis kapal Pemda Mentawai ini adalah Kapal penumpang, fungsinya untuk membawa Pejabat-Pejabat Pemda Mentawai seperti Bupati, wakil Bupati, Sekretaris Daerah dan sebagainya. Ketika Kapten Kapal mendapatkan tips dari Pejabat Pemda Mentawai, barulah Usman mendapatkan uang saku.

 

Fasilitas di kapal ini, terbilang mewah. Begitu juga dengan alat navigasi yang di miliki, seperti Radar, GPS dan Peta. Pekerjaan Usman di kapal ini cukup santai, hanya bersih-bersih kapal, membantu memasak, terkadang belajar membawa Kapal atau menjadi Juru mudi.

 

Jika tidak terjadi Badai, perjalanan ke Mentawai cukup mengasikkan. Jika bosan di dalam Kapal, maka Usman pergi ke Haluan Kapal atau ke Buritan kapal melihat pemandangan selama Kapal berlayar. Begitu sampai di Pulau Mentawai, maka Kapal akan bersandar di Pelabuhan  sampai seminggu, begitu ada informasi Pejabat Mentawai akan berangkat, maka anak buah Kapal mempersiapkan Kapalnya untuk membawa pejabat ke tujuan yang di inginkannya.

 

            Usman ikut Kapal Pemda Mentawai lebih kurang 6 bulan, tanpa gaji. Itulah keputusan yang Usman lakukan untuk mengalihkan kesetresan yang selama ini membayangi kehidupannya. Ia rela bekerja tanpa di gaji. Hingga Usman mendapat tawaran dari Paklenya untuk bekerja di Bandara Tabing Padang, sebagai Petugas Loading-UnLoading (Bongkar muat).

 

            Sehubungan Pesawat Jatayu Airline membuka penerbangan di Kota Padang. Kebetulan yang menghandle Ground Handlingnya adalah PT. Gapura Angkasa.  Adapun, Status Usman dari Mulai bekerja sampai memutuskan keluar dari Bandara Internasional Minangkabau setelah 7 tahun bekerja adalah Outsourching.

 

Karena kedisiplinan, kesungguhan bekerja, mau belajar dan mau mengajari karyawan baru, untuk belajar check-in di Counter Garuda, belajar menghadle penumpang komplain di Custumer Garuda. Mau mengajari karyawan baru untuk menghandle bagasi Hilang di Unit Lost and Found. Mau dan ikhlas, mengajari karyawan baru untuk menghitung jumlah penumpang di Pesawat. Mau mengajari karyawan baru mengantarkan manifest penumpang. Mau mengajari karyawan Baru menghandle Crew cabin Pesawat Haji yang akan berangkat dan yang baru turun dari Tanah suci.

 

 Bisa menempatkan diri kepada pegawai-pegawai Gapura yang lebih tua Usianya dari Usman. Bisa bersosilisasi dengan baik dengan para mitra kerja PT. Gapura Angkasa khususnya Jajaran manajemen Garuda di Bandara Internasional Minang Kabau. Usman cukup baik menguasai SOP (standar operasional procedure) di bagian Pasasi ( Passanger handling ), sehingga bisa mengajari karyawan Baru.

 

Adapun pekerjaan awal yang di lakukan Usman pertama kali kerja di Bandara yaitu  mempersipakan Wheel cock  atau pengganjal roda Pesawat. Setelah Pesawat benar-benar berhenti maka wheelcock di ganjalkan ke roda Pesawat. Setelah itu Usman dan rekan kerjanya memasang tangga Pesawat agar penumpang bisa turun. Selanjutnya Usman dan rekan kerjanya menurunkan Tas Penumpang, Suffboard, dan Cargo ( muatan yang ada di dalam kompartemen/perut Pesawat). Setelah itu Usman dan rekan kerjanya, menaikan kedalam kompartemen pesawat , barang-barang yang akan di bawa ke Bandara tujuan.

Perkerjaan Loading-Unloading ini di lakukan tidak boleh melebihi waktu dari 30 menit. Tentunya pekerjaan ini sangat menguras tenaga, karena berat muatan yang di naikan dan turunkan beratnya dalam ukuran ton.

Setelah Pintu Pesawat ditutup, maka pekerjaan selanjutnya yaitu menarik tangga Pesawat, mencabut whellcock, lalu mengiringi Pesawat yang di dorong, dengan membawa alat pemadam kebakaran. Begitu alat pendorong Pesawat di lepas maka alat pemadam kebakaran di bawa kembali ke tempat penyimpanan.

Pekerjaan di Bandara dilakukan Usman dengan Ikhlas dan penuh Syukur, walau gaji kecil, dan pakaian tidak serapi dan segagah jika Usman menjadi Kapten Kapal. Dengan bekerja di Bandara, telah menghilangkan rasa tertekan yang selama ini menyelimuti pikirannya. Dengan bekerja di Bandara , ada rasa bangga ketika ditanya orang.

“Usman, Kamu bekerja dimana ?, di Bandara. Tentu hal ini sedikit manaikkan derajat Usman, yang selama ini status pekerjaannya tidak jelas.

 Memang tidak nyambung, anatara pelajaran yang selama ini Usman tekuni dengan Dunia pekerjaannya sekarang. Sangat berbeda 360 derajat. Dari sekolah belajar tentang Kapal Laut, dapat pekerjaan yang berhubungan dengan Kapal Terbang.

 Pekerjaan Loading-Unloading ini, di rasakan Usman selama 6 bulan. Loading-Unloading yang paling berat, ketika menghandle Pesawat Garuda, muatannya selalu penuh, baik turun dan naik. Setelah itu Usman bekerja di bagian melabel dan checklist Bagasi.

 Beberapa bulan kemudian bekerja di bagian Lost and Found, yaitu menghandle bagasi penumpang yang hilang di terminal kedatangan. Lalu beberapa bulan kemudian Usman bekerja di bagian Custumer service Garuda, menghandle penumpang yang komplain karena terlambat, karena over booking, karena tiketnya bermasalah dan membantu penumpang yang ingin konfirmasi tiketnya untuk penerbangan selanjutnya.

Beberapa bulan kemudian, Usman bekerja di bagian Check-in Counter yaitu mendafatarkan penumpang yang mempunyai tiket untuk mempunyai Boarding Pass sehingga penumpang bisa memasuki ruang tunggu dan berangkat dengan Pesawat. Beberapa bulan kemudian, Usman bekerja di Boarding Gate, yaitu ruangan tempat berkumpulnya penumpang yang akan berangkat. Di ruangan inilah Usman, mulai mengumumkan kepada Penumpang agar segera naik ke Pesawat dengan menunjukkan Boarding pas.

Setelah penumpang komplet atau cukup berdasarkan hitungan system. Maka Usman mengantarkan Manifest atau daftar penumpang untuk di serahkan kepada kepala Pramugari. Setelah manifest di serahakan, Usman mengecek lagi penumpang di dalam pesawat dengan menghitungnya ulang. Setelah cocok, maka Usmanpun turun dari Pesawat.

Sewaktu bekerja di bagian Passanger Handling, Penampilan dan Pakaian Usman cukup rapi dan memakai dasi. Penampilan cukup keren tetapi tidak sesuai dengan isi dompetnya. Yang di handle Pesawat Garuda, Malaysia airline, Singapore airline, Tiger airways, Pesawat khusus Haji dan Pesawat yang mempunyai kontrak langsung untuk di handle oleh PT. Gapura angkasa.

 7 tahun Usman berkarir di Bandara, dari Bandara Tabing sampai Bandara Internasional Minang Kabau. Namun tidak ada perhatian dari perusahaan untuk mensejahterkan karyawan yang stastusnya Outsourcing. Untuk terbang dengan Pesawat Garuda saja, Usman tidak pernah. Yang sering Cuma naik turun Pesawat Garuda ketika Loading-Unloading atau ketika menghitung jumlah penumpang dan mengantar Manifest penumpang. Hal ini yang terkadang menyebabkan kecemburuan sosial. 

Selama 7 tahun bekerja, untuk membeli sepeda motor, tunai aja tidak bisa. Untuk memiliki sepeda motor, Usman harus kredit selama 3 tahun dengan angsuran 400 ribuan. Belum lagi biaya makan dan sewa rumah. Hal inilah yang membuat Usman, belum menikah ketika bekerja di Bandara.

Adapun hasil keringat Usman yang masih tertinggal yaitu sepeda motor. Sepeda motor tersebut yang masih di gunakan Usman sampai Saat ini untuk bekerja dan untuk jalan-jalan bersama keluarganya. Namun kemampuan sepeda motor yang di miliki Usman sekarang berkurang, untuk menaiki tanjakan beberapa menit, sering tidak sanggup atau mati mendadak. Namun sepeda motor ini tetap di pakai Usman, karena belum ada rezeki untuk mengganti dengan sepeda motor yang baru.

Sepertinya suatu yang mustahil, untuk mewujudkan Impian Usman sewaktu masih bekerja di Bandara. Seperti membangun rumah yang layak untuk orang tuanya, menyekolahkan adik-adiknya di Universitas terbaik, membangun bengkel sepeda motor untuk Bapaknya, meng-Umrohkan dan menaikan Haji orang tuanya dan sebagainya.

Seiring waktu berjalan, Usman pun mendapat tawaran untuk bergabung di bisnis Multi level marketing , produknya berupa suplemen kesehatan dari cina. Berbeda- beda orang yang menawari Usman untuk ikut bisnis ini. Ada yang mempresentasikan bahwa dengan ikut bisnis ini bisa berpenghasilan Milyaran, bisa dapat Mersi, Vila, dan Pesawat gratis. Lalu bisa pasif income. Pasif income maksudnya, walaupun kita tidak bekerja, penghasilan tetap ada. Bisa dapat bonus sharing Internasional dan sebagainya.

Beberapa kali di tawari, Usman menolak. Sehingga pada suatu saat, ada seorang mahasiswa dari salah satu  Universitas Negeri  di Padang, datang ke Kos-kosannya Usman. Mahasiswa ini, tidak pandai menjelaskan. Namun Usman tetap menghargai Mahasiswa tersebut. Tiba-tiba , Mahasiswa tersebut mengeluar CD pembagian dan road show mobil BMW dan Mersi di Gelora Bung Karno yang di hadiri ribuan Orang dan di hadiri oleh pemilik perusahaan tersebut. Dari CD inilah, Usman mulai Bergabung  dan merasa pasti bisa memperoleh Mersi gratis dan berpengasilan pasif.

 Usman pun mulai mengikuti presentasi dan sosilisasi bisnis ini dari satu Hotel ke Hotel yang lain. Sewaktu presentasi ada Leader yang mengatakan :

1.      Untuk sukses di bisnis ini, berpengasilan 40juta per bulan hanya di butuhkan 1-2 tahun.

2.      Semua penyakit bisa di sembuhkan dengan suplemen ini, jika pemakaiannya dikontrol secara ketat dan  baik . Contoh Penyakit – Penyakit kronis yang bisa sembuh adalah Diabetes, Cuci darah, Jantung, Keropos tulang dan sebagainya. Dan menurut pengalaman Usman, hal ini terbukti, bahwa suplemen kesehatan ini bisa meyembuhkan penyakit kronis, pada tahun 2018 Usman, juga masih mendengar ada yang tidak cuci darah lagi setelah memakai suplemen kesehatan ini dengan baik. Dan Nenek yang sembuh itu adalah salah satu nasabah Usman di tempat Usman bekerja. Memang Suplemen ini di bilang mahal harganya. Sehubungan nenek ini suaminya Pensiunan, sehingga pemakaian Suplemennya bisa di kontrol Sesuai anjuran, dimana pemakaiannya terus dilanjutkan sampai ada perubahan. Kebanyakan masyarakat yang mengenal produk ini, memakainya separuh jalan, di karenakan harganya mahal dan mau cepat sembuh, seperti iklan obat di Televisi, “begitu di minum langsung sembuh pada saat itu juga.”  Fakta juga pernah di alami Usman, dimana adiknya yang paling kecil, sangat malas belajar dan susah membaca, ketika di berikan kalsiun dari suplemen ini, adiknya menjadi rajin dan cepat menangkap pelajaran di sekolahnya. Namun ada juga , yang tidak ada nampak perubahannya walau sudah mengkosumsi suplemen kesehatan ini cukup lama, yaitu metuanya Usman sendiri, mengalami penyakit lambung yang akut. Di berikan produk ini, tidak sembuh-sembuh, akhirnya ajal menjemput. Begitu juga dengan salah satu Pakleknya Usman, terkena Diabetes. Kalau Pakleknya Usman, beda kasus, dimana Pakleknya tidak percaya dengan suplemen ini bisa menyembuhkan penyakitnya. Sudah letih Usman, memotivasi Pakleknya untuk rutin mengkosumsi Suplemennya, tetapi tidak di indahkan, akhirnya ajal menjemput meninggalkan 1 orang istri dan 2 orang anak. Padahal Suplemen yang di berikan Usman gratis. Menurut Usman, suplemen kesehatan ini, cukup bagus, sehingga  terbesit di dalam hati Usman, nantinya mempunyai rumah kesehatan untuk mengenalkan suplemen kesehatan ini, dimana di rumah kesehatan itu, Orang yang datang bisa terapi menggunakan matras yang di produksi oleh perusahaan suplemen tersebut, lalu di buatkan papan infomasi mengenai pengobatan penyakit kronis dengan menggunakan suplemen ini, mana tau memang ada orang-orang belum sembuh dari penyakit kronisnya dan sudah mengeluarkan uang banyak untuk pengobatannya. Dimana orang yang menggunakan matras, tidak di tentukan berapa biaya yang harus di bayar. Seikhlasnya saja. Itulah konsep yang terpikir oleh Usman untuk mengenal Suplemen kesehatan,namun untuk mewujudkan hal ini di butuhkan biaya yang cukup besar. Dan Usman berani menjalankan konsep ini, jika ada pengasilan tetap perbulannya minimal 3 jutaan dari pekerjaan atau usaha lain. Konsep rumah kesehatan ini dijalankan bukan untuk mengejar keuntungan, hanya untuk berbagi info kesehatan menangani penyakit kronis. Adapun cara yang di ajarkan sponsornya untuk mempromosikan Suplemen kesehatan ini melalui system memprosfek orang, lalu membawa prosfek kepertemuan, lalu mengarahkan prosfek join dan membeli produk. Tidak sanggup Usman Untuk melakukan hal ini, karena dulunya pernah di lakukan seperti ini, didampingi juga oleh Leader yang katanya berdasarkan peringkat berpenghasilan 20-40 jutaan . Namun secara omset yang dihasilkan Usman, untuk menghasilkan bonus 100 ribuan saja cukup susah. Dulu sangking semangatnya, Usman mengundang Leadernya ke Bandara Internasional Minang Kabau untuk mem-follow up temannya di Bandara. Dari yang di follow-up tidak ada yang menunjukkan antusianya untuk mengejar peringkat di bisnis ini. Teman-teman Usman yang bergabung juga hasil sedikit paksaan, ada 5 orang yang bergabung dengan cara sedikit di paksa, dan ada yang berhagabung karena mengikuti seminar di salah satu Hotel di Padang lalu melihat mobil Mersi langsung yang di pamerkan di depan Hotel. Setelah pulang kerja dari Bandara, Usman juga menyempatkan presentasi door to door kepada orang yang dikenalnya. Setelah dijalani ternyata tidak bisa  menghasilkan bonus sebesar gaji di Bandara. 

3.      Dalam presentasinya, seorang Leader menjelaskan,” Sehubungan Bisnis ini tanpa Iklan, maka biaya iklannya di berikan kepada Distributornya, jika distribotornya mempunyai jaringan yang banyak , maka 1-5 tahun kedepan, akan menjadi manusia yang berkualitas dan mempunyai asset, atau mempunyai pohon uang sehingga bisa bebas uang, waktu dan pikiran. Karena percuma punya uang Milyaran, mempunyai Pesawat, mempunyai Vila tetapi sakit-sakitan atau Jauh dari keluarga karena sibuk mencari uang tanpa mempunyai waktu untuk menikmatinya.

4.      Impian bersama-sama sikap positif akan menghasilkan sesuatu dengan kemungkinan dan potensi tanpa batas.

5.      Peluang usaha di masa krisis , membangun entrepneurship, mencetak pengusaha baru dari berbagai latar belakang, berpeluang mendapatkan Umrah dan jalan-jalan gratis keliling dunia.

6.      Bisnis ini mencetak 20 % orang kaya di Dunia.

7.      Sukses memang susah tapi lebih susah kalau tidak sukses yang akhirnya menjadi sampah masyarakat dan menyusahkan temannya yang telah sukses dengan berhutang. Manusia di ciptakan untuk berubah . belajar dari orang sukses, bukan bertanya dan belajar dari orang gagal. Orang gagal selalu membunuh impian orang lain. Mereka trauma, padahal tidak ada untungnya trauma, bayangkan saja, kalau kita trauma sewaktu belajar jalan sewaktu kecil, apa jadinya Dunia ini. Orang sukses , orang yang mau belajar dan banyak melakukan.

8.      Informasi bisnis ini, tidak mungkin datangnya langsung dari Tuhan, Informasi ini datangnya dari manusia yang di kirim Tuhan untuk datang kepada kita. Maka bersikap positiflah kepada sesama manusia , mungkin itu jawaban atas doa keluarga anda selama ini.

9.      Jangan jadi pecundang, dengan membanggakan kemiskinan kita kepada orang lain, sudah miskin, kok milih, di tawari bisnis ini, nggak mau. Berbuatlah, berubalah , dimana jika orang lain melihat anda , mereka tersenyum dan berkata, terima kasih Teman, atas informasi bisnis ini keluarga kami bahagia dan sejahtera.

10.  Dengan kerendahan hati, buka paradigma anda, jangan menutup diri dengan informasi, jalankan bisnis ini sekarang juga, karena suatu saat anda akan membutuhkannya. Ingat , apakah dengan pertimbangan bisa membiayai , biaya kebutuhan hidup anda. Membiayai biaya rumah sakit orang tua anda.

11.  Bisnis ini, merupakan bisnis yang penuh cinta kasih, biarkan cinta kita berkembang, sampai ke semua pelosok, agar cinta kita setiap saat bisa di rasakan , cintailah downline , upline dan seluruh jaringan kita. Marilah kita berpengangan tangan , hati yang menyatu, saling bahu-membahu bersama mencapai kesuksesan. Agar keluarga kita , orang-orang dalam grup kita , dapat berubah menjadi orang yang di hormati.

12.  Tidak ada orang gagal di bisnis ini, tetapi berhenti terlalu cepat. Karena bisnis ini, omset terakumulasi tanpa batas waktu, berlaku seumur hidup dan bisa di wariskan.

Dari motivasi-motivasi yang di sampaikan oleh Leader , terkadang disalah artikan.  Orang beranggapan jika menjalankan bisnis ini bisa sukses secara instan. Padahal semua bisnis, mrmbutuhkan kerja keras , keringat dan pengobanan.

Berdasarkan pengalaman Usman, ada yang begitu semangatnya mendengar motivasi dari Leadernya, lalu berhenti bekerja. Padahal di bisnisnya belum menghasilkan pendapatan. Seharusnya kerja terlebih dahulu, jika sudah ada penghasilan tetap, baru resign atau mengundurkan diri.

Ada juga yang terpancing membeli produk banyak-banyak karena terpancing emosi sewaktu ikut Seminar, dimana mobil BMW dan Mersi di Pamerkan di luar Gedung pertemuan. Beli produk banyak-banyak, lalu mendaftarkan kelurga terdekat untuk jadi downlinenya, supaya peringkatnya naik, untuk gengsi-gensian, ketika naik ke panggung sudah peringkat sekian. Padahal dibawanya adalah keluarganya. Hal ini di lakukan untuk memancing prospek-kannya, bahwa Dia baru sebentar bergabung di bisnis ini, sudah bisa peringkat sekian, dan mempunyai potensi penghasilan puluhan juta.

Banyak orang yang salah paradigma seperti ini, Dia berpikir, dengan konsep seperti ini, orang akan mudah tertarik join di bisnis ini, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam menjalankan bisnis ini karena untuk membuat orang yakin dan percaya,  butuh waktu, keringat dan kesabaran tingkat tinggi. Dan orang-orang yang memakai cara ini, umumnya gagal di bisnis ini.

Yang katanya pengahasilan puluhan juta setiap bulannya, itu hanya omong kosong belaka. Bagaimana kita mau berpenghasilan di bisnis ini jika kita tidak mempunyai omset di jaringan kita. Bonus yang kita peroleh di awal besar karena omset kita pada waktu itu ada. Mana ada, perusahaan yang bodoh, memberikan bonus atau penghasilan kepada distributornya jika tidak mempunyai omset atau  tidak berjualan . Walaupun posisi kita pada perusahaan itu , peringkat tertinggi. Tidak ada omset ya tidak ada Bonus.

Menurut Usman, Hal Ini harus di ungkapkan bukan untuk menjelek-jelekkan , tetapi hal ini di ungkapkan untuk menjadi pembelajaran, karena suatu saat nanti kita akan ketemu dengan orang yang menawari kita bisnis MLM.

 Contoh  Leadernya Usman di Padang, yang terlebih dahulu join di bisnis ini, peraih BMW gratis , yang katanya berpenghasilan puluhan juta dan secara marketing plan mendapat bonus sharing internasional , akhirnya berhenti juga dibisnis ini.

Karena di bisnis ini, tidak ada omset ya tidak ada bonus, tidak ada yang di jual ya tidak ada pendapatan. Masak bodoh sih, orang yang sudah berpenghasilan puluhan juta perbulannya lalu berhenti di bisnis ini. Di kota Lhokseumawe Aceh, Distributornya salah menjelaskan marketing plan dari bisnis ini, dimana dengan beli produk sekitar 4 jutaan , akan mendapatkan pengahasilan 40 jutaan, tanpa di jelaskan harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan itu.  Lalu dengan system promosi seperti itu,  banyak orang  yang tergiur dengan program perusahaan ini. Lalu oleh manajemen perusahaan  program ini di cabut atau di tarik dari pasaran. Akibat dari ini, Distributornya ada yang dituntut sampai ke pengadilan karena orang yang di pengaruhi untuk join di program bisnis ini, ada yang sampai menjual sapinya. Tetapi tak kunjung mendapatkan pengahasilan 40 jutaan.

Lalu sebelumnya Usman di presentasikan untuk menjadi agen penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan presentasi dari perusahaan ini, bila di jalankan akan sangat menguntungkan, karena yang di jual barang kebutuhan sehari-hari. Syaratnya untuk menjadi agen, harus menjadi peringkat tertentu atau membeli produk kesehatan seharga Rp.50 jutaan. Banyak juga orang yang percaya akan program ini, khusunya yang baru bergabung. Mereka berpikir perusahaan MLM ini tidak mungkin asal-asalan, bekerja sama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan bisnisnya. Dan Distributornya berpikir perusahaan MLM ini, tidak akan mengingkari program yang telah di sosialisaikan dan potensi pendapatan yang akan di berikan.

Logika Distributornya, perusahaan MLM ini sanggup membagikan ratusan Mersi dan BWM, masak program seperti itu gagal. Ternyata, tidak ada perusahaan yang sempurna, program tersebut dinyatakan di cabut. Ada juga Leader yang telah menduduki peringkat tertinggi, yang sudah mendapatkan semua reward, baik BMW, Pesawat terbang pribadi, Vila. Namun Ending ceritanya membawa grupnya ke perusahaan MLM lain.

Usman juga pernah mencoba fokus beberapa bulan di bisnis ini,  setelah berhenti bekerja di Bandara, ternyata setelah di fokusi, tidak semudah yang di bayangkan. Padahal telah dibantu oleh Leader yang katanya penghasilan puluhan juta, tetapi tetap saja susah closing di bisnis ini. Untuk berpengsilan Rp100 ribu saja dalam sebulan sangat susah. Pada tahun 2018 ini, Usman masih di follow up oleh Leader lain yang sudah mendapatkan Kapal pesiar, supaya Usman aktif lagi bersama kepemimpinannya. Usman di follow up sejak di Lhokseumawe Aceh sampai Usman berada di Padang, masih di follow up melalui what ups.

 Usman mencoba membagi pengalamannya bersama Leader sebelumnya, namun Leader tersebut menyatakan, mereka bukan gagal tetapi berhenti terlalu cepat. Padahal sudah jelas mereka berhenti karena tidak ada lagi penghasilan di bisnis itu,  karena tidak ada nya omset.

Positifnya bisnis ini, salah satunya mengembangkan kepribadian, belajar berkomuikasi, belajar mem-follow up dan sebagainya. Tetapi jika pintar berkominukasi lalu tidak ada penghasilan,  ya tidak mungkin juga bertahan di bisnis ini, “Ada Omset ada Bonus”.

Dibilang trauma dengan Bisnis MLM, tidak juga. Karena Usman masih kagum dengan system bisnis MLM, dimana jika Distributornya menjalankannya dengan benar, dengan bekerja keras, dan mau belajar, ada juga yang sukses di bisnis ini, namun selalu ada oknum-oknum yang salah dalam menjalankan bisnis MLM ini, sehingga merusak nama MLM itu sendiri.

MLM , konsep bisnis tanpa iklan, dimana Distributornya sebagai pengiklannya. Suatu yang wajar Distributor mendapatkan bonus karena berhasil mengiklankan produk dari perusahaan tersebut. Ikut MLM, dengan maksud untuk mewujudkan impian Usman, ternyata kandas di tengah Jalan.

Selama 7 tahun Usman bekerja di Bandara, statusnya  masih Outsourcing, tidak ada jenjang karir, tidak ada pengangkatan sebagai pegawai tetap. Gaji berdasarkan UMP (upah minimum Provinsi ). Dikarenakan hal itu Usman, memutuskan untuk keluar dari Pekerjaannya dan bekerja di lembaga keuangan.

Sampai tanggal Mei 2018, status Usman masih karyawan di salah satu lembaga keuangan. Dua tahun Usman bekerja di lembaga keuangan ini, Usman diangkat menjadi Pegawai tetap. 5 tahun berkarir di kota Lhokseumawe Aceh. Usman di amanahkan menjadi penanggung jawab di Kota Padang Sumatera Barat.

Dengan status penanggung jawab, gaji Usman tidak langsung berubah total. Walau sudah setahun lebih Usman menjadi menjadi penanggung jawab, gajinya hanya di tambah 200 ribu dari gaji Usman di Lhokseumawe. Kelebihannya, Usman dan keluarga di beri fasilitas rumah. Listrik rumah di biayai  kantor maksimal Rp.200.000,- per bulannya.

Dengan keadaan ini, dimana penghasilan Usman masih pas-pasan dan tidak bisa mewujudkan Impiannya. Usman mempunyai Prinsip dan Motivasi ” Lebih baik banyak – banyak memperbaiki diri, sehingga Tuhan Yang Maha Esa, memberikan Rezeki yang berkah dan tanpa batas, bisa bermanfaat kepada sesama sehingga tidak banyak menuntut kepada perusahaan yang hanya bisa memberikan penghasilan pas-pasan.”

Usman terus berusaha mencari cara-cara berdasarkan ajaran agama yang di yakininya. Kira-kita amalan apa sih, yang harus di lakukan agar pengahasilan keluarganya sesuai yang di harapkan, agar Usman bisa punya usaha sendiri, agar Usman bisa punya Asset, dimana Asset tersebut tiap bulannya bisa menghasilkan Rp 3 Juta bersih. Terus Usman bisa meng-Umrohkan dan meng-Hajikan keluarganya dan keluarga istrinya. Usman bisa punya tiga ruko, dimana satu ruko di hibahkan ke panti asuhan atau yang menbutuhkan. Punya sawah 4 petak, yang satu petak juga di hibahkan.

Usman juga Punya Impian, anaknya belajar di Darul Qur’an, supaya motivasinya kuat untuk Sholat tepat pada waktunya dan sudah berada di Masjid, minimal 5 menit sebelum Adzan berkumandang.

Menurut Usman, ini amalan yang berat, tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi amalan ini harus di latih dan di perjuangkan. Agar keluarga Usman tidak masuk Golongan “fawailullil mushalin, Alladzina hum an shalaatihim saahuun”, maka celakalah golongan yang sholat, yakni orang-orang yang menanggap remeh sholat mereka (QS Al-maun ).

 Usman berpikir “ Yang sholat aja celaka Dunia akhirat karena lalai, apalagi yang tidak Sholat.”

Usmna berprinsip, dengan penghasilan 1-3 Juta, mewujudkan impian suatu yang mustahil, tetapi tidak ada yang mustahil jika bersama Allah SWT. “Kata siapa Orang beriman miskin?,”  Kunci pertama, bagaimana kita di kenal dulu sama Allah SWT. Berubah bersama Allah SWT, berat tetapi kita bisa,bila kita latih dari sekarang.

Ingat “Nothing free, tidak ada yang gratis.” Kita harus Mujahadah, Bangun Malam “Tahajud”, Sholat Subuh di Masjid, Dhuha, Sedekah setiap bulan minimal 10 % dari penghasilan, Puasa Senin, kamis, shalawat minimal 100x setuap hari kepada Nabi, Sholat tepat waktu, sayangi orang tua dan istri, lalu minta Doanya.

Baca Surah Al-wa-qiah, Al-mulk, Ar-rahman, Al-kafh, Yasin, lakukan terus menerus. datang ke Allah SWT, sampai Allah SWT mengenal kita. Ada yang melakukan sampai 6-7 Tahun, baru Dia menjadi pengusaha Sukses, memiliki Pabrik pengelolah Batu Bara, dan beliau juga salah satu orang terkaya di Indonesia. Sholat Dhuhanya rutin, minimal 8 rakaat, dimana setiap dua rakaat salam. Puasa sunahnya tetap Jalan.

Jika kita bertaqwa kepada Allah maka akan di beri 3 jaminan (Qs Al-Thalaq 2-3) :

1.      Diberi solusi atau jalan keluar dari setiap masalah.

2.      Diberi rezeki yang tidak di sangka-sangka

3.      Di cukupkan keperluannya.

Jika Engkau bersama Allah, Semua akan tunduk Padamu !

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api ! jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim !”

(QS. Al-Anbiya’ (21):69

Ayat ini mengingatkan pada kisah Nabi Ibrahim as. Ketika Namrud memerintahkan pasukannya untuk meletakkan Ibrahim ditengah api yang menyala-nyala, namun seketika api itu menjadi sejuk atas kehendak Allah SWT.

Ayat ini dan banyak contoh dalam ayat-ayat yang lain memberi pelajaran kepada kita bahwa apabila kita bersama Allah maka segala sesuatu akan Allah tundukkan dihadapan kita.

Jangan pernah melihat seberapa besar masalah kita, jangan pernah khawatir dengan rumitnyaProblem yang kita hadapi, tapi ingatlah kita sedang bersama siapa !

Ketika kita bersama Allah, maka segala permasalahan akan terselesaikan. Maka tidak ada kata cemas dan takut bila kita selalu bersama Sang Pemilik Alam Semesta.

Ada yang bilang, “Ibadah - Ibadah Aja, jangan minta –minta sama Allah, itu namanya tidak ikhlas. Logika Usmanpun berpikir seperti ini, Apakah orang baru mabuk lalu memperkosa orang, setelah memperkosa Ia membunuhnya. Setelah itu orang tersebut berdoa, meminta kepada Allah. Pertanyaannya apakah Orang tersebut boleh meminta atau berdoa ?. Jawabannya pasti Boleh. Terus kenapa yang beribadah lalu berdoa, meminta kepada Allah di katakana tidak ikhlas ?.

Semangkin kita banyak meminta,semangkin Senang Allah. Itu tandanya kita percaya atau beriman. Semua Ibadah yang kita lalukan tentunya karena Allah, setelah itu kita berdoa, meminta kepada Allah , karena begitu banyak fadhilah yang di janjikan oleh Allah jika kita melakukan amalan-amalan tersebut.

Jika kita tidak mememinta kepada Allah, terus kepada siapa kita mengadu dan meminta ?

Kalau kita tidak memikirkan bagaimana menjadi pengusaha,bagaimana menjadi pemimpin, baik pemimpin perusahaan swasta atau pemerintah. Maka orang lain akan memikirkan ini. Jangan memusuhi Impian, Jangan memusuhi keinginan, bersahabatlah dengan keinginan dan impian, bawa ke Allah dan teruslah bergerak. Allah ada, kita harus mengandalkan Allah, hingga Allah memberikan jalannya.

Motivasi inilah yang membuat Usman, mau berlatih dan memperjuangkan sholat tepat waktu. Dari pada hidup di Dunia selalu banyak masalah,  yang tidak cepat mendapat solusinya. Dari pada hidup di Dunia selalu  kurang dan Rugi. Dari pada hidup di Dunia, selalu ter-zalimi dengan aturan-aturan yang ada, baik aturan dari perusahaan dan sebagainya.

Sehubungan Usman mempunyai prinsip, “ Bahwa seorang Pempimpin itu, bukan hanya sekedar menggerakkan team mengejar target. Bahwa seorang Pemimpin itu,  bukan hanya sekedar adil dan bijaksana. Tetapi seorang Pemimpin, di amanahkan juga bagaimana nilai-nilai ajaran agama di sampaikan dan  di tegakkan. Bagaimana nilai-nilai ajaran agama di perjuangkan untuk di amalkan. Maka Usman mencoba mencoba men-sosialisasikan kepada Teamnya, apa itu Sholat tepat waktu, apa itu fadhilah sholat Dhuha, Apa itu fadhilah sedekah ekstrim, fadhilah ikut majelis taklim dan sebagainya.

Sebelumnya, Sewaktu Usman masih di Lhokseumawe Aceh, dimana posisinya masih sebagai staff, Usman tetap menghimbau, memotivasi Pemimpin dan teman-temannya untuk sholat tepat pada waktunya. Ada yang mau mengamalkan, ada yang tidak sanggup. Ada yang mengamalkan hanya 3 hari, hari ke 4 tidak mengamalkan.

Usmanpun memutar Otak mencari cara agar teman-temannya termotivasi beribadah. Maka Usman mendatangkan Ustad kekantornya. Sehubungan setiap bulannya, ada program pengajian, dan Usman di tunjuk sebagai Ketua Pengajian. Namun cara ini juga belum mampu membuat teman-temannya sanggup dan termotivasi untuk segera sholat begitu masuk waktunya.

 Sewaktu Usman menjadi Penanggung jawab atau Pimpinan di Padang, setiap hari Jum’at , mengimbau karyawannya untuk bersedekah. Di ambilah plastik berwarna hitam, lalu di mintakan sedekah per karyawan se-iklasnya.

. Setelah sedekah ini terkumpul minimal Rp. 200.000,- Usman dan teamnya akan pergi ke panti asuhan di sekitar kota Padang. Di beli beras dan bahan makanan lalu di serahkan ke panti asuhan. Adapun motivasi yang selalu Usman ingatkankan kepada karyawan agar bersedekah yaitu:

1.      Jika ingin hidup berubah, baik Muslim maupun non Muslim. Ingin  usahanya lancar, ingin menikah, ingin punya anak keturunan. Praktekkan sedekah ekstrim. Maksudnya sedekah minimal satu bulan gaji. Contoh , ingin dapat jodoh, lalu sedekah Rp.100 ribu. Ya susah, lambat dapat jodohnya keburu umur 40 tahun, apalagi umurnya sudah tua atau sudah diatas 30an.  Hitung-hitungan dong, Jodoh kitakan harganya tidak terhingga , masak Cuma di pancing sedekah Rp.100 Ribu ?. Kita harus tega, kata Usman, Jika kita tidak tega sedekah ekstrim, maka hidup kita tidak akan berubah. Banyak buktinya, sekarang tinggal kita yang mempraktekkan dan jadilah bukti untuk memotivasi sesama.  Dengan program sedekah ini, Usman berhasil memotivasi karyawannya yang belum dapat jodoh untuk bersedekah satu bulan gaji karena Allah SWT, lalu berdoa meminta Jodoh. Dan allhamdulilah, karyawannya mau, lalu mereka ke panti asuhan membeli bahan makanan. Sebulan setelah itu , karyawannya menemukan Jodohnya, tiga bulan kemudian mereka menikah.

2.       Orang islam itu wajib kaya. Orang miskin bisa berdzikir, tetapi tidak bisa membiayai majelis dzikir. Orang miskin bisa haji, tetapi tidak bisa menaikkan haji orang Lain. Jangan takut menjadi Kaya, jadikan kekayaan itu ,sebab kita cepat masuk kedalam surga. Pendahulu kita juga seorang triliuner seperti Nabi Muhammad SAW. Pada usia 25 Tahun, sudah mempunyai asset, mencapai Triliunan dari hasil berdagangnya semenjak usia 12 tahun. Saat melamar khadijah, Mas kawinnya 25 ekor Unta setara 200 jutaan. Sahabat Nabi lainnya pun juga seorang Milyader , Usman Bin Affan, Thalhah ibn Ubaydillah, Az- Zubayr ibn al-Awwam, Abdurrahman ibn Awf, Sa’d ibn Waqqash dan sebagainya. Mereka bersedekah ekstrim, mereka bersedekah sampai tubuh bergetar, sampai malaikat pun gemetar mencatat sedekah mereka.

3.      Tidaklah seorang mayit menyebutkan “sedekah” kecuali karena Dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah Dia meninggal.”

4.      Bersedekahlah, atas nama orang-orang yang sudah meninggal Dunia diantara kalian, karena sesungguhnya mereka sangat berharap kembali ke Dunia untuk bisa bersedekah dan beramal sholeh, maka wujudkannya harapan mereka.

5.      Kesempatan terbaiknya dan pahalanya sangat besar yaitu sedekah ketika kita lagi sehat, ketika posisi kita lagi kekurangan atau takut Miskin . 

Amalan-amalan yang di lakukan Usman di lakukan karena Allah SWT, lalu Usman berdoa, memohon, meminta kepada-Nya. Menurut Gurunya USman, “Bahwa Impian itu dengan Izin Allah , Ga ada Limit/Batas”. “ Jangan Memusuhi impian, Jangan Memusuhi keinginan, Bersahabatlah dengan keinginan dan impian. Bawa ke Allah dan teruslah bergerak Jika kita tidak memikirkan, bagaimana menjadi Pengusaha,maka orang lain yang akan memikirkan ini .”

Ketika Usman berusaha memotivasi sesama melakukan yang baik-baik , agar di berkahi yang Maha kuasa. Bukan berarti dalam perjalanan itu tidak ada hambatan. Tetapi Usman yakin selalu ada keberkahan bagi yang percaya akan Kuasa-Nya.

Contohnya , Usman telah bersosilisasi manfaat sholat Dhuha, lalu mencoba mengarahkan karyawannya sholat Dhuha dengan membuatkan absen sholat Dhuha. Ketika di kontrol terus menerus, mereka mau sholat Dhuha. Ketika tidak di kontrol, merekapun meninggal amalan sholat Dhuha yang cuma 5 menit di pagi hari.

Padahal mereka sanggup berjam-jam melototi HP mereka. Tetapi untuk sholat Dhuha yang hanya 5 menit, dimana Usman menyarankan untuk sholat Dhuha setelah briefing. Itu pun mereka tidak sanggup.

 Ketika mereka duduk-duduk di belakang, lalu Usman pergi kebelakang dan masuk ke kamar mandi. “Mereka berpikir, Pasti Si Bos akan mengajak sholat Dhuha”, Lalu ketika keluar dari kamar mandi hanya satu-dua orang yang bertahan di belakang yang lainnya lari kedepan, menghindari disuruh sholat Dhuha.

Begitu juga ketika Adzan berkumandang, lalu Usman masuk kekamar mandi, maka ada saja karyawan yang hilang. Yang lebih parahnya lagi. Ketika berada di depan kantor, lalu di panggil karyawan tersebut oleh Usman, untuk menemani  Sholat berjamaah. Setelah di tunggu-tunggu, tenyata tetap bertahan di depan kantor.

Dalam hal ini , Usman tidak marah, dan tetap melaksanakan sholat walau sendiri. Karena Usman tau, bahwa tugas manusia hanya mengajak, sedangkan yang memberi Hidayah adalah Allah SWT.

Menurut fakta dilapangan, ada  orang yang ketika di ajak , di nasehati untuk sholat , Dia merasa Mual seperti mau muntah, merasa benci kepada yang menasehatinya.

Beradasarkan pengalaman ini, Usman berpikir, lebih baik banyak-banyak memperbaiki diri saja, sehingga bisa tetap istiqomah mengamalkan ajaran agamanya dengan baik.  Kita mengajak orang, bukan untuk merubah orang itu. Kita mengajak sesama, agar hidup kita , amal kita lebih baik.

Usman berprinsip dalam men-sosialisasikan program sholat tepat waktu, Dhuha, Sedekah dan amalan lainnya tidak boleh kecewa. Karena  tidak semua orang yang mampu memperjuangkan dan melatih amalan tersebut untuk di terapkan di kehidupan di Dunia yang sementara ini.

            Ketika memimpin, terkadang ada perasaan lelah, perasaan ingin menyerah. Perasaan ingin keluar dari perusahaan.

Motivasi ini yang terkadang di baca Usman ketika dirinya lemah :

1.      Jika Anda di titipakn Amanah, itu artinya Allah masih percaya kepada Anda. Karena persoalan itu hanya Anda yang mempu menuntaskannya, orang lain tidak sanggup.

2.      Hidup tanpa tantangan berarti hidup Anda, tidak di persiapkan oleh Tuhan, untuk besar, untuk bermanfaat bagi sesama. Agar sukses bersama tantangan, kuncinya , dekatkanlah diri dengan permberi tantangan “Tuhan”.

3.      Jangan tertekan dengan pikiran. Dengan pekerjaan. Harus pandai-pandai membahagiakan diri. Jangan lupa bahagia. Kita harus mendampingi anak dan istri liburan, bermain dan sebagainya. Masak kita tertekan dengan pekerjaan , memang kita di gaji berapa.

4.      Yang lagi berjuang bukan Anda saja. Semua orang lagi berjuang mencari nafkah, lihat tukang becak, tukang sampah , dan sebagainya.

5.      Semangkin tinggi jabatannya, semangkin tinggi masalah yang di hadapi. Usman merasa kagum terhadap Pemimpin yang telah melalui masa kepemimpinannya dengan amanah.

6.      Suara hati yang baik itu adalah suara Tuhan. Jika kita memiliki impian kecil, lalu ada suara yang berkata, berpikir besar dan bercita-cita tinggilah. Itu adalah suara Tuhan.

7.      Ketika ada rasa lelah dan malas, pikiran mengganggu. Tidak kuat bangun untuk sholat subuh di Masjid,  selalu ucapkan dalam hati ” istiqfar (astaqfirullah hal Adzim) , sholawat (Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad) dan mengucapkan laa haula wala quwwata illa billah.”

8.      Nothing imposible with Allah.

9.      Harus merasa di rahmati, diberi kekuatan dan di beri kelimpahan oleh Allah.

10.  Coba katakana pada diri Anda “ Bagaimana jika doa Anda, terkabul.”

11.  Harus punya Asset yang berkah, sebelum Dunia berserta isinya mendzalimi Anda.

12.  Kita sedang bermain dalam kompetisi, untuk mendapatkan hadiah. Jika kita menyerah hadiah itu akan di ambil orang lain.

13.  Tidak selayaknya Anda mengharapkan Surga dengan cara menghindarkan diri atau melarikan diri dari sebuah tugas dan perjuangan.

14.  Harapan sang Khalik , Anda Berhasil.

15.  Agar Team sukses, Buat rencana kerja esok hari. Pada pagi hari rencana kerja tersebut dikerjakan sebaik-baiknya. Ketika senja tiba setiap orang, mengevaluasi kembali apa yang sudah dan belum di kerjakan.

16.  Tugas manusia sebagai khalifah untuk mencapai misi, rahmatan lil alamin.

Inilah yang dilakukan Usman untuk menyemangati dirinya ketika menjadi Pimpinan. Menurut Usman, dalam memimpin tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi metode yang di gunakan  dalam memimpin dengan pendekatan dari hati ke hati. Yang tentunya perlu proses. Dan dalam proses ini ada karyawan yang langsung mengerti suara hati dari pimpinannya, sehingga tidak perlu di bimbing terus menerus dalam mengerjakan pekerjaanya. Tidak perlu terus menerus di nasehati agar datang dan pulang sesuai jadwal. Tidak perlu terus menerus di motivasi, agar beribadah yang benar. Sehingga karyawan tersebut bisa menunjukkan kinerja yang positif dan hasil yang memuaskan sesuai harapan manajemen.

          Ada karyawan yang terkesan menguji kesabaran Pemimpinnya. Sudah di nasehati, di motivasi tetapi tetap tidak menunjukkan perubahan. Dalam hal ini Usman berpikir, inilah kehidupan, tidak semua yang kita anggap baik dapat di terima dan di jalankan oleh setiap Manusia.

Untuk itu Usman berkesimpulan, Hidayah dan Taufiq datangnya dari Allah SWT, tugas Manusia hanya menyampaikan. Sehingga Manusia tidak boleh kecewa jika yang di sampaikan tidak dilaksanakan dan di ikuti dengan baik. Sehubung kita yang memberi nasehat dan motivasi, maka seharusnyalah kita yang lebih banyak memperbaiki diri.

          Duka yang di alami keluarga Pak Umar Saragih masih terasa sampai di bulan Juni 2018, sehubungan Habsyi anak kedua dari Keluarga Pak Umar Saragih telah berubah menjadi Monter karena Narkoba. Sampai bulan Juni 2018 , Habsyi masih berada di sekitaran Kampung Ladangan tanpa pengobatan yang intensif atau di rehabilitasi.

Kabar terbaru Habsyi tidak tinggal lagi di sekitaran kantor Kepala Desa. Habsyi di usir. Dan pada bulan Juni 2018 , terdengar Habsyi  tinggal di sekitaran Rumah Keluarga Pak Umar Saragih. Habsyi tinggal di luar. Dengan modal beberapa seng, Habsyi membuat tempat tinggalnya sendiri. Cukup sedih melihat keadaan Habsyi seperti ini, tapi tidak ada pilihan lain. Terpaksa Habsyi di larang tinggal di dalam rumah, di khawatirkan akan timbul di pemikiran Hasbyi untuk menghancurkan rumah. Adapun sebelumnya, sebab Hasbyi diputuskan untuk tinggal di sekitaran kantor Kepala Desa karena Habsyi membongkar teras rumah Kakeknya.

Keluarga Pak Umar Saragih tetap tidak tega mengusir anaknya “Habsyi”. Tetap di biarkan anaknya melakukan aktifitas di sekitaran rumah. Dan tetap anaknya” Habsyi” di beri makan tanpa ada perasaan dendam dan benci.

Usman sebagai anak pertama, sampai di bulan Juni 2018 masih tetap berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membantu perekonomian orang tuanya, sehingga bisa mengobati Habsyi lebih fokus dan sungguh-sungguh. Walau posisi Usman masih sebagai Pemimpin di Lembaga keuangan Swasta, pengahasilan masih terbilang Pas-Pasan. Dari penghasilan ini Usman, masih bisa berbagi rezeki dengan tetap mengirim ke orang tuanya, maksimal Rp.300.000,- per bulan.

Padahal semenjak Usman tamat Sekolah Pelayaran Padang, Usman berharap segera menyelesaikan ujian Negaranya lalu menjadi Pelaut. Dengan menjadi Pelaut Usman berharap menjadi orang kaya yang berkah untuk membantu perekonomian keluarga dan Masyarakat yang membutuhkan.Namun Impian ini gagal.

Usmanpun bekerja di Bandara Tabing lalu pindah ke Bandara Internasional Minang kabau Padang.Usman berpikiran dengan bekerja di sini pengahasilannya bisa mewujudkan Impiannya, ternyata setelah 7 tahun mengabdi, status Usman masih Outsourcing . Namun Usman tetap beryukur dan semangat. Di tengah – tengah kesibukkan Usman sebagai Karyawan Bandara untuk mewujudkan impiannya,  Usman ikut Bisnis MLM, ternyata untuk mendapatkan penghasilan tambahan Rp.100.000,- perbulan cukup susah. Prinsip pengashilan di Bisnis MLM, ada omset ada penghasilan. 

Walau penghasilan Usman sekedar cukup untuk hidup sederhana. Usman masih mempunyai Impian menjadi salah satu Jutawan di Indonesia. Sehingga Usman bisa mewujudkan daftar impiannya, yang sudah di tulis sejak beberapa tahun yang lalu. Dan bisa mengobati Hasbyi dengan Intensif.

Adapun Impian Usman sebagai berikut :

1.      Menikah ( Sudah terwujud)

2.      Umrah dan Haji, kedua orang tua dan orang tua istri ( Belum terwujud)

3.      Punya Usaha Sendiri.Punya supermarket, punya ruko, punya sawah, punya kebun kelapa sawit dan karet.  Hasilnya bagi dua sama Allah SWT. Contoh Hasil kebun sawit 8 juta perbulan, maka separuhnya untuk sesama yang membutuhkan.Amin ( Belum terwujud)

Untuk itu wahai generasi muda Bangsa, baik dari keluarga Kaya atau Miskin. Jangan coba-coba mengkonsumsi Narkoba. Dari cerita keluarga Pak Umar Saragih, bahwa akibat Narkoba bukan hanya sekedar masuk penjara. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita akan berubah  menjadi Monster karena Narkoba. Untuk itu nyatakan , “PERANG MELAWAN NARKOBA”. Saling perduli, saling mendukung, saling melaporkan. Jika ada di lingkungan kita yang memakai Narkoba,apalagi sebagai pengedar. Ayo Kita jaga Indonesia dari pengaruh Narkoba.

 

 













































 

 

 

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Jika kita mengalami ini dikehidupan kita, bagaimana kira-kira psilogi kita. Dimana Anak kita sendiri,setiap waktu bisa berubah menakutkan.

    BalasHapus
  2. jika Keluarga kita berada dalam kondisi ini , bagaimana ya ? tentunta hidup kita 24 jam dalam ketakutan. untuk wahai saudara ku, janganlah terpengaruh untuk menjadi kaki tangan pengedaran narkoba. di tahun 2020 terungkap, keuntungan dari pengedaran narkoba untuk pembiayaan terorisme. sadar dan waspadalah.

    BalasHapus
  3. masyallah, sungguh memperihatinkan dan membahayakan akibat dari narkoba, benar-benar merusak otak atau akal sehat, yang ada imajinasi menghancurkan yang terjadi dalam cerita nyata ini. mari nyatakan perang terhadap Narkoba, agar anak bangsa tidak ada lagi yang menjadi korban.

    BalasHapus
  4. kutipan yang menarik dari tulisan ini

    Untuk itu wahai generasi muda Bangsa, baik dari keluarga Kaya atau Miskin. Jangan coba-coba mengkonsumsi Narkoba. Dari cerita keluarga Pak Umar Saragih, bahwa akibat Narkoba bukan hanya sekedar masuk penjara. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita akan berubah menjadi Monster karena Narkoba. Untuk itu nyatakan , “PERANG MELAWAN NARKOBA”. Saling perduli, saling mendukung, saling melaporkan. Jika ada di lingkungan kita yang memakai Narkoba,apalagi sebagai pengedar. Ayo Kita jaga Indonesia dari pengaruh Narkoba.

    BalasHapus
  5. Narkoba akibat yang di timbulkan cukup merusak keluarga

    BalasHapus
  6. Ketika membaca kisah nyata ini, kembali ikut prihatin dan sedih. Semoga yang bersangkutan bisa di bantu di rehabilitasi.

    BalasHapus